AWS dan Google Cloud Jalin Kolaborasi Tingkatkan Multicloud
- Rita Puspita Sari
- •
- 11 jam yang lalu
Ilustrasi Multicloud
Di tengah pesatnya perkembangan Artificial Intelligence (AI), kebutuhan perusahaan untuk mengolah data dalam jumlah besar semakin meningkat. Namun, agar teknologi AI dapat bekerja secara optimal, akses data harus berlangsung secara cepat, aman, dan tanpa hambatan. Inilah salah satu alasan utama mengapa perusahaan mulai beralih ke pendekatan hybrid cloud dan multicloud. Menanggapi perubahan besar ini, dua raksasa teknologi—Amazon Web Services (AWS) dan Google Cloud—mengumumkan kerja sama strategis yang bertujuan mempermudah penerapan multicloud bagi perusahaan di seluruh dunia.
Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa para hyperscaler kini menyadari bahwa masa depan komputasi awan tidak lagi terpusat pada satu penyedia layanan. Sebaliknya, perusahaan kini membutuhkan fleksibilitas untuk memanfaatkan keunggulan dari berbagai platform cloud secara bersamaan, terutama saat mereka berusaha mengadopsi AI dalam skala besar.
Hybrid Cloud Jadi Kunci Adopsi AI
Percakapan mengenai hybrid cloud bukanlah hal baru, tetapi relevansinya kian meningkat berkat meledaknya adopsi AI generatif. Dalam rilis pers bulan November, Nicolas Sekkaki, Global Cloud Practice Leader di Kyndryl, menegaskan bahwa AI menuntut kemampuan akses data yang mulus dan cepat. Menurutnya, keberhasilan implementasi AI tidak hanya bergantung pada model atau algoritma, tetapi juga pada kemampuan infrastruktur cloud untuk menyediakan data secara efisien.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam laporan 2025 Cloud Readiness Report yang dirilis Kyndryl, yang menemukan fakta mencengangkan: 84% pemimpin cloud secara sadar memilih menggunakan lebih dari satu layanan cloud. Dengan kata lain, sebagian besar perusahaan kini memang sengaja membangun lingkungan multicloud demi memperoleh kombinasi terbaik antara performa, keamanan, dan kemampuan integrasi.
Temuan ini tidak luput dari perhatian para raksasa cloud dunia. AWS dan Google Cloud dengan cepat merespons tren ini dengan membangun kolaborasi multicloud yang memungkinkan perpindahan data, aplikasi, dan layanan terjadi lebih mulus antarplatform.
Google Cloud Dapat "Pintu Masuk" Lebih Luas ke Perusahaan
Dalam banyak organisasi besar, AWS sering menjadi pilihan utama untuk layanan cloud. Sementara itu, Google Cloud sering menempati posisi sebagai “cloud ketiga”—disukai untuk layanan data dan AI-nya, tetapi tidak selalu menjadi cloud utama perusahaan.
Menurut Lee Sustar, Principal Analyst di Forrester, kolaborasi ini membuka peluang besar bagi Google Cloud. Dengan bekerja sama langsung dengan AWS, Google kini memiliki jalan masuk lebih mudah ke perusahaan yang sudah mapan menggunakan AWS sebagai cloud utama mereka. Hal ini bahkan berpotensi menggeser dinamika kompetisi antar penyedia cloud.
Namun manfaat kolaborasi ini tidak hanya dirasakan Google. AWS pun mendapatkan keuntungan strategis, terutama karena kerja sama ini memperkuat posisi mereka dalam memasarkan solusi multicloud yang lebih terbuka.
Tekanan bagi Oracle dan Penyedia Cloud Lainnya
Sustar menambahkan bahwa langkah AWS dan Google Cloud juga menempatkan tekanan besar bagi penyedia cloud lain seperti Oracle. Pasalnya, kedua raksasa ini turut menawarkan open API, yang memungkinkan integrasi lebih fleksibel antarplatform.
Ini adalah pergeseran besar dari pola tradisional, di mana penyedia cloud cenderung membangun ekosistem yang “tertutup” agar pelanggan tetap berada di dalam layanan mereka. Dengan hadirnya open API sebagai standar baru, penyedia lain yang masih enggan membuka akses harus segera menyesuaikan diri jika tidak ingin tertinggal.
Sustar bahkan menyebut langkah AWS ini sebagai upaya untuk “memaksa industri menerima pendekatannya sebagai standar de facto”. Setelah bertahun-tahun menghindari kata multicloud, AWS kini memanfaatkan kekuatan pasar mereka untuk mendorong ekosistem cloud yang lebih interoperabel.
Salesforce Dukung Penuh Integrasi AWS–Google Cloud
Salah satu perusahaan besar yang langsung menyambut baik kolaborasi ini adalah Salesforce. Melalui inisiatif AWS Interconnect – multicloud, Salesforce kini dapat membangun jembatan penting antara layanan mereka dan Google Cloud.
Menurut Jim Ostrognai, SVP Software Engineering di Salesforce, integrasi ini akan mempercepat konektivitas antarplatform dan memberikan pengalaman lebih baik kepada pelanggan yang menggunakan kombinasi AWS, Google Cloud, dan Salesforce.
Sustar menambahkan bahwa dukungan Salesforce memiliki dampak strategis besar bagi AWS. Dengan merangkul Google Cloud, AWS mendapatkan mitra kuat untuk menahan dominasi Microsoft Azure, yang saat ini agresif membangun layanan cloud generatif AI menggunakan teknologi OpenAI.
Fenomena Kolaborasi Cloud Semakin Meluas
Kolaborasi AWS dan Google Cloud bukanlah satu-satunya aliansi strategis yang terjadi di industri cloud tahun ini. Sebelumnya, Snowflake, penyedia AI data cloud, menjalin kerja sama dengan perusahaan perangkat lunak ternama asal Jerman, SAP.
Kolaborasi tersebut menghubungkan Snowflake AI Data Cloud dengan SAP Business Data Cloud. Tujuannya sederhana namun sangat penting: menyatukan kemampuan AI agent milik Snowflake dengan data bisnis kritis milik SAP, sehingga perusahaan dapat menjalankan analisis dan automasi AI secara lebih efektif.
Ini mengindikasikan satu hal: integrasi dan interoperabilitas adalah masa depan industri cloud. Perusahaan tidak lagi ingin terjebak dalam satu vendor atau ekosistem tertutup. Yang mereka cari adalah fleksibilitas, performa, dan kemampuan untuk menggabungkan layanan terbaik dari berbagai platform cloud.
Menuju Masa Depan Cloud yang Lebih Terbuka
Kolaborasi antara AWS dan Google Cloud menunjukkan bahwa kompetisi di industri cloud tidak lagi sekadar tentang siapa yang memiliki layanan lebih banyak, tetapi siapa yang mampu berkolaborasi lebih baik dalam ekosistem yang semakin kompleks.
Tekanan untuk membuka akses, menyediakan API terbuka, dan mendukung multicloud akan semakin besar. Dan di tengah maraknya adopsi AI generatif, perusahaan membutuhkan fondasi cloud yang tidak hanya kuat, tetapi juga fleksibel dan interoperabel.
Dengan semakin banyaknya aliansi antara penyedia cloud besar, masa depan industri ini tampaknya akan bergerak menuju model yang jauh lebih terbuka—di mana kolaborasi menjadi kunci, bukan kompetisi semata.
