Layanan AWS Down, Banyak Situs dan Aplikasi Tak Bisa Diakses
- Rita Puspita Sari
- •
- 2 jam yang lalu

Ilustrasi Layanan AWS Down
Amazon Web Services (AWS), salah satu penyedia layanan cloud terbesar di dunia, mengalami gangguan besar pada Senin dini hari waktu Amerika Serikat yang menyebabkan banyak situs populer dan layanan digital tidak dapat diakses. Meskipun kini sebagian besar layanan telah kembali normal, kejadian ini kembali menyoroti ketergantungan besar dunia terhadap sistem cloud terpusat.
Awal Mula Gangguan
Gangguan pertama kali dilaporkan pada pukul 12:11 pagi waktu Pasifik (PDT) di wilayah utama AWS, US-East-1, yang berlokasi di Virginia Utara, Amerika Serikat. Dalam laman status resminya, pihak AWS menjelaskan bahwa mereka mengalami masalah pada sistem DNS (Domain Name System) di layanan DynamoDB, sebuah sistem basis data yang menjadi tulang punggung bagi banyak aplikasi berbasis cloud.
DNS sendiri berfungsi sebagai “penerjemah” nama domain situs web menjadi alamat IP agar browser atau aplikasi dapat mengakses situs tersebut dengan benar. Ketika sistem DNS terganggu, maka situs-situs yang mengandalkan layanan ini akan mengalami kesulitan diakses oleh pengguna.
Pada pukul 2:01 pagi waktu setempat, AWS menyebut sedang menghadapi “masalah operasional” yang memengaruhi banyak layanan sekaligus dan tengah bekerja melalui beberapa jalur paralel untuk mempercepat pemulihan. Lebih dari 70 layanan AWS dikonfirmasi mengalami dampak langsung dari gangguan tersebut.
Beberapa jam kemudian, AWS mulai melaporkan adanya tanda-tanda pemulihan signifikan. Dan pada pukul 3:35 pagi waktu Pasifik, AWS mengumumkan bahwa masalah telah sepenuhnya teratasi, serta sebagian besar layanan kini berfungsi kembali secara normal. Namun, perusahaan memperingatkan bahwa beberapa permintaan masih tertunda karena adanya backlog atau antrean pemrosesan data yang perlu diselesaikan.
AWS, Tulang Punggung Internet Dunia
AWS merupakan raksasa global di pasar infrastruktur cloud, menguasai sekitar 33% pangsa pasar dunia, jauh mengungguli para pesaingnya seperti Microsoft Azure dan Google Cloud Platform (GCP).
Jutaan bisnis, startup, hingga lembaga pemerintahan bergantung pada AWS untuk layanan komputasi awan, penyimpanan data, server virtual, dan sistem basis data.
Karena skala penggunaannya yang begitu luas, gangguan sekecil apa pun di infrastruktur AWS dapat menimbulkan efek domino besar di internet global. Itulah yang terlihat dalam insiden kali ini.
Situs dan Layanan Besar yang Terdampak
Menurut Downdetector, platform pelacak gangguan online, sejumlah situs besar dilaporkan mengalami gangguan dan tidak bisa diakses oleh pengguna. Beberapa di antaranya meliputi:
- Amazon.com
- Disney+
- Lyft
- McDonald’s App
- The New York Times
- Ring
- Robinhood
- Snapchat
- T-Mobile
- United Airlines
- Venmo
- Verizon
Gangguan juga menimpa situs web pemerintah Inggris, termasuk Gov.uk dan HM Revenue and Customs (HMRC).
Melansir dari CNBC.com , seorang juru bicara pemerintah Inggris mengatakan bahwa mereka telah berkoordinasi langsung dengan pihak AWS melalui mekanisme tanggap insiden untuk memulihkan layanan secepat mungkin.
Lembaga keuangan besar seperti Lloyds Banking Group juga melaporkan bahwa beberapa layanannya mengalami gangguan. Dalam waktu sekitar 20 menit setelah laporan awal, pihak Lloyds mengumumkan bahwa layanan mulai pulih secara bertahap.
Sementara itu, perwakilan Reddit menyampaikan bahwa tim teknis mereka “bekerja untuk memulihkan kapasitas ke 100%.”
Di sisi lain, maskapai penerbangan seperti United Airlines dan Delta Airlines melaporkan bahwa sejumlah pelanggan mengalami kesulitan melakukan check-in atau melihat pemesanan secara online.
