Cloud vs On-Premise: Mana yang Lebih Cocok untuk Bisnis Anda?
- Rita Puspita Sari
- •
- 14 jam yang lalu
Di era digital saat ini, banyak perusahaan mulai beralih ke komputasi cloud untuk mengelola data dan aplikasi mereka. Namun, masih ada perusahaan besar yang ragu untuk meninggalkan sistem on-premise (di tempat) yang sudah lama mereka gunakan. Di sisi lain, perusahaan baru sering mempertanyakan apakah investasi besar dalam infrastruktur on-premise adalah keputusan yang tepat.
Tidak ada solusi yang bisa diterapkan untuk semua perusahaan. Keputusan antara menggunakan on-premise atau cloud harus disesuaikan dengan kebutuhan bisnis, anggaran, dan kebijakan keamanan masing-masing perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan, keuntungan, dan risiko dari kedua sistem ini.
Mari kita bahas lebih lanjut perbandingan antara on-premise dan cloud.
Pengertian On-Premise
On-premise adalah sistem di mana perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) dikelola secara langsung oleh perusahaan di lokasi mereka sendiri. Dalam sistem ini, semua infrastruktur IT termasuk server, penyimpanan data, dan aplikasi berada di dalam gedung perusahaan, bukan di pusat data pihak ketiga seperti layanan cloud.
Karena perusahaan memiliki kontrol penuh atas sistem mereka, on-premise sering digunakan di industri yang menangani data sensitif atau yang tunduk pada regulasi ketat, seperti:
- Perbankan: untuk melindungi data transaksi pelanggan.
- Rumah sakit: untuk menjaga kepatuhan terhadap standar keamanan medis seperti HIPAA.
- Pemerintahan: untuk menjaga keamanan dokumen-dokumen penting negara.
Namun, meskipun menawarkan tingkat keamanan dan kontrol yang lebih tinggi, sistem ini juga memiliki tantangan tersendiri. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai keuntungan dan kekurangan on-premise.
Keuntungan On-Premise
Meskipun cloud computing semakin populer, banyak perusahaan tetap memilih on-premise karena beberapa alasan berikut:
- Kontrol Penuh atas Sistem
Dalam sistem on-premise, seluruh infrastruktur IT berada di bawah kendali perusahaan. Ini berarti perusahaan dapat menyesuaikan sistem sesuai dengan kebutuhannya tanpa tergantung pada penyedia layanan pihak ketiga.
Contohnya:
- Bank dapat mengatur sistem keamanan mereka sendiri tanpa bergantung pada penyedia cloud.
- Rumah sakit dapat menyimpan data pasien dalam sistem internal untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi medis.
- Keamanan yang Dapat Disesuaikan
Salah satu keunggulan terbesar dari on-premise adalah fleksibilitas dalam mengatur kebijakan keamanan. Perusahaan dapat:
- Menggunakan firewall dan enkripsi tingkat lanjut.
- Menerapkan sistem otorisasi khusus untuk mencegah akses tidak sah.
- Menghindari risiko serangan cyber yang menyerang layanan cloud publik.
- Dapat Bekerja Tanpa Internet
Sistem on-premise dapat tetap berjalan tanpa koneksi internet. Ini menjadi keunggulan besar bagi perusahaan yang beroperasi di daerah dengan akses internet terbatas atau tidak stabil.
Contohnya:
- Pabrik manufaktur di lokasi terpencil tetap dapat mengoperasikan sistem internal mereka tanpa gangguan.
- Perusahaan keamanan dapat menjalankan sistem pengawasan tanpa risiko downtime akibat gangguan internet.
- Kepatuhan Regulasi yang Lebih Mudah
Banyak industri memiliki regulasi ketat yang mengharuskan perusahaan untuk menyimpan data mereka dalam server lokal. Dengan sistem on-premise, perusahaan dapat lebih mudah memenuhi standar kepatuhan, seperti:
- HIPAA (Health Insurance Portability and Accountability Act) untuk data medis.
- GDPR (General Data Protection Regulation) di Uni Eropa untuk data pribadi pelanggan.
Kekurangan On-Premise
Meskipun memiliki banyak keuntungan, sistem on-premise juga memiliki beberapa tantangan yang perlu dipertimbangkan sebelum menggunakannya.
- Investasi Awal yang Besar
Untuk membangun sistem on-premise, perusahaan perlu mengeluarkan modal awal yang besar untuk:
- Membeli server dan perangkat penyimpanan.
- Memasang jaringan internal yang aman dan stabil.
- Menyediakan ruang fisik dan pendingin untuk pusat data internal.
- Listrik untuk menjalankan server 24/7.
- Pemeliharaan perangkat keras agar tetap berfungsi optimal.
