Mengungkap Jejak Hacker: Peran Penting Forensik Digital


Ilustrasi Hacker 4

Ilustrasi Hacker 4

Forensik digital merupakan cabang dari ilmu forensik yang berfokus pada identifikasi, pengumpulan, analisis, dan pelaporan data digital yang dapat dijadikan bukti dalam investigasi hukum. Dalam ranah keamanan siber, forensik digital memiliki peranan yang sangat penting, karena memungkinkan tim keamanan untuk melacak jejak digital yang ditinggalkan oleh penyerang, memahami mekanisme serangan, serta mengidentifikasi sumber dan metode yang digunakan.

Perusahaan di berbagai sektor, baik pemerintah maupun swasta, terus menerus menghadapi ancaman dari peretas yang terus mencari cara inovatif untuk mengakses data sensitif dan merusak sistem. Oleh karena itu, investigasi serangan siber melalui forensik digital menjadi suatu kebutuhan primer untuk memahami, mencegah, serta merespons insiden siber dengan cepat dan efektif. Kemampuan untuk melakukan investigasi mendalam dapat membantu perusahaan dalam meminimalisir kerugian dan mencegah terulangnya serangan serupa di masa depan.

 

Sejarah Singkat tentang Forensik Digital

Sebelum tahun 1980-an, kejahatan komputer diatur oleh hukum yang ada. Undang-Undang Pidana Komputer Florida 1978 mengakui kejahatan komputer dan larangan modifikasi tidak sah pada data. Seiring berkembangnya cyber crime, banyak bermunculan undang-undang baru terkait hak cipta, privasi dan pornografi anak. Pada tahun 1980-an, undang-undang federal mulai memasukkan pelanggaran komputer. Kanada mengeluarkan undang-undang komputer pertama pada tahun 1983, diikuti oleh AS pada tahun 1986, Australia pada tahun 1989, dan Inggris pada tahun 1990.

Tumbuh suburnya kejahatan komputer pada tahun 1980-an dan 1990-an mendorong terbentuknya tim khusus di lembaga penegak hukum. Contohnya, FBI membentuk Tim Analisis dan Tanggapan Komputer pada tahun 1984. Kasus penting yang menunjukkan penerapan forensik digital adalah peretas Markus Hess oleh Clifford Stoll pada tahun 1986.

Sejak tahun 2000, kebutuhan standardisasi meningkat, mendorong publikasi pedoman forensik digital oleh berbagai badan. SWGDE menerbitkan "Best practice for Computer Forensics" pada tahun 2002, dan ISO 17025 pada tahun 2005. Konvensi tentang Kejahatan Dunia Maya pada tahun 2004 ditandatangani oleh 43 negara.

Selama tahun 1980-an, alat forensik digital yang tersedia sangat sedikit, sehingga penyidik ​​sering melakukan analisis langsung pada media. Seiring berjalannya waktu, alat seperti IMDUMP dan SafeBack diciptakan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada akhir tahun 1990-an, peralatan seperti EnCase dan FTK berkembang untuk memenuhi permintaan terhadap bukti digital. Saat ini, alat khusus untuk perangkat seluler juga telah tersedia.

 

Apa Itu Forensik Digital?

forensik digital

Forensik digital adalah disiplin ilmu forensik yang memusatkan perhatian pada pengidentifikasian, pengumpulan, analisis, dan pelaporan data digital yang terdapat dalam perangkat elektronik, seperti komputer, ponsel, dan server. Disiplin ini dapat digunakan untuk membuktikan tindak kejahatan siber atau untuk mendukung proses hukum dalam berbagai kasus, seperti penipuan, pencurian identitas, atau pelanggaran privasi.

Dalam konteks kejahatan siber, forensik digital memainkan peran yang sangat krusial, di antaranya:

  • Menyediakan Bukti yang Sah: Bukti digital yang dihimpun melalui forensik bisa digunakan di pengadilan untuk mendukung kasus hukum, baik dalam menuntut pelaku kejahatan maupun membela perusahaan dari tuduhan kelalaian.
  • Mendukung Investigasi Internal: Selain untuk kepentingan hukum, forensik digital juga digunakan dalam investigasi internal untuk mengidentifikasi pelanggaran kebijakan perusahaan, seperti pencurian data oleh karyawan atau pelanggaran keamanan oleh pihak ketiga.
  • Mengungkap Modus Penyerang: Dengan analisis data yang ditemukan, forensik digital dapat mengungkap teknik dan alat yang digunakan oleh penyerang, yang berguna untuk memahami dan memitigasi ancaman serupa di masa depan.

