Perang Siber Memanas: FBI Berhadapan dengan Geng Hacker ALPHV
- Rita Puspita Sari
- •
- 23 Des 2023 11.00 WIB
Perang siber memanas antara FBI dan geng hacker ransomware ALPHV/Blackcat, memunculkan drama siber yang melibatkan pemecahan enkripsi, situs web disita, dan ancaman terhadap infrastruktur kritis. Departemen Kehakiman AS (DOJ) mengumumkan langkah besar FBI dalam menciptakan alat dekripsi yang sukses mengembalikan data lebih dari 500 korban ransomware sebagai bagian dari upaya penegakan hukum multinasional.
Namun,berdasarkan laporan dari Bleeping Computer mengungkapkan bahwa ALPHV/Blackcat berhasil merebut kembali kendali situsnya, menghadirkan tantangan baru bagi FBI. Dari lebih dari 3.000 korban, FBI hanya memiliki kunci dekripsi untuk sekitar 400 perusahaan. Sebuah keadaan yang memperumit upaya pemulihan data untuk korban yang masih terenkripsi.
Lebih mengkhawatirkan lagi, ALPHV/Blackcat tidak hanya terbatas pada penyerangan untuk keuntungan pribadi. Mereka kini meluaskan targetnya, menyerang infrastruktur penting seperti rumah sakit dan pembangkit listrik tenaga nuklir. DOJ menyampaikan bahwa dalam 18 bulan terakhir, ALPHV/Blackcat menjadi varian ransomware-as-a-service paling produktif kedua di dunia. Pernyataan ini didukung oleh jumlah uang tebusan senilai ratusan juta dolar yang dibayarkan oleh para korbannya di seluruh dunia.
Dikutip dari laporan The Verge, modus operan di geng ini melibatkan penciptaan dan pembaruan ransomware oleh ALPHV/Blackcat, sementara afiliasinya menemukan target dan melancarkan serangan. Keuntungan dari serangan ransomware ini kemudian dibagi bersama.
Geng ini tidak hanya beraksi dalam dunia maya. Mereka telah mencuri data dari Namco Bandai setelah mengklaim sebagai aktor di balik peretasan forum Reddit. Bahkan, ALPHV/Blackcat terlibat dalam serangan terhadap kasino dan hotel MGM Resorts di Las Vegas, Amerika Serikat.
Seiring berjalannya waktu, ALPHV/Blackcat semakin menunjukkan ketangguhan dan kelicikan dalam dunia kejahatan siber. Perang terbuka ini menciptakan ketegangan tinggi di antara pihak berwenang dan geng hacker, menggambarkan kompleksitas serta eskalasi ancaman keamanan siber di era digital saat ini.