Cisco AI Defense: Solusi Keamanan Canggih di Era AI
- Rita Puspita Sari
- •
- 10 jam yang lalu
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari operasional bisnis. Namun, di balik kemajuan ini, muncul tantangan baru dalam bentuk ancaman keamanan yang terus berkembang dengan kecepatan luar biasa. Sayangnya, banyak solusi keamanan siber tradisional yang belum mampu mengimbangi perkembangan ini.
Menurut Indeks Cisco’s 2024 AI Readiness Index, hanya 29% organisasi yang merasa benar-benar siap untuk mendeteksi dan mencegah gangguan tidak sah pada teknologi AI mereka. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan AI masih menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi.
Pentingnya Validasi Model Secara Terus-Menerus
Salah satu cara untuk mengamankan AI adalah melalui validasi model yang dilakukan secara berkesinambungan. DJ Sampath, Kepala AI Software & Platform di Cisco, menekankan pentingnya proses ini.
“Validasi model bukanlah sesuatu yang dilakukan sekali saja. Proses ini harus berjalan secara terus-menerus. Saat model mengalami perubahan, misalnya melalui proses penyetelan ulang (fine-tuning) atau ketika serangan baru terdeteksi, kita harus terus mempelajari informasi tersebut dan memvalidasi ulang model untuk memastikan kinerjanya tetap optimal,” jelas Sampath.
Selain itu, Cisco memiliki tim riset ancaman yang sangat canggih. Tim ini secara aktif mempelajari pola serangan baru terhadap AI dan mengembangkan strategi pencegahan yang lebih baik. Bahkan, Cisco berkontribusi pada organisasi standar seperti MITRE, OWASP, dan NIST untuk menciptakan panduan keamanan AI yang lebih baik.
Ancaman yang dihadapi AI sangat beragam, mulai dari prompt injection attacks, jailbreaking, hingga pencemaran data pelatihan (training data poisoning). Semua ini memerlukan langkah pencegahan yang ketat untuk melindungi model AI dari pengaruh luar yang dapat mengubah perilakunya.
Evolusi Teknologi Membawa Kompleksitas Baru
Seiring perkembangan teknologi, ancaman terhadap keamanan siber juga semakin kompleks. Frank Dickson, Wakil Presiden Grup untuk Keamanan & Kepercayaan di IDC, menjelaskan bahwa setiap perubahan besar dalam teknologi selalu diikuti oleh tantangan baru.
“Ketika kita berpindah dari sistem lokal (on-premise) ke cloud, muncul berbagai masalah baru yang harus diselesaikan. Begitu pula saat aplikasi berpindah dari bentuk monolitik ke mikroservis, tantangan baru kembali muncul. Kini, dengan hadirnya AI dan large language model (LLM), kita menghadapi serangkaian masalah baru yang tak kalah rumit,” ungkap Dickson.
Kerumitan ini semakin meningkat ketika aplikasi mulai menggunakan banyak model (multi-model). Ancaman bisa muncul di berbagai tingkat, mulai dari model hingga aplikasi, melibatkan banyak pihak seperti pengembang, pengguna, dan vendor.
Dickson juga menyoroti perbedaan antara perkembangan teknologi sebelumnya dengan AI. Jika sebelumnya aplikasi yang berpindah ke cloud cenderung stabil, model AI justru terus mengalami perubahan. Misalnya, minggu ini pengembang mungkin menggunakan model dari Anthropic, tetapi minggu berikutnya mereka bisa beralih ke Gemini. Setiap model memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri, begitu pula dengan vektor ancaman yang berbeda.
Solusi Keamanan Multi-Model Cisco
Untuk mengatasi tantangan ini, Cisco memperkenalkan solusi baru bernama AI Defense. Solusi ini dirancang khusus untuk environment multi-model. Menggunakan algoritma machine learning milik Cisco, AI Defense dapat mendeteksi ancaman keamanan AI yang terus berkembang. Solusi ini juga didukung oleh threat intelligence dari Cisco Talos, salah satu divisi riset keamanan terkemuka di dunia.
AI Defense memberikan kontrol keamanan yang tidak hanya berfokus pada satu model, tetapi mencakup environment multi-model secara keseluruhan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengelola keamanan AI mereka dengan lebih efektif, terlepas dari kompleksitas sistem yang mereka gunakan.
Beradaptasi dengan Perubahan
Perkembangan AI yang pesat membuat banyak orang merasa takjub pada awalnya, tetapi lama-kelamaan teknologi ini menjadi hal yang biasa. Jeetu Patel, Wakil Presiden Eksekutif dan Kepala Produk di Cisco, memberikan analogi menarik terkait fenomena ini.
“Coba bayangkan saat pertama kali Anda naik mobil tanpa pengemudi seperti Waymo. Awalnya, rasanya luar biasa, seperti hidup di masa depan. Tapi, di kali kedua, Anda mulai terbiasa. Dan di kali ketiga, Anda bahkan mungkin mengeluh tentang kursinya,” ungkap Patel.
Hal yang sama terjadi pada AI. Dalam waktu singkat, teknologi seperti ChatGPT telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Patel yakin bahwa normalisasi serupa juga akan terjadi pada teknologi seperti Artificial General Intelligence (AGI).
Namun, Patel mengingatkan bahwa meskipun teknologi ini cepat menjadi biasa, kemajuan yang dihasilkan tidak boleh diremehkan. “Tidak ada yang menyangka bahwa smartphone akan memiliki kemampuan komputasi lebih besar dari komputer mainframe. Sekarang, itu hanya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” tambahnya.
Era AI membawa tantangan baru dalam keamanan siber, tetapi Cisco menunjukkan komitmennya untuk membantu perusahaan beradaptasi. Dengan solusi seperti AI Defense dan pendekatan validasi model yang berkelanjutan, Cisco memastikan bahwa perusahaan dapat menghadapi ancaman baru dengan percaya diri.
Bagi perusahaan yang ingin tetap kompetitif di era AI, penting untuk tidak hanya fokus pada inovasi, tetapi juga pada keamanan teknologi yang digunakan. Cisco membuktikan bahwa dengan strategi yang tepat, ancaman di era AI dapat diatasi, memberikan ruang bagi perusahaan untuk terus tumbuh dan berinovasi.