BSSN Persiapkan Konsep Strategi Keamanan Siber Nasional
- Mathilda Gian Ayu
- •
- 09 Des 2022 09.00 WIB
Seiring perkembangan teknologi dan digital, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah menyiapkan Konsep Strategi Keamanan Siber Nasional yang merupakan bagian integral dari keamanan nasional.
"Mudah-mudah segera bisa ditandatangani oleh Bapak Presiden, kita sudah mengajukan konsep strategi keamanan siber nasional berkaitan dengan keamanan siber ini," kata Kepala BSSN Hinsa Siburian dalam acara Huawei Media Camp di Institut Teknologi Del, Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Kamis petang (8/12).
Hinsa mengatakan tujuan dari penetapan strategi keamanan siber nasional itu utamanya adalah mewujudkan keamanan siber, melindungi sistem perekonomian digital nasional, serta meningkatkan kekuatan dan kapabilitas keamanan siber yang andal dan berdaya tangkal.
Kemudian, mengutamakan kepentingan nasional dan mendukung terciptanya ruang siber global yang terbuka, aman, stabil, dan bertanggung jawab.
BSSN, lenjut Hinsa, tidak bisa bergerak dan berjalan sendirian dalam mengamankan ruang siber nasional dan memerlukan sinergi dengan berbagai pihak. Pemangku kepentingan dalam konteks keamanan siber ini meliputi penyelenggara negara, pelaku usaha, akademisi, dan komunitas.
Sementara fokus area kerja atau sasaran dalam strategi keamanan siber nasional ini, jelas Hinsa, meliputi tata kelola, manajemen risiko, kesiapsiagaan dan keamanan, perlindungan infrastruktur informasi vital, kemandirian kriptografi nasional; pembangunan kapasitas, kapabilitas, dan kualitas; kebijakan keamanan siber; dan kerja sama internasional.
Oleh karena itu, peran media massa juga sangat diperlukan dalam menyosialisasikan mengenai bahaya serangan siber kepada masyarakat. Ancaman siber, menurut Hinsa, merupakan ancaman hibrida yang bisa dalam bentuk kontrol informasi, spionase, dan bahkan sabotase.
Mengenai sifat serangan, Hinsa menjelaskan, ada dua, yakni yang bersifat teknis dan sosial. Ancaman bersifat teknis adalah yang menyerang sistem elekronik, antara lain dalam bentuk malware, DDoS, phising, dan lain-lain.
Sedangkan serangan sosial yang tidak kalah bahanyanya, antara lain dalam bentuk propaganda hitam, separatisme, radikalisme, dan kejahatan siber lainnya.
"Kita tahu bahwa kekuatan bangsa kita adalah persatuan, nah apabila ini yang ada yang merongrong tentu sangat berbahaya," tegas Hinsa sembari menambahkan bahwa serangan bersifat sosial ini bisa masuk lewat ruang-ruang privat dalam interaksi orang di internet.
Dalam kaitan itu lah, Hinda mengharapkan peran aktif kalangan media untuk bisa menyosialisasikan mengenai bahaya serangan siber kepada masyarakat.