Digital Parenting: Solusi Bijak Hadapi Tantangan Teknologi
- Rita Puspita Sari
- •
- 02 Mei 2025 15.02 WIB

Ilustrasi Digital Parenting
Di era digital seperti saat ini, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Smartphone, tablet, dan internet bukan hanya digunakan oleh orang dewasa, tetapi juga telah merambah ke dunia anak-anak. Hal ini menimbulkan tantangan baru bagi orangtua dalam hal pengasuhan. Salah langkah saja bisa membuat anak kecanduan gawai yang berujung pada gangguan tidur, tantrum, bahkan menurunnya kemampuan bersosialisasi.
Namun, menjauhkan anak sepenuhnya dari teknologi bukanlah solusi yang bijak. Dunia digital adalah bagian dari kehidupan masa kini dan masa depan. Anak-anak yang sepenuhnya dijauhkan dari teknologi justru bisa tertinggal dalam keterampilan digital yang penting di era modern. Di sinilah konsep digital parenting hadir sebagai pola asuh inovatif yang menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan nilai-nilai positif.
Apa Itu Digital Parenting?
Digital parenting adalah metode pengasuhan modern di mana orangtua memberikan bimbingan, pengawasan, dan pemahaman kepada anak terkait penggunaan teknologi digital secara sehat dan bertanggung jawab. Tujuannya bukan untuk melarang anak menggunakan gadget, tetapi untuk membentuk kebiasaan digital yang sehat sejak dini.
Dengan menerapkan digital parenting, orangtua dapat:
- Melindungi anak dari konten negatif.
- Membatasi durasi penggunaan gadget.
- Mengajarkan tanggung jawab dalam penggunaan teknologi.
- Meningkatkan kualitas interaksi antara orangtua dan anak melalui media digital yang edukatif.
Berikut adalah enam tips dan trik praktis dalam menerapkan digital parenting agar anak tumbuh sebagai generasi emas di era teknologi:
-
Hindarkan Anak dari Konten yang Tidak Sesuai Nilai Moral
Sebagai orangtua, Anda adalah benteng pertama dan utama dalam menjaga anak dari paparan konten negatif seperti kekerasan, pornografi, ujaran kebencian, dan bahasa kasar. Jangan hanya mengandalkan sistem filter otomatis. Anda harus terlibat aktif.Tips praktis:
- Ajak anak berdialog tentang jenis konten yang boleh dan tidak boleh diakses.
- Gunakan bahasa yang mudah dipahami untuk menjelaskan dampak buruk dari konten negatif.
- Tunjukkan contoh konkret agar anak lebih mudah memahami.
- Jangan marah berlebihan saat anak tanpa sengaja mengakses konten yang tidak sesuai. Gunakan momen itu sebagai kesempatan untuk memberikan pemahaman.
Pendekatan ini akan membuat anak merasa aman untuk terbuka dan lebih mudah dibimbing secara emosional.
- Ajarkan Anak untuk Melaporkan Konten Negatif
Langkah ini sangat penting untuk membentuk anak sebagai pribadi yang bertanggung jawab dan sadar lingkungan digital. Dengan membiasakan anak melaporkan konten negatif, mereka akan:
- Lebih peka terhadap norma digital.
- Tidak mudah terbawa arus informasi menyesatkan.
- Belajar bahwa menjaga komunitas digital adalah tanggung jawab bersama.
Cara melatih anak:
- Beri tahu fitur pelaporan pada platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram.
- Beri pemahaman bahwa melaporkan bukan berarti mengadu, tapi berkontribusi menjaga ruang digital tetap sehat.
- Puji dan apresiasi saat anak menunjukkan sikap kritis terhadap konten negatif.
-
Gunakan Aplikasi Parental Control sebagai Langkah Pencegahan
Mengawasi anak 24 jam tentu tidak mungkin dilakukan, apalagi jika orangtua juga bekerja. Solusinya, gunakan aplikasi parental control untuk menyaring konten dan membatasi akses secara otomatis.Beberapa aplikasi parental control yang direkomendasikan:
- Google Family Link: memantau aktivitas, mengatur durasi penggunaan aplikasi, dan melacak lokasi anak.
- Kaspersky Safe Kids: menyaring konten tidak pantas, membatasi akses, dan memberikan laporan aktivitas.
- Norton Family: memberikan laporan situs yang diakses, waktu pemakaian, dan riwayat pencarian.
Dengan bantuan aplikasi ini, Anda bisa tetap mengawasi anak meskipun sedang tidak berada di dekatnya.
