Era Kerja Remote, Keamanan Akses Kini Beralih ke RPAM
- Rita Puspita Sari
- •
- 15 jam yang lalu
Ilustrasi Remote Work
Dalam beberapa tahun terakhir, lanskap teknologi informasi (IT) mengalami perubahan besar. Perusahaan tidak lagi hanya mengandalkan sistem internal, kantor pusat, dan jaringan lokal untuk menjalankan operasional mereka. Sebaliknya, kini semakin banyak organisasi memanfaatkan cloud, layanan pihak ketiga, serta pola kerja hybrid dan remote yang memungkinkan karyawan bekerja dari mana saja. Perubahan ini membawa banyak keuntungan dari sisi efisiensi dan fleksibilitas, namun juga menghadirkan tantangan besar dalam hal keamanan.
Model keamanan tradisional yang hanya berfokus pada perlindungan perimeter jaringan — serta penggunaan solusi keamanan on-premises seperti Privileged Access Management (PAM) — kini tidak lagi cukup kuat mengimbangi kompleksitas ancaman saat ini. Administrator IT, kontraktor proyek, developer, hingga vendor eksternal membutuhkan akses ke sistem penting organisasi kapan saja dan dari perangkat apa saja. Ketika akses ini tidak dikelola dengan benar, risiko pencurian data, peretasan, dan pelanggaran kepatuhan bisa meningkat secara signifikan.
Karena kebutuhan modern ini, banyak organisasi mulai beralih ke pendekatan baru yang disebut Remote Privileged Access Management (RPAM). Solusi ini menawarkan pengamanan akses istimewa secara berbasis cloud, yang mencakup seluruh lingkungan organisasi — baik lokal, remote, maupun hybrid — tanpa mengurangi aspek keamanan atau kepatuhan.
Apa Sebenarnya RPAM?
Remote Privileged Access Management (RPAM) adalah teknologi keamanan yang memungkinkan organisasi memantau, mengontrol, dan mengelola akses istimewa (privileged access) untuk pengguna jarak jauh maupun pihak ketiga dengan cara yang modern dan aman. Yang dimaksud dengan “akses istimewa” adalah akses tingkat tinggi ke sistem, server, aplikasi, database, dan infrastruktur penting yang biasanya dimiliki oleh administrator IT atau personel teknis lainnya.
Berbeda dengan PAM tradisional yang bekerja dalam jaringan internal perusahaan, RPAM memperluas cakupan perlindungan hingga di luar perimeter jaringan. Artinya, pengguna tetap dapat mengakses sistem penting dari mana saja — tetapi tetap dengan kontrol, autentikasi, dan pengawasan ketat.
Beberapa fitur utama RPAM antara lain:
- Membatasi akses hanya sesuai kebutuhan (least privilege)
- Memverifikasi identitas pengguna sebelum memberikan akses
- Mengawasi dan merekam seluruh aktivitas pengguna selama sesi
- Tidak mengekspos kredensial seperti password kepada pengguna
- Tidak bergantung pada VPN atau software agen tambahan
Setiap sesi istimewa direkam secara rinci sehingga tim keamanan dapat mengetahui siapa mengakses sistem apa, kapan, dan tindakan apa yang dilakukan. Tingkat transparansi ini menjadi sangat krusial dalam investigasi insiden maupun audit kepatuhan.
Perbedaan RPAM dan PAM Tradisional
Meskipun PAM dan RPAM memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga keamanan akses istimewa, keduanya diciptakan untuk kondisi operasional yang berbeda.
| Aspek | PAM Tradisional | RPAM |
| Lingkungan operasional | On-premise, jaringan internal | Hybrid & remote, cloud-based |
| Lokasi akses | Di dalam kantor | Di mana saja |
| Ketergantungan | VPN, penginstalan agen | Tanpa VPN & tanpa agen |
| Skalabilitas | Terbatas | Tinggi |
| Arsitektur keamanan | Perimeter security | Zero trust |
Dalam era cloud dan kerja remote, PAM tradisional sering menjadi kurang fleksibel karena:
- hanya berjalan di jaringan internal,
- membutuhkan VPN untuk akses jarak jauh,
- proses penerapan dan skalabilitasnya lebih lambat,
- permukaan serangan meningkat saat organisasi tumbuh.
