Kalkulator AI Prediksi Risiko Kematian Lewat Hasil EKG
- Rita Puspita Sari
- •
- 26 Okt 2024 15.20 WIB
Inovasi teknologi di bidang kesehatan kembali membawa terobosan baru dengan pengembangan alat Artificial Intelligence (AI) yang disebut 'kalkulator kematian AI'. Teknologi yang bernama AI-ECG Risk Estimation (AIRE) ini dirancang oleh ilmuwan Inggris untuk memperkirakan risiko kematian seseorang dalam jangka waktu 10 tahun, hanya dengan menggunakan hasil tes elektrokardiogram (EKG) tunggal.
AIRE hadir sebagai bentuk pengembangan dari kecerdasan buatan yang kini semakin luas diterapkan di dunia kesehatan. Melalui analisis hasil EKG yang merekam aktivitas listrik jantung, AIRE diharapkan dapat membantu dokter untuk mendeteksi masalah kesehatan tersembunyi yang mungkin tidak teridentifikasi secara konvensional. Menurut laporan Daily Mail, AIRE mampu mencapai akurasi hingga 78 persen dalam memperkirakan risiko kematian jangka panjang, menjadikannya alat prediktif yang menjanjikan.
Bagaimana Cara Kerja AIRE?
Pada dasarnya, alat ini bekerja dengan cara 'membaca' pola sinyal listrik pada hasil EKG, yang kemudian dianalisis untuk mendeteksi risiko tertentu seperti masalah irama jantung atau potensi gagal jantung. Selain itu, AIRE juga mampu menganalisis informasi genetik dari struktur jantung, yang memungkinkan deteksi awal terhadap gangguan kesehatan yang mungkin belum menunjukkan gejala fisik.
Dr. Arunashis Sau, ahli kardiologi di Imperial College Healthcare NHS Trust, menyatakan bahwa AIRE bukanlah pengganti dokter melainkan alat bantu yang dapat memperluas kemampuan manusia dalam mendeteksi risiko kesehatan. "Tujuan di sini adalah untuk mencoba dan menggunakan EKG sebagai cara untuk mengidentifikasi orang-orang yang berisiko lebih tinggi, yang kemudian mungkin akan mendapat manfaat dari tes lain yang dapat memberitahu kita lebih banyak tentang apa yang terjadi," jelas Dr. Sau.
Ia menambahkan bahwa EKG merupakan tes yang murah dan umum digunakan, namun hasilnya bisa diolah lebih lanjut oleh AIRE untuk memberikan panduan bagi pemeriksaan lebih rinci. Dengan demikian, penggunaan AIRE berpotensi mengubah cara pengelolaan pasien sekaligus mengurangi risiko komplikasi serius di masa depan.
Uji Coba Akan Dimulai Tahun Depan
Rencana implementasi AIRE dijadwalkan dimulai pada pertengahan tahun depan di dua pusat layanan kesehatan nasional di London. Para ahli di Inggris berharap uji coba ini akan membuka jalan bagi penggunaan luas teknologi ini di seluruh layanan kesehatan dalam kurun waktu lima tahun mendatang.
Dr. Sau menekankan bahwa keberhasilan uji coba ini bisa membawa dampak besar bagi dunia kesehatan, terutama dalam mengidentifikasi individu yang memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung. Dalam jangka panjang, teknologi ini juga memungkinkan penghematan biaya perawatan, karena intervensi dapat dilakukan lebih dini sebelum masalah kesehatan berkembang menjadi lebih serius.
Masa Depan Teknologi Kesehatan dengan AI
Pengembangan AIRE menandai langkah maju dalam penerapan AI di bidang medis, khususnya dalam prediksi risiko kesehatan yang bersifat preventif. Dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan semakin sering dimanfaatkan di sektor kesehatan untuk berbagai tujuan, mulai dari diagnosa awal hingga manajemen data kesehatan.
Meski begitu, AIRE masih memerlukan evaluasi dan pengujian lebih lanjut untuk memastikan keakuratannya. Dengan akurasi mencapai 78 persen, para ilmuwan optimis bahwa teknologi ini dapat memberikan hasil yang mendekati prediksi dokter, meskipun tetap dibutuhkan peran medis profesional dalam interpretasi hasil dan pengambilan keputusan.
Tidak Akan Menggantikan Peran Dokter
Meski memiliki kemampuan analitik yang canggih, para pengembang AIRE menegaskan bahwa alat ini bukan untuk menggantikan peran dokter. Sebaliknya, AIRE diharapkan dapat menjadi alat pendukung yang membantu dokter mendapatkan wawasan lebih dalam tentang kondisi pasien yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan awal. Keunggulan AIRE terletak pada kemampuannya dalam membaca pola sinyal listrik yang sangat halus di jantung, yang terkadang sulit terdeteksi oleh manusia.
“EKG adalah tes yang sangat umum dan sangat murah, tetapi tes tersebut kemudian dapat digunakan untuk memandu pengujian yang lebih rinci yang kemudian dapat mengubah cara kita mengelola pasien dan berpotensi mengurangi risiko terjadinya hal buruk,” ujar Dr. Sau.
Dalam konteks global, teknologi seperti AIRE memiliki potensi untuk diadopsi di berbagai negara, terutama yang memiliki kebutuhan tinggi untuk layanan kesehatan preventif dengan biaya yang lebih terjangkau. Inovasi ini bisa menjadi solusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama bagi individu yang memiliki risiko tersembunyi yang sulit dideteksi melalui metode konvensional.