- Buat Aturan Jelas Tentang Waktu Penggunaan Gadget
Salah satu penyebab utama anak kecanduan gadget adalah tidak adanya batasan waktu yang tegas. Oleh karena itu, buatlah aturan durasi penggunaan HP dan internet yang sesuai dengan usia anak.
Rekomendasi waktu menurut American Academy of Pediatrics:
- Usia 2–5 tahun: maksimal 1 jam per hari dengan konten edukatif.
- Usia 6–12 tahun: maksimal 2 jam per hari dengan aktivitas digital terkontrol.
- Usia 13 tahun ke atas: lebih fleksibel, namun tetap harus diawasi.
Tips membiasakan aturan durasi:
- Buat jadwal rutin harian: kapan anak boleh bermain HP dan kapan harus berhenti.
- Gunakan timer atau alarm sebagai pengingat.
- Ajak anak melakukan aktivitas lain setelah waktu layar selesai, seperti membaca buku, bermain di luar rumah, atau menggambar.
Konsistensi dan keteladanan dari orangtua adalah kunci utama. Jika orangtua juga disiplin dalam penggunaan HP, anak akan lebih mudah mengikuti.
- Ajak Anak Bermain Game Edukasi
Bermain game bukanlah hal yang salah. Justru jika diarahkan dengan benar, game bisa menjadi media pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.Contoh game edukasi:
- ABC Kids: untuk belajar huruf dan membaca.
- Khan Kids: permainan dan cerita interaktif untuk anak usia dini.
- Math Kids: mengenalkan angka dan penjumlahan secara menyenangkan.
- Duolingo: untuk belajar bahasa asing secara interaktif.
Game edukasi bisa:
- Merangsang kreativitas dan logika anak.
- Meningkatkan daya ingat dan kemampuan menyelesaikan masalah.
- Membantu anak belajar tanpa tekanan.
Pastikan Anda mendampingi anak saat bermain dan diskusikan pelajaran apa yang mereka dapat dari game tersebut.
- Manfaatkan Platform Belajar Digital
Selain game edukasi, kini banyak tersedia platform belajar digital yang interaktif dan sesuai dengan kurikulum nasional. Anak bisa belajar dengan cara yang menyenangkan dan fleksibel.Beberapa platform belajar digital terbaik:
- Ruangguru: menyediakan video pembelajaran, latihan soal, dan fitur live chat dengan tutor.
- Rumah Belajar (Kemendikbud Ristek): gratis dan lengkap untuk tingkat SD hingga SMA.
- Zenius & Quipper: menawarkan ribuan video, latihan soal, kuis harian, dan fitur interaksi dengan guru.
- Khan Academy: materi gratis dan lengkap, sangat cocok untuk belajar mandiri.
- Kahoot!: belajar lewat kuis yang seru dan kompetitif.
Tips penggunaan:
- Jadwalkan waktu khusus untuk belajar menggunakan aplikasi ini.
- Pilih materi sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan anak.
- Evaluasi hasil belajar anak secara rutin bersama mereka.
Tips: Bangun Komunikasi Terbuka dan Hangat
Tak kalah penting dari semua tips di atas adalah membangun komunikasi yang terbuka. Anak harus merasa nyaman untuk bercerita tentang apa yang mereka lihat, tonton, atau alami di dunia digital.
Langkah praktis:
- Jadikan waktu makan malam sebagai ajang berbagi cerita.
- Dengarkan anak tanpa menghakimi.
- Berikan pujian ketika anak menunjukkan sikap bijak dalam menggunakan teknologi.
Semakin kuat komunikasi antara orangtua dan anak, semakin mudah membimbing mereka di dunia digital yang penuh tantangan.
Digital Parenting untuk Masa Depan Anak
Mengasuh anak di era digital memang membutuhkan pendekatan yang berbeda. Orangtua dituntut untuk tidak hanya menjadi pelindung, tetapi juga pendamping, pengajar, dan panutan dalam penggunaan teknologi. Melalui digital parenting, orangtua bisa memastikan bahwa teknologi menjadi alat bantu untuk tumbuh kembang anak, bukan justru menjadi jebakan.
Dengan menerapkan pola digital parenting secara konsisten dan penuh kasih sayang, Anda turut mencetak generasi emas yang cerdas secara digital, tangguh secara emosional, dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
Ingatlah: teknologi hanyalah alat. Yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakannya bersama anak-anak kita untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.