6 Contoh Disaster Recovery Plan untuk Perusahaan


Persiapan Solusi Disaster Recovery

Persiapan Solusi Disaster Recovery

Dalam era yang penuh ketidakpastian, di mana bencana alam, serangan siber, kegagalan sistem, atau gangguan teknis lainnya dapat terjadi kapan saja, perusahaan harus siap menghadapi segala kemungkinan. Setiap organisasi, besar atau kecil, sangat bergantung pada sistem informasi dan teknologi untuk operasional mereka, dan gangguan pada sistem ini dapat mengakibatkan kerugian besar.

Oleh karena itu, penting bagi setiap perusahaan untuk memiliki dan memahami apa itu Disaster Recovery Plan (DRP) atau Rencana Pemulihan Bencana. DRP adalah strategi yang merinci langkah-langkah yang harus diambil oleh perusahaan untuk memulihkan operasionalnya setelah terjadinya gangguan atau bencana yang dapat memengaruhi kelangsungan bisnis.

Pada artikel yang lain telah memuat banyak informasi mengenai DRP seperti pengertiannya secara lengkap, manfaat serta cara menyusun DRP. Dan pada kesempatan kali ini akan membahas contoh nyata Rencana Pemulihan Bencana (DRP) yang diadopsi oleh berbagai industri, agar menjadi contoh atau inspirasi bagi pembaca.

 

Apa Itu Disaster Recovery Plan (DRP)?

Disaster Recovery Plan (DRP) adalah sebuah rencana formal yang mencakup serangkaian kebijakan, prosedur, dan langkah-langkah yang harus diambil dalam menghadapi berbagai jenis bencana atau gangguan operasional. DRP bertujuan untuk memastikan bahwa perusahaan dapat melanjutkan operasionalnya setelah bencana, gangguan teknis, atau serangan yang mengancam integritas data dan sistemnya. Fokus utama dari DRP adalah untuk meminimalkan waktu henti (downtime) dan kerugian finansial yang dapat terjadi akibat gangguan ini.

Pentingnya DRP tidak hanya terbatas pada pemulihan sistem, tetapi juga untuk melindungi data yang berharga, aset perusahaan, dan reputasi perusahaan itu sendiri. Sebuah rencana pemulihan bencana yang efektif memberikan perusahaan pedoman yang jelas tentang langkah-langkah yang harus diambil setelah terjadinya gangguan, sehingga mengurangi kebingungan dan meningkatkan responsivitas tim IT dan pihak terkait lainnya.

 

Contoh Rencana Pemulihan Bencana (Disaster Recovery Plan

Berikut adalah beberapa contoh langkah-langkah dalam Disaster Recovery Plan yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk menghadapi berbagai jenis ancaman dan gangguan dalam operasional bisnis:

1. Pencadangan Data (Backup)

Pencadangan data adalah langkah paling mendasar dan sering kali menjadi bagian pertama dari setiap rencana pemulihan bencana. Tanpa pencadangan yang tepat, sebuah perusahaan akan sangat sulit untuk melanjutkan operasionalnya setelah kehilangan data penting, baik karena kegagalan sistem, serangan ransomware, atau kerusakan perangkat keras. Oleh karena itu, pencadangan data harus dilakukan secara berkala dan disimpan di tempat yang aman dan dapat diakses dengan cepat saat dibutuhkan.

Langkah-langkah dalam rencana pencadangan data meliputi:

  • Penentuan Data yang Dicadangkan: Pertama, perusahaan perlu mengidentifikasi dan menentukan jenis data yang perlu dicadangkan. Ini mencakup data pelanggan, informasi transaksi, file operasional, dan dokumentasi penting lainnya yang mendukung kelangsungan bisnis.

  • Menggunakan Teknologi Pencadangan yang Tepat: Perusahaan harus memilih teknologi pencadangan yang sesuai, seperti perangkat penyimpanan lokal (hard drive eksternal atau server) atau solusi berbasis cloud yang dapat menyediakan penyimpanan dengan kapasitas besar dan akses yang cepat.

