Penerapan IoT dalam Pengurangan Emisi Karbon Global
- Nikita Dewi Kurnia Salwa
- •
- 07 Okt 2024 01.03 WIB
IoT telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita. Dari asisten rumah tangga yang cerdas hingga sensor parkir, semua perangkat ini terhubung melalui teknologi IoT. Namun, contoh-contoh tersebut hanya mencakup sebagian kecil dari potensi IoT dalam skala global. Konsep kota pintar dan mobil tanpa pengemudi merupakan ilustrasi lebih luas dari bagaimana perangkat yang terhubung dapat membentuk jaringan konektivitas berskala besar yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.
Pada dasarnya, IoT berfokus pada pengumpulan data dan pengendalian objek dari jarak jauh. Hal ini menjadikan IoT sebagai katalisator untuk pengambilan keputusan yang lebih cerdas dan model bisnis yang inovatif. Carsten Rhod Gregersen, CEO dan pendiri Nabto, menekankan bahwa teknologi ini dapat membantu mengekstraksi lebih banyak nilai dari sumber daya yang lebih sedikit, suatu kebutuhan mendesak di tengah tantangan global saat ini.
Kemampuan IoT menjadi semakin krusial dalam menghadapi perubahan iklim, dengan skenario terbaik yang memerlukan mitigasi emisi karbon secara agresif. Umat manusia tengah berlomba lomba menuju nol emisi, dan di sinilah IoT menunjukkan potensi besarnya. Dengan meningkatkan arus orang, energi, barang, dan informasi, teknologi ini dapat membantu mengendalikan dan mengurangi jejak karbon secara efektif.
Penerapan IoT dalam berbagai sektor tidak hanya memfasilitasi efisiensi operasional, tetapi juga menciptakan pendekatan baru untuk memahami dan mengelola emisi. Melalui pemantauan real-time dan analisis data, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik dan lebih cepat dalam mengelola sumber daya energi yang kita miliki saat ini. Dengan demikian, IoT tidak hanya mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi, tetapi juga membuka peluang untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Secara keseluruhan, penggabungan teknologi IoT dalam industri energi dan berbagai sektor lainnya tidak hanya menjanjikan peningkatan efisiensi, tetapi juga berpotensi menjadi kunci dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim dan menciptakan dunia yang lebih hijau. Untuk mengetahui bagaimana cara IoT mengatasi emisi, mari kita lihat beberapa cara yang teknologi ini bisa lakukan.
- Smart Grid (Jaringan Listrik Cerdas)
Salah satu aplikasi menjanjikan dalam konteks teknologi terkini adalah energi pintar. Jaringan pasokan energi yang berbasis IoT ini mampu mendeteksi dan menyesuaikan perubahan lokal dalam penggunaan energi, menawarkan berbagai manfaat yang ramah lingkungan. Salah satu aplikasi paling menonjol dari IoT dalam industri energi adalah pengembangan smart grid, atau jaringan listrik pintar. Smart grid menggunakan teknologi sensor dan komunikasi untuk memantau serta mengelola distribusi listrik secara lebih efisien. Dengan adanya sistem ini, perusahaan dapat meminimalkan kehilangan energi yang biasanya terjadi dalam proses distribusi. Smart grid juga memungkinkan pengawasan secara real-time, sehingga penyesuaian dan perbaikan dapat dilakukan dengan cepat, memastikan aliran listrik yang lebih stabil dan andal.
Menurut proyeksi dari Ericsson Research, penerapan jaringan pintar dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 3,9% pada tahun 2030. Selain itu, teknologi ini juga memberikan manfaat langsung kepada pelanggan. Karena perusahaan mulai memberikan insentif kepada konsumen yang mengurangi penggunaan energi mereka selama jam-jam.
- Pemantauan dan Pengelolaan Emisi
IoT juga berperan penting dalam pemantauan emisi karbon di sektor energi. Dengan menggunakan sensor yang ditempatkan di berbagai lokasi produksi, perusahaan energi dapat mengukur tingkat emisi secara akurat dan terus-menerus. Data yang dikumpulkan kemudian dapat dianalisis untuk mengidentifikasi titik-titik lemah dalam proses produksi yang memerlukan perbaikan. Dengan informasi ini, langkah-langkah strategis dapat diambil untuk mengurangi emisi, meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan, dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Selain itu dengan sistem pemantauan dan kontrol yang lebih baik, perusahaan dapat mengoptimalkan penggunaan energi, sehingga mengurangi pemborosan. Ini tidak hanya berdampak pada penghematan biaya, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon yang dihasilkan dari proses produksi.
