LEO vs GEO: Persaingan Orbit yang Ubah Masa Depan IoT Satelit
- Rita Puspita Sari
- •
- 15 jam yang lalu
Ilustrasi Satelit
Di era di mana konektivitas menjadi kunci utama transformasi digital, Internet of Things (IoT) telah meluas ke hampir setiap aspek kehidupan dan industri. Namun, di balik semua kemajuan jaringan darat seperti 4G dan 5G, ada satu lapisan infrastruktur yang sering luput dari perhatian tetapi memiliki peran yang sangat vital IoT berbasis satelit.
Jika sebelumnya satelit hanya dianggap sebagai solusi cadangan untuk wilayah tanpa jaringan seluler, kini posisinya berubah drastis. Dengan kemajuan teknologi orbit rendah (LEO) dan arsitektur jaringan yang semakin efisien, konektivitas satelit menjadi tulang punggung baru bagi ekosistem IoT global.
Laporan white paper tahun 2025 berjudul “Rethinking Satellite IoT: How Spectrum, Architecture, and Technology Define Addressable Markets” dari Transforma Insights bersama Globalstar, menyoroti bagaimana strategi spektrum, arsitektur orbit, dan teknologi radio menentukan potensi pasar serta arah pertumbuhan IoT satelit.
Lanskap Pasar yang Berubah dan Semakin Tersegmentasi
Pada masa lalu, satelit hanya dianggap solusi pelengkap, terutama untuk pelacakan aset di wilayah terpencil, seperti kapal di laut lepas atau truk di gurun yang tidak dijangkau sinyal seluler. Namun kini, lanskapnya telah berubah total.
Biaya peluncuran yang menurun, efisiensi energi yang meningkat, dan inovasi dalam miniaturisasi perangkat membuka peluang baru. Satelit kini tidak hanya mengisi celah, tetapi juga memperluas cakupan IoT ke sektor-sektor yang dulu tidak terbayangkan.
Karena itulah, segmentasi pasar IoT satelit kini perlu ditinjau ulang. Tidak lagi cukup hanya membedakan berdasarkan wilayah cakupan, tetapi juga dari karakteristik teknis seperti kebutuhan data, toleransi terhadap latensi, efisiensi energi, dan desain arsitektur satelit yang digunakan.
Transforma Insights menjelaskan bahwa perbedaan pendekatan penyedia layanan, mulai dari penggunaan spektrum, jenis orbit (LEO, MEO, GEO), hingga integrasi dengan jaringan terestrial menentukan jenis aplikasi yang bisa dilayani secara efektif. Dengan memahami kombinasi faktor ini, pengguna dapat memilih solusi satelit yang paling efisien dan ekonomis untuk setiap kasus penggunaan.
Beragam Kasus Penggunaan IoT Satelit
IoT berbasis satelit kini digunakan secara luas di berbagai sektor penting. Masing-masing memiliki kebutuhan dan tantangan yang berbeda:
-
Pertanian dan Pemantauan Lingkungan
Dalam bidang pertanian, sensor yang terhubung melalui satelit dapat memantau kelembapan tanah, suhu, kualitas udara, atau bahkan kesehatan tanaman. Di hutan dan area konservasi, satelit digunakan untuk melacak pergerakan satwa liar atau mendeteksi perubahan ekosistem.Kelebihannya adalah sistem ini tidak tergantung pada jaringan seluler dan mampu mengirimkan data secara konsisten, bahkan dari lokasi yang jauh dari peradaban.
-
Maritim dan Logistik Global
Industri pelayaran dan logistik mengandalkan satelit untuk pelacakan kapal, kontainer, dan aset bernilai tinggi di seluruh dunia.Dengan sistem hibrida yang menggabungkan seluler dan satelit, perusahaan dapat memantau posisi aset secara real-time, bahkan di tengah samudra. Teknologi ini memastikan visibilitas rantai pasok global tetap terjaga dari titik asal hingga tujuan.
-
Energi dan Utilitas
Sektor energi termasuk pengguna terbesar IoT satelit. Sensor di anjungan minyak, pipa gas, turbin angin, dan gardu listrik dapat memantau kondisi operasi, suhu, tekanan, serta potensi gangguan.Dengan koneksi satelit, data dikirim langsung ke pusat pengendali, memungkinkan pemeliharaan prediktif, mencegah kecelakaan, dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi keselamatan.
