Keamanan Siber Berbasis Green IT, Lebih Aman dan Hemat Energi
- Rita Puspita Sari
- •
- 1 hari yang lalu
Ilustrasi Sustainability
Di tengah pesatnya transformasi digital, organisasi saat ini menghadapi tantangan ganda yang tidak bisa diabaikan. Di satu sisi, ancaman keamanan siber semakin kompleks dan agresif. Di sisi lain, tuntutan untuk mengurangi dampak lingkungan dan menerapkan praktik bisnis berkelanjutan juga kian menguat. Kondisi inilah yang mendorong lahirnya pendekatan Green IT dalam keamanan siber, sebuah strategi yang menggabungkan perlindungan digital dengan efisiensi energi.
Momentum Hari Bumi 2025 menjadi pengingat bahwa teknologi dan keberlanjutan bukan dua hal yang saling bertentangan. Justru sebaliknya, keduanya dapat berjalan beriringan. Melalui penerapan sistem keamanan yang hemat energi, organisasi tidak hanya mampu menjaga aset digitalnya dari serangan siber, tetapi juga berkontribusi dalam menekan emisi karbon, menghemat konsumsi listrik, serta menurunkan biaya operasional jangka panjang.
Keterkaitan Energi dan Keamanan Siber
Selama ini, sistem keamanan siber kerap dipersepsikan sebagai teknologi yang membutuhkan daya besar. Padahal, dengan perencanaan yang tepat, keamanan digital justru bisa dirancang agar lebih efisien secara energi. Salah satu indikator penting dalam pendekatan Green IT adalah konsumsi energi per gigabit (Gbit) data pada perangkat keamanan, khususnya gateway keamanan generasi terbaru.
Semakin rendah energi yang dibutuhkan untuk memproses dan mengamankan data, semakin kecil pula jejak lingkungan yang ditinggalkan. Optimalisasi metrik ini memungkinkan perusahaan membangun infrastruktur digital yang berkelanjutan tanpa mengorbankan kualitas perlindungan terhadap ancaman siber.
Contoh nyata dapat dilihat dari laporan ESG terbaru Check Point. Gateway keamanan Quantum Force 29200 berhasil menurunkan konsumsi daya per throughput hingga 73% dibandingkan generasi sebelumnya, Quantum 28000. Menariknya, efisiensi energi ini tidak mengurangi performa, justru diiringi peningkatan kemampuan pencegahan ancaman hingga 112%. Pencapaian serupa juga ditunjukkan oleh Quantum Force 9800, yang lebih hemat energi 61% dibandingkan Quantum 7000, dengan peningkatan pencegahan ancaman mencapai 111%. Inovasi ini membuktikan bahwa keamanan tinggi dan efisiensi energi dapat berjalan beriringan.
Pencegahan Serangan sebagai Pendekatan Hijau
Keamanan siber yang efektif sejatinya tidak hanya berfokus pada penanganan insiden, tetapi pada pencegahan. Pendekatan preventif ini memiliki dampak besar terhadap penghematan energi. Saat organisasi menjadi korban serangan ransomware atau malware cryptomining, proses pemulihan sering kali memerlukan sumber daya besar, mulai dari pemulihan cadangan data, investigasi forensik, hingga reboot sistem secara menyeluruh. Semua proses tersebut mengonsumsi energi dalam jumlah signifikan.
Sebaliknya, dengan mencegah serangan sejak awal, organisasi dapat menghindari pemborosan energi yang tidak perlu. Kasus malware cryptomining menjadi contoh nyata. Meski puncaknya terjadi pada 2018, ancaman ini masih terus muncul hingga kini, termasuk varian seperti XMRig yang menargetkan mesin gim dan sistem berperforma tinggi. Secara global, aktivitas cryptomining diperkirakan menghabiskan energi hingga 125 terawatt jam per tahun, angka yang menunjukkan betapa besarnya dampak lingkungan dari serangan siber yang tidak tertangani dengan baik.
Sistem AI dan Tantangan Konsumsi Energi
Seiring meningkatnya adopsi Artificial Intelligence (AI), muncul pula tantangan baru dalam keamanan siber. Salah satunya adalah serangan data poisoning, yaitu manipulasi data pelatihan yang membuat model AI menghasilkan keputusan keliru. Dampak serangan ini tidak hanya berbahaya dari sisi bisnis, tetapi juga dari sisi lingkungan.
Memulihkan sistem AI yang terkontaminasi sering kali mengharuskan pelatihan ulang model secara menyeluruh. Proses ini sangat boros energi karena membutuhkan daya komputasi besar dalam waktu lama. Oleh karena itu, melindungi sistem AI sejak awal bukan hanya soal akurasi dan keandalan, tetapi juga tentang efisiensi energi dan keberlanjutan operasional.
Arsitektur Jaringan yang Lebih Efisien
Pilihan arsitektur jaringan juga memegang peran penting dalam penerapan Green IT. Model jaringan hibrida, seperti mesh network dalam ekosistem SASE (Secure Access Service Edge), memungkinkan data melewati jalur yang lebih singkat. Dengan mengurangi jumlah “hop” atau perantara, konsumsi energi selama proses transmisi dapat ditekan secara signifikan.
Di pusat data, pendekatan scale-out security gateway menjadi solusi yang lebih efisien dibandingkan konfigurasi aktif-pasif tradisional. Desain ini memungkinkan ketersediaan tinggi tanpa membiarkan perangkat menganggur dan membuang energi.
Manfaat Ganda bagi Bisnis dan Lingkungan
Mengintegrasikan prinsip Green IT ke dalam strategi keamanan siber memberikan manfaat ganda. Organisasi memperoleh perlindungan yang lebih kuat, biaya operasional yang lebih efisien, serta reputasi positif sebagai entitas yang peduli lingkungan. Di saat yang sama, pengurangan konsumsi energi turut membantu menjaga keberlanjutan sumber daya alam.
Pada akhirnya, keamanan siber bukan hanya soal melindungi data dan sistem, tetapi juga tentang tanggung jawab terhadap lingkungan. Dengan pendekatan yang tepat, mengurangi risiko serangan siber berarti ikut berkontribusi dalam menjaga bumi untuk generasi mendatang.