Sebaliknya, RPAM dirancang untuk realitas modern. Dengan menerapkan prinsip zero trust (“jangan percaya siapa pun sebelum diverifikasi”), RPAM memastikan bahwa kontrol keamanan tetap berlaku meskipun pengguna mengakses dari rumah, hotel, atau negara lain sekalipun.
Mengapa Adopsi RPAM Meningkat dengan Sangat Cepat
Transformasi digital, kerja remote, dan maraknya serangan siber menjadi kombinasi yang memaksa organisasi untuk mengadopsi pendekatan keamanan baru. Berikut tiga faktor utama yang mendorong percepatan adopsi RPAM di berbagai industri:
-
Kerja Remote Membutuhkan Kontrol Akses yang Lebih Cerdas
Sebelum era digital, akses istimewa hanya dilakukan di pusat data perusahaan. Kini, banyak hal berbeda:- Karyawan bekerja dari berbagai provinsi atau bahkan negara
- Pihak ketiga ikut mengelola sistem organisasi
- Perangkat yang digunakan beragam, tidak hanya laptop kantor
Tanpa sistem keamanan yang adaptif, risiko kebocoran data meningkat. RPAM hadir untuk menyediakan akses berbasis kebijakan dan Just-in-Time (JIT), yaitu akses hanya diberikan saat dibutuhkan dan untuk durasi tertentu — sehingga tidak ada hak akses permanen yang berpotensi disalahgunakan.
Dengan cara ini, koneksi dari admin IT internal maupun vendor eksternal tetap diawasi dan hanya diberikan ketika benar-benar diperlukan.
-
Penjahat Siber Menjadikan Akses Remote sebagai Target Utama
Serangan digital kini semakin canggih. Ransomware, pencurian kredensial, serangan RDP, dan eksploitasi VPN menjadi pola yang sangat sering terjadi. Begitu akses remote berhasil ditembus, pelaku bisa:- mencuri data rahasia,
- menjual kredensial di dark web,
- memasang malware,
- atau bergerak lateral ke seluruh sistem organisasi.
RPAM meminimalkan peluang tersebut dengan:
- verifikasi identitas berlapis (Multi-Factor Authentication / MFA),
- perekaman aktivitas sepanjang sesi,
- penerapan zero trust,
- serta penghapusan kredensial bersama (shared credentials).
Dengan demikian, hanya pengguna yang terus diverifikasi yang dapat mengakses data penting — sehingga peluang penyusupan jauh lebih kecil.
-
Kepatuhan Keamanan Mendorong Automasi
Banyak organisasi kini dituntut mematuhi standar keamanan global seperti ISO 27001, HIPAA, PCI-DSS, dan berbagai peraturan perlindungan data. Regulasi tersebut mengharuskan adanya:- visibilitas penuh terhadap aktivitas privileged,
- catatan audit lengkap,
- transparansi siapa melakukan apa.
Tanpa otomasi, pencatatan audit manual memakan waktu dan rawan kesalahan. RPAM mengatasi masalah itu dengan:
- mencatat semua sesi secara otomatis,
- menyediakan rekaman aktivitas,
- menghasilkan jejak audit terperinci.
Selain membantu proses audit menjadi lebih cepat dan akurat, RPAM juga membantu organisasi menilai pola aktivitas pengguna untuk mendeteksi risiko lebih awal.
RPAM adalah Keamanan Akses Generasi Baru
Perubahan cara bekerja dan berkembangnya ancaman siber telah menunjukkan bahwa teknologi keamanan lama sudah tidak lagi memadai. Organisasi kini membutuhkan sistem yang:
- aman,
- fleksibel,
- berbasis cloud,
- mematuhi regulasi,
- dan mendukung pola kerja hybrid maupun remote.
RPAM menyediakan semua kebutuhan tersebut. Dengan memperluas pengamanan akses istimewa ke seluruh lingkungan modern — dari pusat data hingga cloud, dari kantor hingga rumah karyawan — RPAM membantu organisasi menjaga keamanan tanpa mengorbankan produktivitas.
Tidak mengherankan jika RPAM semakin menjadi pilihan utama bagi perusahaan dari berbagai industri, mulai dari keuangan, kesehatan, manufaktur, energi, hingga teknologi.