  • Penjadwalan Cadangan: Penting untuk menetapkan jadwal cadangan yang teratur, misalnya harian, mingguan, atau bulanan, tergantung pada seberapa sering data diperbarui. Pencadangan otomatis menggunakan perangkat lunak cadangan adalah pilihan yang umum digunakan oleh perusahaan untuk menghindari kesalahan manusia.

  • Penyimpanan Data yang Aman: Data cadangan harus disimpan di tempat yang aman, baik itu secara fisik di luar lokasi (off-site) atau menggunakan cloud storage. Jika perusahaan memilih opsi penyimpanan cloud, pastikan untuk memilih penyedia layanan yang memiliki sistem keamanan yang terjamin, termasuk enkripsi data dan perlindungan terhadap akses tidak sah.

  • Pengujian Cadangan: Setiap cadangan data yang dibuat harus diuji secara berkala untuk memastikan data tersebut dapat dipulihkan dengan baik dan tanpa kehilangan integritas. Uji coba ini harus dilakukan secara rutin untuk menghindari masalah teknis saat pemulihan data yang sesungguhnya.

Dengan memastikan pencadangan data dilakukan dengan benar, perusahaan dapat memastikan bahwa data penting yang diperlukan untuk operasi bisnis dapat dipulihkan dalam waktu singkat setelah terjadinya gangguan.

2. Pemulihan Bencana Berbasis Cloud (Cloud Backup and Recovery)

Pemulihan bencana berbasis cloud telah menjadi pilihan yang semakin populer di banyak perusahaan karena fleksibilitas dan skalabilitas yang ditawarkan oleh penyedia layanan cloud. Infrastruktur cloud memungkinkan perusahaan untuk menyimpan data dan aplikasi secara aman dan mengaksesnya kapan saja tanpa harus bergantung pada perangkat keras lokal yang rentan terhadap kerusakan.

Langkah-langkah untuk menjalankan pemulihan bencana berbasis cloud:

  • Pemilihan Penyedia Layanan Cloud: Perusahaan harus memilih penyedia layanan cloud yang dapat memberikan jaminan keandalan dan kapasitas penyimpanan yang memadai. Penyedia cloud yang baik harus memiliki sertifikasi yang relevan dalam hal keamanan dan kepatuhan terhadap regulasi industri.

  • Menggandakan Data Secara Berkala: Data harus digandakan secara otomatis dan teratur ke dalam cloud. Penyedia layanan cloud modern sering kali menyediakan opsi pencadangan otomatis yang menyinkronkan data setiap saat, sehingga data yang diunggah tetap terkini dan siap dipulihkan ketika dibutuhkan.

  • Penyusunan Rencana Pemulihan yang Terstruktur: Sebuah rencana pemulihan berbasis cloud harus mencakup langkah-langkah yang jelas mengenai bagaimana data dan aplikasi akan dipulihkan dari cloud ke sistem produksi perusahaan. Ini termasuk detail tentang urutan pemulihan, serta prosedur pemulihan untuk setiap aplikasi dan data yang dibutuhkan.

  • Pengujian Pemulihan Secara Berkala: Menguji prosedur pemulihan cloud secara rutin sangat penting untuk memastikan bahwa data dan aplikasi dapat dipulihkan dengan cepat dan tanpa masalah. Uji coba ini juga membantu memastikan bahwa tim TI dapat beroperasi dengan lancar selama proses pemulihan.

Pemulihan bencana berbasis cloud memiliki keunggulan besar, seperti aksesibilitas 24/7 dan minimnya kebutuhan untuk perangkat keras fisik yang mahal, sehingga banyak perusahaan yang mulai mengadopsi solusi ini sebagai bagian dari rencana pemulihan mereka.