 

Tujuan Forensik Digital dalam Keamanan Siber

Forensik digital merupakan proses yang sangat vital dalam keamanan siber karena dapat membantu mendeteksi, menganalisis, dan merespons insiden dengan cara yang tepat dan efektif. Berikut adalah beberapa tujuan dari proses ini:

  1. Mengumpulkan Bukti Digital: Forensik digital bertujuan untuk mengumpulkan bukti digital melalui metode yang sistematis dan tidak merusak dari perangkat elektronik, seperti komputer, ponsel, atau server. Bukti tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam proses hukum untuk menuntut pelaku kejahatan siber atau membela korban.
  2. Mengidentifikasi Penyebab dan Pelaku Serangan: Salah satu tujuan utama forensik digital adalah menentukan asal-usul dan penyebab serangan siber. Proses ini melibatkan penelusuran jejak digital yang ditinggalkan oleh penyerang untuk memahami metode akses yang digunakan, serta sistem yang terdampak. Analisis bukti digital dapat mengungkap pola aktivitas yang dapat mengarah pada identifikasi pelaku.
  3. Menganalisis Dampak Serangan: Setelah serangan siber terjadi, forensik digital digunakan untuk mengevaluasi dampak dari serangan tersebut terhadap sistem dan data. Analisis ini memberikan wawasan tentang kerugian yang dapat dialami serta bagian dari sistem yang perlu diperbaiki.
  4. Mencegah Serangan di Masa Depan: Forensik digital memungkinkan perusahaan untuk memahami teknik dan alat yang digunakan oleh penyerang serta mengidentifikasi kelemahan dalam sistem yang ada. Informasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan pertahanan siber dan mengurangi risiko serangan di masa depan.
  5. Memulihkan Sistem Pasca-Insiden: Forensik digital juga membantu dalam proses pemulihan setelah serangan siber, yang meliputi pemulihan data yang hilang, perbaikan sistem yang terkena dampak, dan memastikan jaringan dapat berfungsi normal dengan keamanan yang ditingkatkan.

 

Pengelolaan Forensik Digital dalam Investigasi Serangan Siber

ilustrasi forensik

Proses forensik digital terdiri dari langkah-langkah sistematis untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan bukti digital setelah terjadi serangan siber. Berikut adalah tahapan utama dalam proses investigasi:

  1. Identifikasi: Langkah pertama adalah mengidentifikasi bahwa insiden keamanan atau serangan siber telah terjadi. Tim forensik akan memfokuskan diri pada sumber dan sifat serangan, perangkat atau sistem yang terpengaruh, serta sejauh mana serangan merusak infrastruktur. Identifikasi yang cepat dan akurat sangat penting untuk mendasari tindakan lebih lanjut.
  2. Pengumpulan Bukti: Setelah insiden diidentifikasi, tahap selanjutnya adalah pengumpulan bukti digital dengan cara yang sangat hati-hati untuk memastikan integritas bukti. Data yang diambil harus diperoleh dari perangkat yang terpengaruh, seperti hard drive, sistem operasi, dan log jaringan, untuk diperlakukan dengan integritas tinggi untuk diterima dalam lingkungan hukum.
  3. Analisis: Pada tahap ini, bukti yang telah dikumpulkan dianalisis untuk mengidentifikasi bagaimana serangan terjadi, siapa yang mungkin bertanggung jawab, serta dampak yang dihasilkan. Teknik analisis disk, forensik memori, dan analisis jaringan dapat diterapkan untuk mengungkap pola serangan dan data yang mungkin diakses oleh peretas.
  4. Pelaporan: Setelah analisis selesai, tahap akhir adalah penyusunan laporan yang mencakup semua temuan dari investigasi. Laporan ini mencakup kronologi kejadian, metode serangan, serta dampak terhadap perusahaan, dan harus disusun dengan jelas agar dapat dimengerti oleh manajemen, tim hukum, serta penegak hukum. Laporan juga harus memberikan rekomendasi tentang langkah mitigasi dan perbaikan yang perlu diambil untuk mencegah serangan di masa mendatang.

 

Penerapan Forensik Digital

Forensik digital umumnya digunakan dalam konteks hukum pidana maupun penyelidikan pribadi. Bidang ini sering dikaitkan dengan hukum pidana, di mana bukti yang terkumpul berfungsi untuk mendukung atau menentang hipotesis di pengadilan. Seperti pada bidang forensik lainnya, forensik digital biasanya merupakan bagian dari penyelidikan yang lebih luas, mencakup beragam disiplin ilmu. Dalam beberapa kasus, bukti yang dikumpulkan juga diutilisasikan sebagai bentuk pengumpulan intelijen untuk tujuan lain selain proses pengadilan, seperti menemukan, mengidentifikasi, atau menghentikan kejahatan lainnya. Oleh karena itu, pengumpulan intelijen kadang dilakukan dengan standar forensik yang tidak terlalu ketat.

