Shared Responsibility Model: Konsep Dasar Keamanan Cloud


Ilustrasi Shared Responsibility Model

Ilustrasi Shared Responsibility Model

Dalam dunia digital modern, semakin banyak perusahaan dan individu memanfaatkan layanan cloud computing untuk menyimpan data, mengelola aplikasi, dan menjalankan sistem bisnis mereka. Cloud menawarkan kemudahan akses, fleksibilitas, dan efisiensi biaya. Namun, di balik semua keunggulan itu, muncul satu pertanyaan penting: siapa yang bertanggung jawab menjaga keamanan data di cloud?

Jawabannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Tidak hanya penyedia layanan cloud yang harus menjamin keamanan, tetapi pengguna juga memiliki peran besar dalam melindungi data mereka. Inilah yang disebut dengan Shared Responsibility Model.

 
Apa Itu Shared Responsibility Model?

Shared Responsibility Model adalah konsep pembagian tanggung jawab keamanan antara penyedia layanan cloud (cloud service provider) dan pengguna layanan cloud (cloud customer). Model ini menjelaskan secara jelas bagian keamanan mana yang dikelola oleh penyedia dan bagian mana yang menjadi tanggung jawab pengguna.

Namun, pembagiannya tidak selalu sama. Tanggung jawab tersebut tergantung pada:

  • Jenis layanan cloud yang digunakan (Infrastructure as a Service / IaaS, Platform as a Service / PaaS, atau Software as a Service / SaaS).
  • Siapa penyedia cloud-nya — misalnya AWS, Microsoft Azure, atau Google Cloud.

Dengan kata lain, keamanan cloud adalah kerja sama dua arah antara penyedia dan pelanggan. Jika salah satu pihak lalai, maka potensi risiko seperti kebocoran data, serangan siber, atau kehilangan akses bisa saja terjadi.

 
Bagaimana Cara Kerja Shared Responsibility Model

Untuk memahami model ini, bayangkan cloud sebagai gedung apartemen digital.

  • Penyedia layanan cloud adalah pengelola gedung yang bertanggung jawab atas struktur bangunan, listrik, dan keamanan umum.
  • Sementara pengguna cloud adalah penyewa apartemen yang bertanggung jawab menjaga isi ruangan mereka sendiri, termasuk barang pribadi dan kunci pintu.

Dalam konteks cloud:

  • Penyedia layanan cloud bertanggung jawab atas infrastruktur fisik, seperti server, pusat data, dan jaringan global.
  • Pengguna cloud bertanggung jawab atas data, aplikasi, dan konfigurasi keamanan di dalam lingkungan mereka sendiri.

Lapisan di antara keduanya—seperti sistem operasi, middleware, dan pengaturan jaringan—bergantung pada jenis layanan cloud yang digunakan.

Contohnya:

  • Pada model IaaS (Infrastructure as a Service), pengguna memiliki kontrol penuh atas sistem operasi, aplikasi, dan konfigurasi jaringan. Artinya, mereka bertanggung jawab lebih besar dalam hal keamanan.
  • Pada PaaS (Platform as a Service), penyedia cloud mengelola sebagian besar platform dan infrastruktur, sedangkan pengguna fokus pada pengembangan aplikasi dan data.
  • Pada SaaS (Software as a Service), tanggung jawab pengguna lebih sedikit—biasanya hanya sebatas mengatur akses pengguna dan melindungi data mereka.

Misalnya, ketika Anda menggunakan layanan seperti Google Drive atau Microsoft 365, penyedia bertanggung jawab atas server dan aplikasi, tetapi Anda tetap bertanggung jawab memastikan bahwa:

  • Data yang diunggah aman,
  • Tidak ada file sensitif yang dibagikan ke publik tanpa izin, dan
  • Pengaturan akses pengguna dikonfigurasi dengan benar.

 
Mengapa Model Ini Penting?

Shared Responsibility Model menjadi fondasi utama keamanan di dunia cloud.
Tanpa pemahaman yang baik tentang model ini, organisasi bisa salah menilai peran mereka, mengira bahwa semua keamanan sudah diurus oleh penyedia cloud — padahal tidak.

Model ini membantu:

  • Menentukan batas tanggung jawab dengan jelas, sehingga tidak ada area yang “terlupakan” dalam keamanan.
  • Meningkatkan kesadaran pengguna, agar mereka aktif menjaga keamanan data dan konfigurasi sistem.
  • Mengurangi risiko kebocoran data dan serangan siber, dengan memastikan setiap pihak melakukan bagiannya.

Penyedia layanan besar seperti AWS, Google Cloud, dan Microsoft Azure bahkan sudah menyediakan dokumen resmi tentang model tanggung jawab bersama mereka masing-masing, sehingga pelanggan tahu persis apa yang harus dilakukan.

 
Contoh Shared Responsibility Model di Tiga Platform Cloud Utama

  1. Amazon Web Services (AWS)
    AWS menjelaskan bahwa mereka bertanggung jawab atas “security of the cloud,” sedangkan pelanggan bertanggung jawab atas “security in the cloud.”

    Artinya, AWS mengamankan infrastruktur global mereka, tetapi pelanggan tetap harus mengamankan data, sistem operasi, dan aplikasi yang mereka jalankan di atas layanan tersebut.

  2. Microsoft Azure
    Azure menekankan konsep yang sama, namun dengan penyesuaian pada model layanannya (IaaS, PaaS, SaaS). Semakin banyak layanan yang dikelola oleh Azure, semakin sedikit tanggung jawab keamanan di pihak pengguna. Namun pengguna tetap wajib mengatur akses dan melindungi data mereka.

