Quantum Computer dan Ancaman Nyata terhadap Sistem Kriptografi
- Rita Puspita Sari
- •
- 21 jam yang lalu

Ilustrasi Quantum Computing
Perkembangan teknologi tidak pernah berhenti membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, dan salah satu lompatan paling signifikan saat ini adalah kemunculan quantum computer. Di balik potensinya yang luar biasa, quantum computer juga menimbulkan kekhawatiran besar: ancaman terhadap keamanan data digital kita. Dari rahasia militer, informasi bank, hingga komunikasi sehari-hari, semuanya berisiko dibobol oleh teknologi ini jika tidak diantisipasi.
Quantum Computer: Apa Itu dan Mengapa Berbahaya?
Quantum computer tidak bekerja seperti komputer biasa. Bila komputer konvensional menggunakan bit digital (yang hanya mengenal angka 0 dan 1), quantum computer memanfaatkan qubit, unit data yang mampu berada dalam beberapa kondisi sekaligus, berkat konsep superposisi dalam mekanika kuantum.
Kombinasi qubit ini memungkinkan quantum computer memproses berbagai perhitungan rumit secara paralel. Misalnya, quantum computer bisa digunakan untuk memodelkan perilaku partikel subatomik, mengembangkan obat-obatan, atau mengoptimalkan rute logistik yang sebelumnya sulit diselesaikan oleh komputer biasa.
Namun, kemampuan ini juga bisa disalahgunakan. Salah satu ancaman paling nyata adalah terhadap sistem kriptografi modern, yang saat ini menjadi tulang punggung keamanan digital di seluruh dunia.
Ancaman Serius terhadap Kriptografi Modern
Kriptografi saat ini sebagian besar bergantung pada algoritma public key, yang berdasarkan pada pemfaktoran bilangan prima besar. Sistem ini aman karena komputer konvensional membutuhkan waktu sangat lama untuk memecahkan perhitungan semacam itu.
Namun, pada tahun 1994, seorang matematikawan bernama Peter Shor menemukan algoritma kuantum yang dapat memecahkan bilangan prima dengan sangat cepat. Jika diterapkan pada quantum computer berskala besar, algoritma Shor dapat menghancurkan sistem enkripsi yang kini digunakan untuk melindungi data pribadi, informasi bank, email, dan transaksi online.
Michele Mosca, CEO perusahaan keamanan siber evolutionQ, menggambarkannya sebagai membangun gedung pencakar langit setinggi 100 lantai di atas fondasi bangunan tiga lantai. Sistem kriptografi kita masih menggunakan algoritma dari era 1990-an, sementara tantangan keamanan di era kuantum jauh lebih kompleks.
Apa Itu Post-Quantum Cryptography?
Untuk menjawab ancaman ini, para ilmuwan sedang mengembangkan apa yang disebut sebagai kriptografi pasca-kuantum (post-quantum cryptography). Tujuannya adalah menciptakan algoritma baru yang tetap aman meskipun quantum computer telah beroperasi secara luas.
Beberapa pendekatan ini menggunakan matematika modern, sementara lainnya justru menghidupkan kembali teknik-teknik lama yang terbukti tangguh. Prinsip utamanya adalah menciptakan sistem yang tidak bisa dipecahkan, bahkan oleh algoritma kuantum sekalipun.
National Institute of Standards and Technology (NIST) di Amerika Serikat saat ini sedang mengevaluasi beberapa algoritma post-quantum cryptography untuk dijadikan standar global. Empat kandidat utama meliputi:
- Struktur Kisi: Kunci dari Jaring Matematika
Struktur kisi adalah susunan titik-titik dalam ruang multidimensi, mirip seperti jaring laba-laba. Tantangan dalam struktur ini meliputi mencari vektor terpendek atau vektor terdekat dalam kisi.Masalah-masalah ini dianggap sangat sulit, bahkan untuk quantum computer. Jika algoritma kriptografi dibuat berdasarkan tantangan dalam struktur kisi, maka proses pembobolan enkripsi oleh peretas akan menjadi hampir mustahil, kecuali mereka memiliki kunci spesifik.
- Fungsi Hash: Pengacak Modern yang Sulit Dipecahkan
Fungsi hash mengambil data input dan merangkumkannya menjadi kode pendek acak. Algoritma ini telah digunakan luas dalam sistem keamanan saat ini, dan kini sedang diuji untuk diperkuat agar tahan terhadap serangan kuantum.Keunggulan fungsi hash adalah sulitnya memulihkan data asli dari hasil hash-nya tanpa mengetahui “petunjuk rahasia”. Bahkan dengan bantuan quantum computer, membobol sistem hash tanpa kunci ibarat mencari satu jarum dalam ratusan galaksi jerami.