Dalam konteks perkara perdata atau isu perusahaan, forensik digital berperan dalam proses electronic discovery (eDiscovery). Prosedur yang diadopsi mirip dengan yang digunakan dalam investigasi pidana, namun sering kali dengan persyaratan dan batasan hukum yang berbeda. Selain itu, forensik digital juga dapat terlibat dalam penyelidikan internal perusahaan.

Contoh umum penerapan forensik digital terjadi setelah intrusi jaringan yang tidak sah. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pakar forensik bertujuan untuk menganalisis sifat dan dampak serangan guna membatasi kerusakan, baik untuk menentukan sejauh mana intrusi tersebut maupun untuk mengidentifikasi pelaku. Di tahun 1980-an, serangan semacam ini biasanya dilakukan melalui saluran telepon; namun, di era modern, intrusi lebih umum terjadi melalui Internet.

Fokus utama dari penyelidikan forensik digital adalah mengungkap bukti objektif dari aktivitas kriminal. Namun, berbagai data yang tersimpan dalam perangkat digital juga dapat berkontribusi pada bidang penyelidikan lainnya.

  • Pertalian: Metadata dan log lainnya dapat digunakan untuk mengaitkan suatu tindakan kepada individu tertentu. Sebagai contoh, dokumen pribadi di drive komputer dapat menunjukkan identitas pemiliknya.
  • Alibi dan pernyataan: Informasi dari individu yang terlibat dapat diperiksa silang dengan bukti digital. Misalnya, dalam penyelidikan pembunuhan Soham, alibi tersangka ditolak ketika catatan ponsel menunjukkan bahwa ia berada di luar kota pada saat kejadian.
  • Maksud: Selain menemukan bukti objektif dari suatu kejahatan, penyelidikan juga dapat digunakan untuk membuktikan niat (dikenal sebagai mens rea dalam terminologi hukum). Sebagai contoh, riwayat pencarian internet dari terpidana pembunuh Neil Entwistle termasuk situs yang membahas cara membunuh orang.
  • Evaluasi sumber: Artefak dan metadata berkas dapat membantu mengidentifikasi asal-usul data tertentu; misalnya, versi Microsoft Word yang lebih lama menyematkan Global Unique Identifier dalam berkas, yang mengidentifikasi komputer tempat berkas tersebut dibuat. Menentukan apakah suatu berkas dibuat di perangkat yang sedang diperiksa atau diperoleh dari sumber lain (misalnya, Internet) sangat penting.
  • Otentikasi dokumen: Terkait dengan "Evaluasi sumber," metadata yang berhubungan dengan dokumen digital dapat dimodifikasi dengan mudah (misalnya, dengan mengubah jam komputer yang dapat memengaruhi tanggal pembuatan berkas). Otentikasi dokumen berfokus pada pendeteksian dan identifikasi pemalsuan dalam detail tersebut.

 

Batasan Forensik Digital

Tugas utama selama pemeriksaan forensik adalah mendeskripsikan data yang terenkripsi dalam berbagai bentuk, seperti berkas atau folder terenkripsi, komunikasi terenkripsi termasuk surat elektronik dan obrolan, serta menyelidiki hard disk yang menggunakan Full Disk Encryption. Salah satu batasan utama dalam penyelidikan forensik adalah penggunaan enkripsi, yang dapat menghalangi akses awal jika bukti terkait tidak terdeteksi melalui kata kunci. Hukum yang mengharuskan seseorang untuk mengungkapkan kunci enkripsi masih relatif baru dan menjadi sumber kontroversi.

Media penyimpanan Solid State Drive (SSD) yang mengaktifkan teknologi TRIM juga dapat menghambat upaya forensik digital, terutama dalam pemulihan data. Fitur TRIM bertugas menghapus data yang tidak lagi diperlukan dari sistem operasi, sehingga pemulihan menjadi sulit. Meskipun demikian, tidak semua SSD mengaktifkan fitur TRIM tersebut.

 

Mengamankan Barang Bukti Digital

Barang bukti digital harus diamankan dengan seksama untuk mencegah kerusakan atau kehilangan data. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengamankan barang bukti digital:

  • Pastikan barang bukti digital terlindungi dari akses yang tidak sah.
  • Hindari mengubah atau menghapus data dari barang bukti digital.
  • Catat setiap tindakan yang diambil terhadap barang bukti digital.
  • Simpan barang bukti digital di lingkungan yang aman dan terkendali.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, investigator dapat memastikan bahwa barang bukti digital tetap aman dan dapat digunakan dalam proses investigasi.

Forensik digital merupakan cabang penting dari ilmu forensik yang relevan untuk investigasi kejahatan komputer dan aktivitas kriminal lainnya. Dengan pemahaman yang tepat tentang tujuan dan tahapan forensik digital, investigator dapat mengumpulkan dan menganalisis data digital secara efektif untuk memenuhi kebutuhan investigasi.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Berlangganan

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru.

Video Terkait