  3. Google Cloud Platform (GCP)
    GCP juga menggunakan pendekatan berbagi tanggung jawab. Mereka memastikan keamanan infrastruktur global Google, sedangkan pengguna mengelola konfigurasi jaringan virtual, data sensitif, dan kontrol identitas.
     

Tantangan dalam Menerapkan Shared Responsibility di Dunia Nyata

Meskipun konsep ini terdengar sederhana, penerapannya sering kali tidak mudah. Banyak organisasi yang menghadapi berbagai tantangan seperti berikut:

  1. Kurangnya Pemahaman
    Banyak perusahaan yang tidak benar-benar memahami batas tanggung jawab mereka.

    Akibatnya, ada area keamanan yang tidak dijaga dengan baik, misalnya konfigurasi firewall, izin akses, atau enkripsi data yang seharusnya dilakukan oleh pihak pengguna.

  2. Penggunaan Multi-Cloud
    Perusahaan modern sering menggunakan lebih dari satu penyedia cloud untuk kebutuhan berbeda.

    Setiap penyedia memiliki aturan tanggung jawab yang berbeda, sehingga tim keamanan harus mempelajari banyak model sekaligus.

    Tanpa strategi yang tepat, hal ini bisa menimbulkan kebingungan dan kesalahan konfigurasi.

  3. Keterbatasan Visibilitas dan Kontrol
    Dalam cloud, pengguna tidak bisa mengakses semua lapisan infrastruktur.

    Mereka tidak dapat melihat secara langsung bagaimana server fisik atau jaringan dikelola oleh penyedia.

    Namun, pengguna tetap harus menjaga keamanan di lapisan atas seperti aplikasi dan data, yang sering kali sulit dilakukan tanpa visibilitas penuh.

  4. Kesalahan Konfigurasi (Misconfigurations)
    Kesalahan kecil dalam pengaturan keamanan bisa berakibat fatal.

    Contohnya, bucket penyimpanan yang dibiarkan publik, atau izin akses terlalu longgar, bisa membuat data terbuka ke internet tanpa disadari.

    Studi menunjukkan bahwa lebih dari 60% kebocoran data di cloud disebabkan oleh kesalahan konfigurasi yang dilakukan pengguna.

  5. Kepatuhan terhadap Regulasi
    Perusahaan tetap harus mematuhi aturan hukum dan standar keamanan data, seperti GDPR, ISO 27001, atau HIPAA.

    Namun, dalam cloud, tanggung jawab kepatuhan terbagi antara penyedia dan pengguna.

    Artinya, perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan penyedia cloud; mereka harus memastikan sistem internal juga sesuai regulasi.

  6. Manajemen Akses (Access Management)
    Setiap pengguna atau aplikasi yang memiliki akses ke sistem cloud adalah potensi risiko.

    Mengelola identitas dan akses pengguna (IAM) menjadi hal krusial, terutama di lingkungan multi-cloud.

    Sayangnya, tiap penyedia cloud punya sistem IAM sendiri, yang kadang sulit diintegrasikan satu sama lain.

 
Praktik Terbaik dalam Penerapan Shared Responsibility Model

Agar keamanan cloud tetap terjaga optimal, berikut beberapa strategi dan praktik terbaik yang bisa diterapkan organisasi:

  1. Pahami Model Secara Mendalam
    Langkah pertama adalah memahami peran masing-masing pihak.

    Setiap tim TI harus tahu tanggung jawab keamanan apa yang diurus oleh penyedia, dan apa yang harus mereka tangani sendiri.

  2. Lakukan Penilaian Risiko (Risk Assessment)
    Penilaian risiko membantu mendeteksi potensi ancaman dan celah keamanan sejak dini.

    Dengan melakukan evaluasi rutin, perusahaan dapat memperbaiki kelemahan sebelum dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab.

  3. Terapkan Kontrol Keamanan yang Kuat
    Beberapa langkah keamanan penting yang wajib diterapkan di cloud meliputi:

    • Enkripsi data, baik saat disimpan maupun saat dikirimkan.
    • Kontrol akses berbasis peran (RBAC) untuk membatasi hak pengguna.
    • Pemantauan aktivitas secara real-time guna mendeteksi aktivitas mencurigakan.
    • Penerapan firewall dan kebijakan keamanan jaringan.
  4. Pastikan Kepatuhan (Compliance Assurance)
    Verifikasi bahwa baik penyedia layanan maupun organisasi Anda memenuhi semua standar kepatuhan yang relevan.

    Banyak penyedia cloud besar menyediakan laporan kepatuhan dan audit yang bisa digunakan pelanggan sebagai referensi.

  5. Edukasi dan Latih Karyawan
    Sumber daya manusia sering kali menjadi titik lemah dalam keamanan siber.
    Pelatihan rutin tentang:

    • Keamanan cloud,
    • Praktik aman dalam mengelola data, dan
    • Pemahaman terhadap model tanggung jawab bersama,
      akan membantu mengurangi risiko kesalahan manusia (human error).
       

Kesimpulan

Shared Responsibility Model adalah fondasi penting dalam keamanan cloud modern. Ia memastikan bahwa baik penyedia layanan maupun pengguna memiliki peran yang seimbang dan jelas dalam melindungi data, aplikasi, serta infrastruktur.

Dengan memahami model ini, menerapkan praktik terbaik, dan memperkuat kesadaran keamanan di seluruh tim, organisasi dapat:

  • Meminimalkan risiko serangan,
  • Menghindari kebocoran data, dan
  • Memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.

Pada akhirnya, keamanan cloud bukan hanya tanggung jawab teknologi, melainkan juga tanggung jawab bersama antara manusia, proses, dan sistem.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Video Terkait