- Membutuhkan Tim IT Khusus
Mengelola sistem on-premise membutuhkan tenaga ahli IT yang andal untuk:
- Mengelola server dan jaringan.
- Memastikan sistem tetap aman dari ancaman cyber.
- Memperbaiki dan memperbarui perangkat lunak secara berkala.
- Akses Terbatas dari Jarak Jauh
Karena data tersimpan di lokasi fisik perusahaan, mengakses sistem dari luar kantor bisa menjadi tantangan.
- Solusi seperti VPN (Virtual Private Network) atau Remote Desktop bisa digunakan, tetapi mereka memiliki risiko keamanan yang harus dikelola dengan baik.
Apa Itu Cloud Computing?
Cloud computing adalah sistem di mana perusahaan menyimpan data dan menjalankan aplikasi mereka di server eksternal yang dikelola oleh penyedia layanan cloud, seperti Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, dan Microsoft Azure. Layanan ini semakin populer karena menawarkan biaya yang lebih fleksibel, skalabilitas tinggi, serta pencadangan data secara otomatis.
Menurut data dari Statista, pada kuartal kedua tahun 2023, AWS menguasai 32% pasar cloud global, diikuti oleh Microsoft dengan 22%, dan Google dengan 11%.
Keuntungan Cloud Computing
- Tidak Membutuhkan Investasi Awal yang Besar
Tidak seperti on-premise yang membutuhkan investasi besar di awal, cloud computing menggunakan model berlangganan bulanan sesuai dengan kapasitas yang digunakan. Ini memungkinkan perusahaan untuk menghemat biaya infrastruktur. - Pemeliharaan Dilakukan oleh Vendor
Perusahaan tidak perlu mengelola server sendiri karena penyedia layanan cloud bertanggung jawab atas pemeliharaan sistem, pembaruan perangkat lunak, dan pencadangan data secara berkala. - Akses dari Mana Saja
Dengan cloud computing, pengguna dapat mengakses data dan aplikasi dari mana saja selama ada koneksi internet. Ini sangat berguna untuk bisnis dengan tim yang bekerja secara remote. - Pencadangan Data yang Teratur
Cloud memungkinkan pencadangan data secara otomatis sehingga jika terjadi kesalahan atau kehilangan data, informasi tetap bisa dipulihkan dengan mudah.
Kekurangan Cloud Computing
Meskipun menawarkan berbagai keuntungan, cloud computing juga memiliki beberapa tantangan, seperti:
- Keamanan Data
Karena data disimpan di server milik pihak ketiga, ada risiko keamanan seperti kebocoran data atau serangan siber. Contohnya, pada tahun 2014, layanan penyimpanan Dropbox mengalami kebocoran data akibat celah keamanan dalam sistem mereka. - Ketergantungan pada Internet
Jika koneksi internet terputus, maka akses ke data dan aplikasi yang tersimpan di cloud juga akan terganggu. Bagi bisnis yang sangat bergantung pada cloud, downtime bisa berakibat besar terhadap produktivitas. - Struktur Harga yang Kompleks
Cloud computing menggunakan model harga yang beragam, seperti berdasarkan kapasitas penyimpanan, jumlah pengguna, atau fitur tambahan. Hal ini bisa membuat perhitungan biaya menjadi rumit dan sulit diprediksi.
Jenis-Jenis Cloud Computing
Cloud computing memiliki empat kategori utama, yaitu:
- Private Cloud
Cloud yang hanya digunakan oleh satu perusahaan atau organisasi tertentu. Private cloud memberikan keamanan lebih tinggi, tetapi biayanya cukup mahal. - Public Cloud
Cloud yang dikelola oleh vendor pihak ketiga dan digunakan oleh banyak perusahaan. Contohnya adalah AWS, Google Cloud, dan Microsoft Azure. Public cloud lebih murah dan fleksibel, tetapi memiliki kontrol yang lebih terbatas dibandingkan private cloud. - Hybrid Cloud
Kombinasi antara private cloud dan public cloud. Hybrid cloud memberikan fleksibilitas lebih besar serta memungkinkan perusahaan untuk menyimpan data sensitif di private cloud dan data umum di public cloud. - Multi-Cloud
Penggunaan berbagai layanan cloud dari beberapa penyedia sekaligus. Multi-cloud memungkinkan perusahaan mendapatkan manfaat dari berbagai layanan cloud, tetapi memerlukan manajemen yang lebih kompleks.
Perbandingan Cloud vs On-Premise: Mana yang Lebih Cocok untuk Bisnis Anda?
Saat memilih antara cloud dan on-premise, perusahaan harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti kontrol, biaya, keamanan, serta kemudahan akses. Berikut adalah perbandingan mendalam antara keduanya untuk membantu Anda menentukan solusi yang paling sesuai.