Beberapa pengguna juga mengeluhkan masalah pada platform gim berbasis cloud seperti Roblox dan Fortnite, serta bursa kripto Coinbase yang sempat tidak bisa diakses selama beberapa jam.
Tak hanya itu, platform desain grafis Canva juga melaporkan peningkatan error rate signifikan pada sistem mereka akibat gangguan AWS.
Pihak Canva menulis dalam pernyataan resminya:
“Ada masalah besar pada penyedia cloud kami yang mendasari sistem Canva.”
Sementara itu, perusahaan AI generatif Perplexity turut terkena dampaknya. CEO Perplexity, Aravind Srinivas, mengonfirmasi lewat platform X (Twitter) bahwa penyebab gangguan berasal dari masalah AWS, dan timnya sedang berupaya keras untuk menyelesaikannya.
Ketergantungan Dunia terhadap Sistem Cloud Terpusat
Kejadian ini bukan pertama kalinya dunia digital terguncang akibat pemadaman infrastruktur besar. Pada Juli 2024, kesalahan pembaruan perangkat lunak dari CrowdStrike, perusahaan keamanan siber ternama, menyebabkan sistem Microsoft Windows di seluruh dunia lumpuh. Dampaknya begitu luas, mulai dari penundaan ribuan penerbangan hingga gangguan di rumah sakit dan perbankan.
AWS sendiri juga sudah beberapa kali mengalami gangguan serupa.
- Pada tahun 2023, layanan AWS sempat tumbang selama beberapa jam, membuat banyak situs global tidak bisa diakses.
- Sementara pada 2021, insiden yang lebih parah terjadi ketika layanan pengiriman Amazon sendiri ikut terhenti, menunjukkan betapa vitalnya peran AWS bagi ekosistem internet global.
Menurut Rob Jardin, Chief Digital Officer di perusahaan keamanan siber NymVPN,
“Tidak ada tanda-tanda bahwa pemadaman AWS kali ini disebabkan oleh serangan siber. Ini lebih ke arah kesalahan teknis pada salah satu pusat data utama Amazon. Bisa jadi karena sistem kelebihan beban atau kegagalan pada bagian penting jaringan.”
Karena begitu banyak situs dan aplikasi besar bergantung pada AWS, efek dari gangguan ini langsung menyebar ke seluruh dunia digital hanya dalam hitungan menit.
Penjelasan Teknis: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Menurut pakar IT dari Universitas Notre Dame, Mike Chapple, layanan seperti DynamoDB mungkin terdengar asing bagi pengguna umum, tetapi sistem ini merupakan komponen vital dalam menjaga catatan data internet modern.
Chapple menjelaskan,
“Masalah kali ini bukan pada database itu sendiri—datanya tetap aman. Yang bermasalah adalah sistem yang memberi tahu layanan lain di mana data tersebut disimpan. Jadi, ibaratnya alamat rumahnya hilang, bukan isinya.”
Artinya, gangguan pada sistem DNS membuat layanan-layanan yang mengandalkan DynamoDB kehilangan kemampuan untuk menemukan atau mengakses data mereka secara normal, meskipun data tersebut tetap aman di server AWS.
Pelajaran dari Insiden AWS
Insiden besar seperti ini menjadi pengingat penting bagi industri teknologi global: dunia digital saat ini sangat bergantung pada segelintir penyedia layanan cloud besar seperti Amazon, Microsoft, dan Google.
Ketika salah satu dari mereka mengalami masalah teknis, dampaknya bisa menjalar ke berbagai sektor, mulai dari keuangan, transportasi, media, hingga hiburan.
Pakar keamanan siber menilai, ke depan, perusahaan-perusahaan besar perlu mempertimbangkan strategi multi-cloud atau hybrid cloud agar tidak terlalu bergantung pada satu penyedia layanan. Dengan begitu, ketika satu sistem mengalami gangguan, sistem lain bisa mengambil alih sementara untuk menjaga kelangsungan operasi.
Sebagaimana diungkapkan Chapple dengan analogi menarik:
“When a major cloud provider sneezes, the Internet catches a cold.”
Ganguan jaringan AWS kali ini memang telah teratasi, namun dampak ekonominya dan potensi hilangnya kepercayaan sementara dari pengguna global menjadi catatan penting bagi masa depan layanan cloud. Dunia digital kini dihadapkan pada kenyataan bahwa keandalan internet modern sepenuhnya bergantung pada segelintir pusat data raksasa di balik layar.