Password Usang, Perusahaan Ledeng Jadi Target Serangan Hacker


Ilustrasi Hacker 2

Ilustrasi Hacker 2

American Water, perusahaan air terbesar di Amerika Serikat, menjadi korban serangan siber baru-baru ini. Hal ini menggarisbawahi kerentanan keamanan pada sistem air bersih negara tersebut, yang telah lama diperingatkan oleh pemerintah AS. Dalam pernyataan resmi di situs webnya, American Water mengakui bahwa ada aktivitas tanpa izin di jaringan dan sistem komputernya, yang diakibatkan oleh "insiden keamanan siber."

Akibat serangan ini, perusahaan terpaksa menutup portal layanan pelanggan, sehingga tidak dapat memproses pengiriman tagihan ke pelanggan. Ini berdampak signifikan terhadap pelayanan kepada masyarakat luas. Serangan tersebut dianggap sebagai bagian dari gelombang serangan siber yang ditujukan untuk mengganggu layanan ke konsumen dan bisnis di berbagai perusahaan infrastruktur AS.

CNBC International melaporkan bahwa peretasan di American Water hanyalah salah satu dari serangkaian serangan siber yang menargetkan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat. Serangan ini diduga melibatkan aktor negara asing seperti Iran, Rusia, dan China, yang dikenal memiliki kepentingan politik dan strategis yang berseberangan dengan AS. Infrastruktur air bersih, seperti American Water, menjadi target utama karena dianggap sebagai salah satu infrastruktur vital negara.

Juru bicara Agensi Perlindungan Lingkungan AS (EPA) kepada CNBC International menegaskan bahwa sistem air minum dan air limbah di seluruh AS, baik yang besar maupun kecil, di perkotaan maupun perdesaan, sangat berisiko terhadap serangan siber. Infrastruktur air menjadi sasaran empuk karena dianggap sebagai elemen penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan juga merupakan target strategis bagi negara-negara yang berseteru dengan AS.

American Water sendiri melayani lebih dari 14 juta warga Amerika di 14 negara bagian dan menyediakan layanan untuk 18 instalasi militer. Kerentanan pada perusahaan ini bukan hanya mengganggu pelayanan publik, tetapi juga menimbulkan risiko lebih besar bagi keamanan nasional. Serangan terhadap perusahaan ini menunjukkan betapa rentannya infrastruktur penting AS, yang bisa dimanfaatkan oleh aktor jahat untuk menimbulkan kerusakan.

Menurut EPA, sekitar 70 persen sistem air di AS tidak memenuhi standar keamanan yang diatur oleh Undang-Undang Keselamatan Air Minum. Ini berarti sebagian besar sistem air di negara tersebut berada dalam kondisi rawan terhadap ancaman siber. Salah satu penyebab utamanya adalah lemahnya praktik keamanan siber di banyak perusahaan air. Misalnya, penggunaan password bawaan yang tidak pernah diganti, sistem login satu lapis yang mudah ditembus, serta mantan karyawan yang masih memiliki akses ke sistem komputer. Semua ini memberikan celah bagi hacker untuk melakukan serangan.

Badan investigasi federal, FBI, juga telah memberikan peringatan serupa pada bulan Februari sebelumnya. Mereka mengungkap bahwa hacker yang diduga berasal dari China telah menembus infrastruktur siber AS, termasuk sistem air, listrik, transportasi, dan infrastruktur kritis lainnya. Tujuannya adalah untuk menimbulkan kerusakan dan gangguan besar di sektor-sektor vital tersebut.

Serangan terhadap American Water ini menggarisbawahi betapa pentingnya meningkatkan keamanan siber pada sistem air dan infrastruktur penting lainnya. Meskipun pemerintah AS telah berulang kali memperingatkan risiko ini, banyak perusahaan masih belum mengambil langkah yang memadai untuk memperkuat sistem mereka. Risiko yang muncul dari serangan siber ini tidak hanya berdampak pada gangguan operasional sehari-hari, tetapi juga menempatkan jutaan warga AS dalam bahaya, terutama jika serangan siber tersebut dilakukan dengan tujuan yang lebih merusak, seperti mencemari air bersih atau menghentikan aliran air ke wilayah-wilayah penting.

Dengan meningkatnya ancaman dari aktor negara asing, infrastruktur air dan sistem vital lainnya di AS memerlukan tindakan pencegahan yang lebih kuat dan kebijakan keamanan siber yang lebih ketat. Tanpa itu, perusahaan seperti American Water akan terus menjadi sasaran serangan, dan dampaknya bisa jauh lebih merugikan di masa depan.


Bagikan artikel ini

Video Terkait