- Implementasi: Kendali Sendiri atau Serahkan ke Penyedia?
Jika memilih sistem on-premise, perusahaan harus mengelola infrastruktur sendiri, termasuk perangkat keras, perangkat lunak, serta proses instalasi dan konfigurasi. Ini berarti perusahaan memiliki kebebasan penuh dalam menyesuaikan sistem sesuai kebutuhan.Sebaliknya, pada sistem cloud, seluruh pengelolaan dilakukan oleh penyedia layanan eksternal. Perusahaan cukup memilih layanan yang sesuai, melakukan konfigurasi awal, dan langsung bisa digunakan tanpa harus repot membangun infrastruktur sendiri.
- Kontrol: Kebebasan Penuh vs. Pengelolaan Vendor
Pada solusi on-premise, perusahaan memiliki kontrol penuh atas data dan sistemnya. Segala bentuk perubahan, penyesuaian, atau penambahan fitur bisa dilakukan sesuai kebijakan internal tanpa bergantung pada pihak ketiga.Namun, dalam sistem cloud, kendali berada di tangan penyedia layanan. Walaupun pengguna dapat mengelola dan mengatur penggunaan sistemnya, tetap ada batasan yang ditentukan oleh vendor.
- Keamanan: Tanggung Jawab Penuh vs. Proteksi Eksternal
Keamanan menjadi salah satu faktor krusial dalam memilih antara cloud dan on-premise. Pada sistem on-premise, perusahaan bertanggung jawab sepenuhnya atas perlindungan data, mulai dari firewall, enkripsi, hingga pengelolaan akses pengguna. Dengan kata lain, tingkat keamanannya bergantung pada seberapa baik tim IT perusahaan dalam mengelola sistemnya.Di sisi lain, penyedia layanan cloud biasanya telah menerapkan standar keamanan tinggi, termasuk enkripsi data, perlindungan dari serangan siber, serta cadangan data otomatis. Namun, risiko kebocoran tetap ada, terutama jika ada celah keamanan dalam aksesibilitas cloud atau kesalahan pengguna dalam mengatur izin akses.
- Biaya: Investasi Besar atau Model Berlangganan?
Sistem on-premise membutuhkan investasi awal yang besar untuk pengadaan perangkat keras, perangkat lunak, serta biaya pemeliharaan dan operasional yang terus berjalan.Sebaliknya, solusi cloud lebih fleksibel dalam hal biaya karena umumnya menggunakan model berlangganan. Perusahaan bisa memilih paket sesuai kebutuhan dan membayar berdasarkan kapasitas atau fitur yang digunakan, sehingga lebih efisien bagi bisnis yang ingin mengurangi pengeluaran modal.
- Aksesibilitas: Terbatas vs. Fleksibel
Salah satu kelemahan on-premise adalah aksesibilitasnya yang terbatas. Pengguna hanya dapat mengakses sistem dari dalam perusahaan atau melalui jaringan internal yang telah dikonfigurasi.Sementara itu, sistem berbasis cloud memungkinkan akses dari mana saja selama ada koneksi internet. Hal ini sangat bermanfaat bagi perusahaan yang menerapkan work from home atau memiliki tim yang bekerja di berbagai lokasi.
- Pemeliharaan: Tim IT Internal vs. Vendor
Mengelola sistem on-premise memerlukan tim IT internal yang bertanggung jawab atas pemeliharaan, pembaruan, serta troubleshooting sistem. Ini bisa menjadi beban tambahan bagi perusahaan, terutama yang tidak memiliki sumber daya IT yang besar.Di sisi lain, layanan cloud menghilangkan kebutuhan akan pemeliharaan internal karena semua urusan teknis, pembaruan sistem, serta perbaikan dikelola langsung oleh penyedia layanan. Perusahaan hanya perlu memastikan penggunaannya optimal tanpa harus mengkhawatirkan infrastruktur di baliknya.
Kesimpulan
Baik on-premise maupun cloud computing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jika perusahaan membutuhkan kontrol penuh atas data dan keamanan, serta memiliki sumber daya untuk mengelola infrastruktur sendiri, maka on-premise bisa menjadi pilihan terbaik.
Namun, jika perusahaan ingin mengurangi biaya operasional, meningkatkan fleksibilitas, dan mengakses data dari mana saja, maka cloud computing lebih ideal.
Dalam beberapa kasus, kombinasi hybrid cloud bisa menjadi solusi terbaik untuk mendapatkan keuntungan dari kedua sistem ini. Oleh karena itu, sebelum memilih, perusahaan harus mempertimbangkan kebutuhan bisnis, anggaran, dan kebijakan keamanan mereka.