Keamanan Cloud: Kunci Bisnis Berkelanjutan di Era Digital
- Rita Puspita Sari
- •
- 30 Okt 2024 15.46 WIB
Penggunaan teknologi cloud telah menjadi salah satu solusi utama bagi perusahaan untuk mengelola infrastruktur digital secara lebih efisien dan fleksibel. Namun, seiring meningkatnya adopsi cloud, isu keamanan menjadi hal krusial yang perlu diperhatikan untuk menjaga keberlangsungan bisnis.
Webinar bertajuk "Membangun Layanan Cloud yang Aman untuk Bisnis Berkelanjutan" dihadirkan untuk membahas tantangan dan solusi keamanan pada cloud computing. Salah satu narasumber utama adalah Panji Yudha Prakasa, seorang Sandiman Ahli Madya dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), yang berbagi pandangan mengenai tren cloud computing serta tantangan-tantangan keamanan yang dihadapinya.
Menurut Panji, serangan siber saat ini semakin kompleks, meluas dari individu atau organisasi kecil ke sektor-sektor yang lebih besar dan strategis. Serangan yang paling sering terjadi adalah malware, yang sering kali menargetkan layanan publik dan organisasi yang bersedia membayar tebusan, yang mengarah pada serangan ransomware.
Beberapa dampak serangan siber yang paling merugikan antara lain:
- Reputasi merek: Serangan dapat merusak kepercayaan konsumen dan merugikan reputasi perusahaan.
- Pemerasan: Ransomware biasanya disertai tuntutan uang tebusan.
- Pencurian dan kebocoran data: Data sensitif perusahaan dapat bocor ke pihak tidak bertanggung jawab.
- Pencurian kredensial: Data login dapat disalahgunakan untuk berbagai kejahatan.
- Perusakan data: Data perusahaan dapat dihapus atau dimodifikasi oleh peretas.
Tantangan Keamanan dalam Pengelolaan Cloud
Beberapa tantangan yang sering muncul dalam mengamankan cloud computing antara lain:
- Manajemen Identitas: Dengan cloud, banyak pengguna menggunakan akun dan peran yang berbeda, sehingga penting untuk mengatur kontrol akses agar setiap identitas pengguna terkelola dengan baik.
- Interface dan API yang Rentan: Banyak API masih memiliki celah yang mudah dieksploitasi.
- Kesalahan Konfigurasi Container Workloads: Konfigurasi yang salah pada container workloads seringkali membuka peluang bagi penyerang untuk menyusup.
Untuk menghadapi tantangan ini, banyak organisasi mengacu pada kerangka keamanan siber yang dikeluarkan oleh National Institute of Standards and Technology (NIST) yang mencakup lima tahap utama: Identifikasi, Proteksi, Deteksi, Respon, dan Pemulihan.
Langkah untuk Meningkatkan Keamanan Cloud
Agar perusahaan dapat meminimalisir risiko serangan siber, terdapat beberapa langkah penting dalam menerapkan keamanan pada sistem berbasis cloud:
- Arsitektur Zero Trust: Prinsip ini mengharuskan setiap akses diverifikasi, sehingga tidak ada entitas yang dipercaya secara otomatis.
- Enkripsi Data: Penggunaan enkripsi membantu melindungi data dari akses yang tidak sah.
- Manajemen Akses yang Ketat: Mengatur hak akses secara teliti untuk mencegah akses yang tidak perlu.
- Kebijakan Deteksi dan Respon Ancaman secara Real-Time: Sistem harus mampu mendeteksi dan merespon ancaman secara cepat.
- Backup dan Pemulihan Bencana: Memastikan adanya cadangan data untuk memulihkan sistem saat terjadi insiden.
- Kepatuhan terhadap Standar Keamanan: Mengikuti standar keamanan dan regulasi yang berlaku sangat penting.
- Audit Keamanan Berkala: Audit keamanan secara rutin akan membantu mengidentifikasi kerentanan pada sistem.
- Pelatihan Kesadaran Keamanan bagi Pengguna: Edukasi karyawan tentang pentingnya keamanan siber menjadi salah satu pilar utama untuk menghindari kesalahan manusia.
Kasus-Kasus Kebocoran Keamanan di Sistem Cloud
Sejumlah kasus kebocoran data pada sistem cloud dapat menjadi pelajaran penting bagi perusahaan dalam meningkatkan keamanan mereka:
- Insiden Capital One (2019): Capital One mengalami kebocoran data yang berdampak pada jutaan orang di AS dan Kanada. Insiden ini terjadi karena perusahaan belum menerapkan prinsip zero trust secara menyeluruh.
- Data Deep Root Analytics (2017): Kebocoran data pada Deep Root Analytics disebabkan oleh konfigurasi server yang kurang aman, menyebabkan data sensitif 198 juta warga AS bocor dan rentan disalahgunakan untuk manipulasi politik atau tindakan penipuan.
- Kebocoran Data NHS di Inggris (2020): Insiden ini terjadi akibat lemahnya pengelolaan akses pada sistem, yang mengakibatkan data pasien, termasuk hasil tes COVID-19, terekspos.
- Cloud Tesla Kubertas (2018): Akun layanan cloud milik Tesla diretas untuk penambangan cryptocurrency. Insiden ini menunjukkan pentingnya kebijakan deteksi dan respon ancaman secara real-time.
- Facebook-Cambridge Analytica (2018): Kasus ini menyoroti pentingnya kepatuhan terhadap regulasi dan audit keamanan berkala. Cambridge Analytica memanfaatkan data dari aplikasi Facebook tanpa izin pengguna untuk tujuan politik, melanggar privasi jutaan pengguna.
- Serangan SolarWinds (2020): Serangan ini menargetkan perangkat lunak manajemen jaringan yang digunakan oleh berbagai lembaga besar. Peretas memasukkan kode berbahaya ke dalam pembaruan perangkat lunak, yang kemudian diunduh oleh pelanggan. Insiden ini menjadi peringatan bagi pentingnya audit keamanan yang konsisten.
Mengamankan Masa Depan Bisnis melalui Cloud yang Aman
Dalam dunia yang semakin tergantung pada teknologi, penting bagi perusahaan untuk tidak hanya mengejar keuntungan efisiensi dan skalabilitas dari cloud computing tetapi juga memastikan bahwa sistem tersebut aman dari ancaman. Membangun layanan cloud yang aman adalah bagian dari tanggung jawab bisnis dalam menjaga keberlanjutan dan kepercayaan pengguna.
Dengan menerapkan langkah-langkah keamanan yang ketat, perusahaan dapat lebih siap menghadapi tantangan keamanan di era digital dan memastikan bahwa layanan cloud mereka tetap andal dan aman, sehingga keberlanjutan bisnis dapat terjaga.