- McEliece Cryptosystem: Sistem Lawas yang Tahan Banting
McEliece dikembangkan sejak 1978 dan menggunakan metode kode koreksi kesalahan untuk membuat enkripsi. Sistem ini menghasilkan kunci yang besar dan rumit, namun belum ada satu pun bukti nyata bahwa quantum computer dapat menembusnya.Kelemahannya adalah ukuran kunci yang besar dan kebutuhan daya yang tinggi. Namun, keamanannya terbilang sangat kuat, jauh lebih tahan terhadap serangan dibanding RSA, sistem kunci publik paling populer saat ini.
- HQC: Alternatif Lebih Ringan dari McEliece
HQC atau Hamming Quasi-Cyclic adalah versi lebih ringan dan efisien dari McEliece, karena ukuran kunci dan data terenkripsinya lebih kecil. NIST menilai HQC sebagai salah satu cadangan utama dalam pengembangan quantum-resistant cryptography.
Kurva Eliptik: Masih Layakkah Dipertahankan?
Selain pendekatan-pendekatan baru, beberapa ilmuwan juga mengevaluasi apakah kriptografi kurva eliptik masih relevan dalam era kuantum.
Algoritma ini menggunakan perhitungan geometri pada garis lengkung untuk menghasilkan kunci enkripsi. Meski aman dari serangan brute force, banyak ahli menilai algoritma Shor masih bisa menembus sistem kurva eliptik, sehingga dinilai kurang aman untuk masa depan.
Bisakah Kita Mencegah Ancaman dari Quantum Computer?
Ancaman dari quantum computer bukan fiksi ilmiah, tapi sesuatu yang sangat mungkin terjadi dalam beberapa dekade mendatang. Para pakar memperkirakan bahwa dalam waktu 10–20 tahun ke depan, kita bisa melihat quantum computer skala besar yang benar-benar berfungsi.
Untuk itu, dunia tidak bisa hanya menunggu. Proses transisi ke post quantum cryptography harus dimulai sekarang. Lembaga pemerintah, perusahaan teknologi, institusi keuangan, dan penyedia layanan digital harus mempersiapkan infrastruktur mereka agar tidak runtuh ketika era kuantum benar-benar datang.
Britta Hale, ilmuwan komputer dari Naval Postgraduate School, menggambarkannya dengan sangat jelas: “Setiap algoritma kriptografi adalah batu bata dalam benteng pertahanan kita. Jika tidak diganti tepat waktu, benteng itu akan runtuh.”
Mengapa Quantum Computer Menjadi Ancaman?
Quantum computer memiliki kemampuan yang jauh melampaui komputer klasik dalam menyelesaikan masalah matematika kompleks. Salah satu dampak utamanya adalah kemampuannya untuk membobol algoritma kriptografi yang saat ini digunakan secara luas, seperti RSA atau ECC. Algoritma-algoritma ini menjadi tulang punggung keamanan digital, mulai dari transaksi perbankan, komunikasi militer, hingga sistem kesehatan.
Namun, dengan kekuatan kuantum, algoritma ini bisa menjadi rentan. Oleh karena itu, dunia sedang berlomba-lomba mengembangkan algoritma baru yang tahan terhadap serangan kuantum yang disebut dengan post-quantum cryptography.
Tidak Ada Algoritma Tunggal yang Sempurna
Salah satu kesalahpahaman yang umum adalah keyakinan bahwa akan ada satu algoritma kriptografi baru yang bisa menggantikan semua algoritma lama dan menyelesaikan semua persoalan keamanan digital. Namun kenyataannya, seperti yang dikatakan Britta Hale, seorang ilmuwan komputer, tidak ada satu kombinasi algoritma yang paling cocok untuk semua situasi. “Semuanya tergantung pada apa yang ingin dilindungi,” ujarnya.
Misalnya, untuk melindungi data dengan tingkat sensitivitas rendah, seperti catatan konsumsi listrik rumah tangga, tidak masuk akal jika kita menggunakan algoritma yang sangat kompleks dan membutuhkan daya komputasi besar. Hal itu justru akan boros sumber daya dan memperlambat sistem secara keseluruhan.
Artinya, kita harus melakukan penyesuaian algoritma tergantung pada konteksnya. Inilah sebabnya mengapa tidak ada solusi ajaib yang cocok untuk semua skenario.
Pentingnya Cryptographic Agility
Untuk menghadapi tantangan ini, para ahli mengembangkan konsep cryptographic agility. Konsep ini berarti bahwa sistem keamanan harus memiliki kemampuan untuk dengan cepat beralih dari satu algoritma ke algoritma lainnya, jika ditemukan kelemahan dalam algoritma yang sedang digunakan.