-
Tanggap Darurat dan Kemanusiaan
Ketika terjadi bencana alam seperti gempa bumi, banjir, atau kebakaran hutan jaringan darat sering kali rusak. Dalam kondisi ini, satelit menjadi penyelamat utama.Baik untuk komunikasi tim penyelamat, pelacakan logistik bantuan, atau koordinasi evakuasi, konektivitas satelit memberikan keandalan yang tidak tergantikan.
-
Pertambangan, Penerbangan, dan Pertahanan
Selain itu, sektor pertambangan dan pertahanan menggunakan satelit untuk operasi di lokasi terpencil dan komunikasi yang aman. Di dunia penerbangan, satelit membantu dalam navigasi, pelaporan cuaca, dan komunikasi antar pesawat secara global.
Faktor Teknis dan Operasional dalam Menentukan Solusi Satelit
Untuk memahami bagaimana IoT satelit bekerja secara efektif, kita perlu melihat faktor-faktor teknis yang menjadi dasar pemilihan sistem:
- Cakupan Geografis
Tidak semua aplikasi memerlukan jangkauan global. Misalnya, pemantauan jaringan listrik di satu negara hanya memerlukan jangkauan regional, sementara pelacakan kapal tentu membutuhkan koneksi lintas samudra.Selain cakupan orbit, lisensi spektrum juga menjadi penentu penting. Ada operator dengan hak frekuensi internasional, dan ada pula yang hanya beroperasi di wilayah tertentu atau berbagi spektrum bersama.
- Volume Data
Setiap perangkat IoT menghasilkan data dengan karakteristik berbeda. Ada sensor berdaya rendah yang hanya mengirim data beberapa byte per hari (misalnya suhu atau kelembapan), dan ada kamera pemantau yang mengirimkan data dalam jumlah besar.Oleh karena itu, penyedia layanan harus memilih protokol komunikasi dan arsitektur jaringan yang efisien agar penggunaan bandwidth tetap optimal tanpa membebani sistem.
- Latensi (Waktu Jeda)
Satelit di orbit yang berbeda menghasilkan latensi yang berbeda pula.- Satelit GEO (Geostationary Orbit) berada di ketinggian 35.786 km di atas permukaan bumi dan menimbulkan jeda sekitar 100–300 milidetik.
- Satelit LEO (Low Earth Orbit), yang beroperasi antara 160–2.000 km, mampu memberikan latensi serendah 20 milidetik, mendekati koneksi seluler 5G.
Perbedaannya signifikan untuk aplikasi yang membutuhkan komunikasi real-time, seperti kendaraan otonom atau sistem navigasi udara.
-
Biaya dan Kompleksitas
Aspek ekonomi menjadi faktor penting dalam implementasi IoT satelit. Biaya tidak hanya mencakup langganan layanan data, tetapi juga perangkat keras (hardware), integrasi sistem, dan pemeliharaan.Kabar baiknya, kemajuan teknologi dan efisiensi spektrum kini membuat solusi satelit semakin terjangkau.Dalam sistem hibrida (seluler + satelit), penambahan fungsi satelit bahkan bisa dilakukan tanpa biaya besar tambahan karena integrasi langsung ke chip komunikasi yang sudah ada.
-
Efisiensi Energi
Kebanyakan perangkat IoT menggunakan baterai atau tenaga surya, sehingga konsumsi daya menjadi faktor utama. Protokol berdaya rendah seperti LPWAN (Low Power Wide Area Network) sangat penting untuk memperpanjang masa hidup perangkat.Jika perangkat boros energi, biaya operasional dan perawatan akan meningkat drastis, terutama untuk sensor yang tersebar di lokasi terpencil.
Memahami Arsitektur LEO dan GEO: Masa Depan Konektivitas IoT Satelit
Kemajuan teknologi satelit tengah membuka babak baru dalam dunia Internet of Things (IoT). Kini, miliaran perangkat di seluruh dunia tidak hanya bergantung pada jaringan seluler atau Wi-Fi, tetapi juga pada koneksi dari orbit luar angkasa. Dua arsitektur utama yang menjadi tulang punggung sistem ini adalah LEO (Low-Earth Orbit) dan GEO (Geostationary Orbit).
Keduanya memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing. Pemahaman yang baik mengenai perbedaan dan karakteristik orbit ini sangat penting bagi perusahaan dan pengembang yang ingin memanfaatkan IoT satelit secara optimal baik untuk pertanian, logistik, energi, maupun keamanan.