Pemantauan tersebut juga dapat dilakukan perusahaan dengan sumber energi fossil. Pemantauan dapat mengidentifikasi area di mana emisi dari pembakaran bahan bakar fosil dapat diminimalkan. Ini mencakup proses pembakaran dan pengendalian polusi yang dihasilkan. Dengan data yang akurat, perusahaan dapat melakukan perbaikan berkelanjutan yang akan berdampak pada kurangnya jejak karbon mereka.
Seperti contoh Perusahaan seperti PLN (Indonesia) dan berbagai perusahaan listrik di negara lain telah mengintegrasikan sensor dan sistem pemantauan pada pembangkit listrik batubara untuk mengoptimalkan proses pembakaran dan mengurangi emisi NOx, SOx, dan partikulat.
- Pengelolaan Energi Terbarukan
Sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin mendapatkan manfaat besar dari teknologi IoT. Dengan sistem yang dilengkapi sensor dan perangkat pintar, produksi energi dari sumber-sumber terbarukan ini dapat dikelola dengan lebih baik. Misalnya, IoT memungkinkan pemantauan kondisi cuaca dan performa panel surya atau turbin angin secara real-time. Data ini membantu dalam mengoptimalkan produksi energi dari sumber energi terbarukan.
Selain itu IoT juga mendukung integrasi yang lebih baik dari sumber energi terbarukan ke dalam jaringan listrik. Dengan memanfaatkan teknologi ini, ketergantungan pada bahan bakar fosil dapat berkurang, yang secara langsung berdampak pada pengurangan emisi karbon. Sebagai contoh, data dari sensor dapat digunakan untuk menyesuaikan output dari pembangkit listrik berbasis fosil saat ada peningkatan pasokan energi dari sumber terbarukan. Ini menciptakan sinergi antara energi terbarukan dan konvensional, sehingga meningkatkan efisiensi keseluruhan sistem energi.
- Meningkatkan Hasil Panen dengan Pertanian Presisi
Aplikasi lainnya dari teknologi IoT adalah dalam pertanian presisi. Sektor pertanian, yang berkontribusi sebesar 24% terhadap emisi gas rumah kaca global, menjadi penghasil emisi terbesar kedua setelah sektor energi. Dalam hal ini, perangkat pintar IoT dapat membantu mengurangi inefisiensi dan pemborosan.
Pertanian presisi menggunakan sensor untuk memeriksa tingkat kesuburan tanah dan ketersediaan air, memungkinkan pengelolaan lahan yang lebih terarah. Mengingat bahwa kesuburan tanah dan hasil panen dapat bervariasi drastis hingga 400% dalam satu lahan, teknologi ini berperan penting dalam mengidentifikasi area yang memerlukan tambahan pupuk atau kelembapan, sehingga perawatan yang berbeda dapat diterapkan pada bagian-bagian tertentu dari lahan.
Forum Ekonomi Dunia memperkirakan bahwa jika 15-25% petani mengadopsi pertanian presisi, hasil panen global dapat meningkat sebesar 10-15% pada tahun 2030. Selain itu, emisi gas rumah kaca dan penggunaan air dapat berkurang masing-masing sebesar 10% dan 20%.
Lebih jauh lagi, IoT dapat meningkatkan produktivitas di sektor pertanian. Teknologi ini memungkinkan petani untuk memantau peralatan mereka, mulai dari traktor hingga sistem transportasi biji-bijian. Misalnya, sensor dapat dipasang pada traktor untuk memantau efisiensi operasional. Jika traktor tidak berfungsi dengan optimal, sensor tersebut akan memberikan peringatan kepada petani agar perbaikan segera dilakukan. Hal ini membantu mencegah kerusakan mendadak, sehingga peralatan dapat beroperasi lebih lama dan produktivitas dapat meningkat.