Andrew Krauthamer, yang bekerja sama dengan Angkatan Darat AS, menekankan pentingnya kelincahan ini. Timnya sedang mengembangkan sistem yang memungkinkan pergantian algoritma secara mulus. Ini penting agar ketika ada satu algoritma yang terbukti rentan, sistem bisa langsung berpindah ke algoritma lain yang lebih kuat.
Tanpa cryptographic agility ini, sebuah organisasi akan berisiko besar jika sistem enkripsinya mendadak tidak aman, apalagi jika harus mengubah seluruh infrastruktur secara manual dalam waktu singkat.
Persiapan Harus Dimulai Sekarang
Meskipun quantum computer yang benar-benar bisa digunakan untuk membobol enkripsi (cryptographically relevant quantum computers) diperkirakan baru akan muncul beberapa tahun ke depan, para pakar menyarankan agar persiapan dimulai sejak sekarang. Hal ini karena mengubah infrastruktur keamanan digital bukan pekerjaan yang bisa selesai dalam semalam.
Douglas Van Bossuyt, seorang insinyur sistem dari Naval Postgraduate School, menjelaskan bahwa memperbarui sistem yang sudah ada bisa memakan waktu bertahun-tahun. Terlebih lagi, banyak sistem warisan (legacy systems) yang sangat sulit diperbarui, seperti sistem kontrol pada kapal perang, yang bahkan tidak bisa diakses dengan mudah oleh ilmuwan dan teknisi.
Jika kita menunggu hingga ancaman datang, maka kita akan terlalu terlambat.
Ancaman “Harvest-Now, Decrypt-Later”
Salah satu skenario serangan yang mengkhawatirkan adalah strategi “harvest-now, decrypt-later”. Dalam serangan ini, penyerang mengumpulkan data terenkripsi saat ini, dan menyimpannya hingga quantum computer cukup kuat tersedia untuk membobolnya.
Data-data yang dicuri hari ini, meski masih aman sekarang bisa menjadi bencana di masa depan jika berhasil didekripsi. Bayangkan data medis, transaksi bank, atau informasi intelijen negara yang bocor beberapa tahun ke depan. Oleh karena itu, semakin cepat kita mengamankan data dari sekarang, semakin kecil risiko yang akan dihadapi nanti.
Post Quantum Cryptography Bukan Akhir dari Segalanya
Namun penting untuk diingat bahwa post quantum cryptography bukanlah garis akhir dari perlombaan keamanan digital. Dunia keamanan siber adalah medan pertempuran yang terus berubah. Para peretas dan pakar keamanan akan terus saling berlomba, berinovasi dalam menciptakan dan mengatasi sistem keamanan.
Bharat Rawal, seorang ilmuwan komputer, bahkan memprediksi bahwa di masa depan kita mungkin akan menggunakan algoritma enkripsi yang dirancang khusus untuk berjalan di atas quantum computer, atau sistem keamanan yang dirancang untuk melawan kecerdasan buatan berbasis kuantum.
Ini menunjukkan bahwa tantangan keamanan digital akan semakin kompleks, dan kita harus terus menyesuaikan diri.
Seperti yang disampaikan Michele Mosca, salah satu tokoh terkemuka dalam dunia kriptografi, dunia harus terus mengembangkan solusi keamanan. Jika algoritma post quantum yang kita gunakan nantinya terbukti bisa dibobol, kita tidak bisa menunggu 20 tahun lagi untuk membuat penggantinya.
Dengan kata lain, keamanan digital adalah proses berkelanjutan, bukan satu kali jadi.
Kesimpulan
Kemunculan quantum computer membawa revolusi besar dalam dunia komputasi, namun juga membuka celah ancaman serius bagi sistem keamanan digital yang selama ini kita andalkan. Algoritma kriptografi seperti RSA dan ECC yang dianggap aman selama puluhan tahun, dapat dengan mudah dipatahkan oleh kekuatan komputasi kuantum.
Untuk menghadapi tantangan ini, dunia perlu segera beralih ke post quantum cryptography sistem keamanan baru yang dirancang khusus agar tahan terhadap serangan quantum computer. Namun, transisi ini bukan hal yang mudah dan tidak bisa ditunda.
Persiapan sejak dini, pembaruan sistem, dan penerapan prinsip cryptographic agility menjadi langkah krusial agar kita tidak tertinggal saat era komputasi kuantum benar-benar hadir. Keamanan digital bukan sekadar soal teknologi, tapi soal ketahanan masa depan. Maka, saatnya bertindak sekarang sebelum terlambat.