1. LEO: Orbit Rendah dengan Kecepatan dan Latensi Minim
Satelit LEO (Low-Earth Orbit) beroperasi di ketinggian antara 160 hingga 2.000 kilometer dari permukaan bumi. Jarak yang relatif dekat ini memberikan keunggulan utama berupa latensi rendah dan kecepatan tinggi. Dalam dunia komunikasi, latensi rendah berarti waktu respon yang cepat — sangat penting bagi aplikasi yang membutuhkan interaksi real-time, seperti pelacakan kendaraan, sistem otonom, atau komunikasi antar mesin.
Selain itu, orbit rendah memungkinkan satelit LEO untuk mengirimkan sinyal dengan daya yang lebih kecil, karena jaraknya yang lebih dekat dengan permukaan bumi. Hal ini membantu meningkatkan efisiensi energi dan mempercepat transmisi data.
Namun, keunggulan tersebut datang dengan tantangan besar. Karena cakupan setiap satelit LEO relatif kecil, diperlukan ribuan satelit dalam satu konstelasi agar koneksi tetap stabil dan berkelanjutan di seluruh permukaan bumi. Misalnya, konstelasi seperti Starlink dan OneWeb menempatkan ribuan satelit kecil di orbit untuk membentuk jaringan global.
Perangkat IoT di darat juga perlu dilengkapi dengan antena yang dapat diarahkan (steerable antenna) untuk mengikuti pergerakan satelit di langit. Selain itu, sistem manajemen daya harus canggih agar perangkat tetap efisien meski beroperasi terus-menerus.
Dengan kata lain, LEO menawarkan kinerja tinggi dengan kompleksitas sistem yang lebih besar. Teknologi ini cocok bagi aplikasi yang memerlukan komunikasi cepat dan responsif, seperti navigasi, transportasi, drone, serta industri yang membutuhkan pemantauan real-time.
2. GEO: Stabilitas dan Cakupan Luas di Orbit Tinggi
Berbeda dengan LEO, satelit GEO (Geostationary Orbit) beroperasi jauh lebih tinggi, yaitu sekitar 35.786 kilometer di atas permukaan bumi. Pada ketinggian ini, satelit bergerak seiring dengan rotasi bumi, sehingga tampak stasioner dari permukaan tanah.
Keuntungan utama dari orbit ini adalah cakupan wilayah yang luas dan kestabilan posisi. Hanya dengan tiga hingga empat satelit GEO yang ditempatkan di posisi strategis, hampir seluruh permukaan bumi dapat dijangkau. Perangkat pengguna di darat tidak perlu sistem pelacakan yang rumit, karena satelit selalu berada di titik yang sama di langit.
Sistem GEO telah lama digunakan untuk layanan seperti telekomunikasi global, siaran televisi, serta komunikasi militer dan maritim. Infrastruktur ini sangat matang dan stabil, menjadikannya pilihan yang aman bagi banyak operator IoT.
Namun, jarak yang sangat jauh menimbulkan latensi tinggi — biasanya antara 100 hingga 300 milidetik. Walau waktu tunda ini tidak signifikan untuk transfer data sensor atau komunikasi non-kritis, hal ini menjadi tantangan bagi aplikasi yang membutuhkan interaksi cepat seperti kontrol jarak jauh atau sistem kendaraan otonom.
Dengan demikian, satelit GEO lebih cocok untuk aplikasi yang menekankan cakupan luas dan keandalan sinyal, bukan untuk komunikasi waktu nyata.
Menentukan Pilihan: Antara LEO dan GEO
Dalam praktiknya, pemilihan antara sistem LEO dan GEO tidak dapat dilakukan secara sederhana. Keputusan ini harus mempertimbangkan kebutuhan latensi, biaya perangkat, efisiensi daya, serta total biaya operasional.
- LEO unggul dalam kecepatan dan latensi rendah, tetapi membutuhkan investasi besar dalam jumlah satelit dan sistem pelacakan.
- GEO memberikan cakupan luas dan infrastruktur yang mapan, tetapi memiliki keterbatasan dalam hal waktu respons.
Bagi banyak perusahaan, pendekatan hibrida sering kali menjadi solusi terbaik. Sistem seperti ini menggabungkan kecepatan orbit rendah dengan stabilitas orbit tinggi, menciptakan jaringan komunikasi yang adaptif untuk berbagai jenis kebutuhan IoT dari pertanian cerdas hingga sistem navigasi global.