- Pelacakan Makanan dan Pencegahan Pemborosan
Setelah makanan diproduksi, perangkat terhubung dapat berperan dalam mencegah pemborosan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 1,4 miliar ton makanan yang diproduksi setiap tahun hilang atau terbuang di sepanjang rantai pasokan. Ketika limbah makanan masuk ke tempat pembuangan, ia menghasilkan gas rumah kaca yang merugikan iklim dan berkontribusi terhadap pemanasan global. Selain itu, sumber daya yang digunakan untuk memproduksi makanan tersebut menjadi sia-sia.
Carsten Rhod Gregersen menjelaskan bahwa implementasi IoT untuk transparansi dan keterlacakan secara real-time sangat penting untuk mengumpulkan data komprehensif tentang produk sepanjang rantai pasokan, mulai dari panen hingga distribusi. Sensor menjadi kunci dalam keterlacakan dan identifikasi, memastikan makanan sampai ke tujuan yang tepat.
Sebagai contoh, perusahaan ZestLabs dari California memanfaatkan data dari sensor IoT yang digabungkan dengan analisis prediktif untuk mengidentifikasi dan mencegah masalah yang dapat menyebabkan pemborosan makanan segar. Laporan dari Forum Ekonomi Dunia menyatakan bahwa penerapan teknologi sensor dalam rantai pasokan makanan dapat mengurangi pemborosan makanan hingga 7%.
Implementasi IoT dalam Industri Energi
Beberapa perusahaan terkemuka telah berhasil menerapkan solusi IoT dalam upaya mereka untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi emisi karbon. Misalnya, General Electric (GE) telah menggunakan teknologi sensor dan analitik data untuk memantau dan mengoptimalkan operasi pembangkit listrik mereka. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kinerja tetapi juga membantu dalam mencapai target pengurangan emisi.
Perusahaan Siemens juga memanfaatkan IoT untuk mengelola dan mengintegrasikan energi terbarukan ke dalam jaringan listrik, yang berkontribusi pada pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selain itu, Schneider Electric telah mengembangkan platform IoT yang dirancang untuk membantu perusahaan energi dalam mengelola konsumsi energi dengan lebih efisien, mengurangi pemborosan, dan menurunkan emisi karbon.
Masa Depan IoT dalam Pengurangan Emisi Karbon
Melihat ke depan, perkembangan teknologi IoT menjanjikan potensi yang lebih besar dalam pengurangan emisi karbon. Seiring dengan kemajuan teknologi, solusi IoT akan semakin terjangkau dan mudah diakses. Hal ini akan memungkinkan penerapan yang lebih luas di industri energi dan sektor lainnya. Selain itu, dukungan dari pemerintah melalui regulasi dan kebijakan yang tepat akan sangat penting dalam mendorong penggunaan teknologi ini untuk mengurangi emisi karbon.
Selain itu, penting untuk mengeksplorasi bagaimana energi pintar dapat berkolaborasi dengan kendaraan listrik dan teknologi vehicle to grid. Proses pengisian daya menjadi dua arah, di mana jaringan tidak hanya berfungsi untuk menyediakan listrik ke baterai kendaraan, tetapi juga menganggap baterai tersebut sebagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan energi lainnya.
Sebagai contoh bayangkan, pengemudi yang pulang ke rumah pada malam hari dapat memanfaatkan energi yang tersimpan dalam baterai mobil listrik mereka untuk menyalakan peralatan rumah tangga. Mereka dapat mengisi ulang baterai tersebut di malam hari ketika penyedia listrik menawarkan tarif yang lebih murah, atau selain itu jaringan pintar juga memungkinkan baterai diisi ulang saat energi dihasilkan dari sumber terbarukan.
Kolaborasi antara perusahaan teknologi dan energi juga akan menjadi kunci keberhasilan implementasi IoT. Dengan bekerja sama, mereka dapat mengembangkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang baru.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, IoT memiliki potensi luar biasa untuk membantu mengurangi emisi karbon dalam industri energi. Melalui peningkatan efisiensi, pemantauan emisi, dan integrasi energi terbarukan, IoT berperan penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Meskipun tantangan dalam penerapannya masih ada, manfaat jangka panjang dari pengurangan emisi dan peningkatan efisiensi menjadikan IoT sebagai investasi yang berharga. Dengan dukungan teknologi yang terus berkembang, kebijakan yang mendukung, dan kolaborasi antara berbagai pihak, masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan dapat tercapai.