3. Pemulihan Jaringan (Network Recovery)

Selain data dan aplikasi, jaringan perusahaan adalah bagian yang sangat vital dalam operasional sehari-hari. Jika terjadi gangguan pada jaringan, seperti kegagalan router atau switch, dapat menyebabkan terputusnya komunikasi internal dan eksternal yang mengganggu kelancaran bisnis. Oleh karena itu, pemulihan jaringan menjadi elemen penting dalam rencana pemulihan bencana.

Langkah-langkah yang dapat diambil untuk pemulihan jaringan:

  • Pemetaan Infrastruktur Jaringan: Langkah pertama dalam pemulihan jaringan adalah pemetaan infrastruktur jaringan yang digunakan dalam perusahaan, termasuk router, switch, dan perangkat jaringan lainnya. Pemetaan ini akan memberikan gambaran tentang elemen-elemen kunci yang harus dipulihkan dengan prioritas tinggi.

  • Penggunaan Kembali Perangkat: Dalam hal kegagalan perangkat jaringan, perusahaan dapat menggunakan perangkat cadangan atau perangkat pengganti untuk menjaga kelancaran operasi. Selain itu, beberapa perangkat jaringan dapat diprogram ulang untuk mengatasi masalah sementara.

  • Penyediaan Rute Jaringan Alternatif: Memiliki rute jaringan alternatif yang dapat digunakan dalam situasi darurat sangat penting untuk menjaga komunikasi dan kelancaran operasional. Jaringan berbasis VPN (Virtual Private Network) atau jalur komunikasi sekunder bisa menjadi solusi untuk menjaga kestabilan jaringan.

  • Pemantauan Jaringan Secara Real-Time: Menggunakan perangkat lunak pemantauan jaringan yang dapat mendeteksi gangguan secara real-time memungkinkan tim TI untuk cepat merespons masalah yang timbul dan mempercepat proses pemulihan.

  • Pengujian dan Pemeliharaan Berkala: Sistem jaringan harus diuji secara berkala untuk memastikan bahwa cadangan perangkat dan rute alternatif berfungsi dengan baik. Pemeliharaan rutin pada perangkat jaringan juga penting untuk mencegah kerusakan yang tidak terduga.

4. Virtualization Recovery

Teknologi virtualisasi memungkinkan perusahaan untuk membuat salinan virtual dari server dan aplikasi yang mereka gunakan. Jika terjadi kerusakan pada perangkat keras fisik, replika virtual ini dapat digunakan untuk memulihkan sistem dengan cepat, sehingga meminimalkan waktu henti dan gangguan operasional.

Langkah-langkah untuk menjalankan pemulihan virtual:

  • Identifikasi Server dan Aplikasi yang Tervirtualisasi: Langkah pertama adalah mengidentifikasi server dan aplikasi yang telah tervirtualisasi dan yang membutuhkan pemulihan terlebih dahulu. Biasanya, server yang menjalankan aplikasi bisnis kritis akan diprioritaskan.

  • Jadwalkan Pencadangan Virtual secara Teratur: Replikasi virtual dan pencadangan data harus dijadwalkan secara teratur. Ini memastikan bahwa versi terbaru dari aplikasi dan sistem selalu tersedia untuk pemulihan jika terjadi gangguan.

  • Penggunaan Teknologi Replikasi: Teknologi replikasi, baik berbasis on-premise atau cloud, memungkinkan pencadangan salinan virtual secara otomatis. Replikasi ini dapat digunakan untuk memulihkan server virtual dalam hitungan menit setelah kegagalan perangkat keras.

  • Prosedur Pemulihan yang Cepat dan Efisien: Penting untuk menetapkan prosedur yang jelas dan efisien untuk pemulihan server virtual. Proses ini harus dilakukan dengan cepat agar operasional bisnis dapat dilanjutkan tanpa gangguan yang berarti.

  • Pengujian dan Evaluasi Secara Berkala: Pengujian pemulihan sistem virtual harus dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa teknologi ini dapat digunakan dengan efektif dalam situasi darurat. Evaluasi ini juga membantu dalam meningkatkan prosedur pemulihan yang sudah ada.