Kematangan dan Evolusi Pasar IoT Satelit
Menurut laporan Transforma Insights, tingkat kematangan teknologi dan ekosistem penyedia layanan juga menjadi faktor penting dalam menentukan pilihan arsitektur satelit.
Penyedia layanan lama seperti Globalstar dan Iridium telah beroperasi selama puluhan tahun. Mereka memiliki keandalan tinggi, pengalaman teknis mendalam, serta kerangka regulasi yang kuat. Sistem mereka umumnya dirancang untuk komunikasi berkecepatan rendah, namun efisien dalam hal energi ideal untuk aplikasi IoT berdaya rendah seperti pelacakan aset, sensor lingkungan, dan pemantauan jarak jauh.
Sebaliknya, pemain baru seperti operator mega-konstelasi LEO membawa inovasi besar dalam hal kapasitas tinggi dan skala global. Mereka mengandalkan ratusan hingga ribuan satelit kecil untuk memberikan koneksi broadband berkecepatan tinggi. Meski demikian, sebagian besar masih fokus pada layanan internet umum, bukan pada IoT yang membutuhkan efisiensi daya dan bandwidth rendah.
Selain itu, standar komunikasi global seperti 3GPP NTN (Non-Terrestrial Networks) masih berada dalam tahap awal penerapan. Teknologi ini menjanjikan integrasi yang lebih mulus antara perangkat darat dan orbit, tetapi belum mencapai kematangan komersial dan mungkin memerlukan beberapa tahun lagi sebelum bisa digunakan secara luas.
Oleh karena itu, mengadopsi teknologi baru memang menawarkan potensi besar, tetapi juga membawa risiko dan biaya integrasi yang tidak kecil.
Perusahaan perlu menyeimbangkan antara inovasi dan stabilitas operasional. Teknologi yang sudah matang seperti yang dimiliki penyedia lama masih menjadi pilihan dominan untuk IoT berdaya rendah, sementara teknologi baru membuka peluang di bidang layanan broadband dan sistem hybrid masa depan.
Masa Depan IoT Satelit: Integrasi, Efisiensi, dan Konektivitas Tanpa Batas
Dengan perkembangan teknologi orbit rendah dan konstelasi yang semakin padat, masa depan IoT satelit terlihat sangat menjanjikan. Kombinasi antara satelit LEO berlatensi rendah dan protokol IoT hemat energi akan menciptakan jaringan global yang mampu menghubungkan miliaran perangkat dari laut terdalam hingga gurun terpanas.
Di masa mendatang, kita akan melihat integrasi penuh antara jaringan seluler, Wi-Fi, dan satelit, di mana perangkat dapat berpindah secara mulus tanpa kehilangan koneksi. Model seperti ini disebut “multi-network IoT” memungkinkan perangkat untuk selalu terhubung di mana pun berada, tanpa peduli apakah itu melalui BTS di darat atau sinyal dari orbit.
Selain itu, penggunaan AI dan edge computing akan memperkuat kemampuan analisis data langsung di perangkat atau di orbit, sehingga mengurangi kebutuhan pengiriman data besar ke pusat dan menekan latensi.
Transforma Insights memperkirakan bahwa dalam dekade ini, pertumbuhan IoT satelit akan berlipat ganda, terutama di sektor industri, logistik, dan energi, seiring meningkatnya permintaan terhadap sistem komunikasi yang andal dan global.
Arah Baru IoT Satelit di Era Terhubung
Transforma Insights menegaskan bahwa dunia IoT satelit kini memasuki fase transformasi besar. Penurunan biaya peluncuran, kemajuan miniaturisasi perangkat, serta standarisasi teknologi membuat integrasi antara jaringan satelit dan darat semakin kuat.
Pasar ini tidak bisa lagi dianggap seragam. Setiap segmen aplikasi memiliki kebutuhan unik yang memerlukan solusi teknologi berbeda. Pemahaman yang tepat terhadap arsitektur orbit (LEO vs GEO), efisiensi daya, dan kematangan ekosistem menjadi kunci keberhasilan implementasi IoT satelit di masa depan.
Dengan strategi yang matang, perusahaan dapat memilih solusi yang efisien, andal, dan ekonomis, memastikan bahwa konektivitas digital benar-benar mencakup seluruh penjuru bumi, dari kota besar hingga daerah paling terpencil.