5. Disaster Recovery as a Service (DRaaS)

Disaster Recovery as a Service (DRaaS) adalah solusi pihak ketiga yang menyediakan infrastruktur dan layanan untuk pemulihan bencana. DRaaS dapat menjadi pilihan yang lebih hemat biaya bagi perusahaan yang tidak ingin mengelola infrastruktur pemulihan bencana mereka sendiri.

Langkah-langkah dalam menjalankan DRaaS:

  • Evaluasi Kebutuhan Pemulihan: Sebelum memilih penyedia layanan DRaaS, perusahaan harus terlebih dahulu mengevaluasi kebutuhan pemulihan mereka, termasuk tingkat waktu pemulihan yang diinginkan dan jenis data serta aplikasi yang perlu dipulihkan.

  • Pilih Penyedia Layanan DRaaS: Pemilihan penyedia DRaaS yang tepat adalah langkah krusial. Penyedia yang baik akan menawarkan infrastruktur yang kuat dan memiliki jaminan uptime serta kecepatan pemulihan yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda.

  • Konfigurasi Lingkungan Pemulihan: Setelah memilih penyedia layanan, perusahaan harus mengonfigurasi lingkungan pemulihan di cloud sesuai dengan kebutuhan operasional. Ini termasuk menyusun infrastruktur cadangan dan penyimpanan data di lokasi cloud yang aman.

  • Pengujian Pemulihan Berkala: Seperti pada solusi cloud lainnya, pengujian pemulihan secara berkala sangat penting untuk memastikan bahwa DRaaS berfungsi dengan baik saat dibutuhkan.

  • Pemeliharaan dan Pemantauan: Pemeliharaan rutin dan pemantauan terhadap lingkungan pemulihan yang dikelola oleh penyedia DRaaS memastikan bahwa solusi pemulihan dapat bekerja dengan optimal saat terjadi gangguan.

6. Pemulihan Aplikasi dan Layanan Pelanggan

Pemulihan aplikasi bisnis dan layanan pelanggan adalah bagian yang tidak kalah penting dalam DRP. Bisnis yang bergantung pada aplikasi untuk menjalankan operasi sehari-hari harus memastikan bahwa aplikasi tersebut dapat dipulihkan dengan cepat jika terjadi gangguan. Selain itu, keberlanjutan layanan pelanggan selama bencana atau gangguan juga harus menjadi prioritas.

Langkah-langkah yang dapat diambil untuk pemulihan aplikasi:

  • Prioritaskan Aplikasi yang Penting: Tidak semua aplikasi bisnis memiliki tingkat kritikalitas yang sama. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan aplikasi mana yang perlu dipulihkan terlebih dahulu dan memastikan bahwa pencadangan serta pemulihan dilakukan dengan tepat.

  • Pencadangan dan Pengujian Aplikasi: Setiap aplikasi dan konfigurasi terkait harus dicadangkan secara teratur dan diuji secara berkala untuk memastikan bahwa aplikasi tersebut dapat dipulihkan tanpa masalah.

Langkah-langkah untuk pemulihan layanan pelanggan:

  • Memberikan Informasi yang Jelas kepada Pelanggan: Selama gangguan, perusahaan harus memberikan informasi yang jelas dan tepat waktu kepada pelanggan tentang situasi darurat dan langkah-langkah yang diambil untuk memulihkan layanan.

  • Pemulihan Sistem Dukungan Pelanggan: Prioritaskan pemulihan sistem dukungan pelanggan seperti pusat layanan pelanggan dan sistem komunikasi. Jika perlu, alihkan layanan pelanggan ke infrastruktur cadangan untuk menjaga kelancaran operasional.

Dengan langkah-langkah yang terstruktur dan penerapan teknologi yang tepat seperti diatas, perusahaan dapat memastikan bahwa DRP yang mereka miliki akan memberikan solusi yang efektif untuk menghadapi situasi darurat dan meminimalkan dampak dari gangguan operasional.


Bagikan artikel ini

Berlangganan

Berlangganan newsletter kami dan dapatkan informasi terbaru.

Video Terkait