Black Friday 2025: 10 Modus Penipuan yang Paling Sering Muncul


Ilustrasi Cyber Security 23

Ilustrasi Cyber Security 23

Black Friday 2025 diprediksi menjadi musim belanja paling meriah, sekaligus yang paling berbahaya. Di balik diskon besar dan promo menggiurkan, penjahat siber sudah menyiapkan berbagai skema penipuan yang semakin canggih. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan, deepfake, rekayasa sosial, serta situs palsu yang terlihat sangat meyakinkan, mereka menargetkan jutaan pengguna yang sedang lengah di masa belanja akhir tahun.

Penelitian keamanan terbaru menunjukkan lonjakan 89% situs web penipuan dibanding tahun lalu. Serangan phishing mengambil porsi terbesar, yaitu 42%, sementara 32% serangan secara khusus menargetkan dompet digital dan sistem pembayaran. Para penjahat memanfaatkan tingginya volume transaksi, urgensi promo kilat, dan menurunnya kewaspadaan pembeli untuk mencuri data pribadi, informasi keuangan, hingga aset kripto.

Untuk membantu Anda tetap aman, artikel ini mengupas 10 penipuan Black Friday yang paling sering menyerang konsumen, lengkap dengan teknik yang digunakan, indikator tanda bahaya, serta strategi perlindungan yang praktis. Baik Anda seorang profesional keamanan, pembuat konten edukasi, atau pembeli online biasa, memahami pola-pola penipuan ini akan membuat Anda jauh lebih waspada.

  1. Situs Belanja Palsu dan Domain Tiruan
    Ini adalah bentuk penipuan paling klasik dan sampai sekarang tetap yang paling mematikan. Penipu membuat toko online palsu yang tampilannya sangat mirip dengan toko asli. Mereka menyalin logo, foto produk, layout, bahkan elemen UI agar tampak profesional.Salah satu trik yang paling sering digunakan adalah domain mirip (typosquatting). Misalnya:

    • be5tbuy.com alih-alih bestbuy.com
    • rc$.co.za menggantikan rcs.co.za
    • Penambahan akhiran yang tidak familiar seperti .top, .shop, .vip, atau .store

    Kelompok ancaman seperti SilkSpecter diketahui aktif membuat domain palsu yang meniru merek besar seperti IKEA, The North Face, hingga Wayfair.

    Setelah korban memasukkan nomor kartu kredit, alamat, atau akun login, data tersebut langsung dicuri dan bisa disalahgunakan untuk penipuan lanjutan atau dijual di dark web.

    Tanda bahaya:

    • URL dengan ejaan aneh atau karakter tidak biasa
    • Tidak ada HTTPS/padlock
    • Halaman “About” atau “Contact” hilang
    • Diskon terlalu besar tanpa alasan
  2. Phishing dan Smishing
    Phishing (email) dan smishing (SMS) tetap menjadi momok terbesar di musim diskon. Pesannya terlihat mendesak, seolah berasal dari toko resmi, bank, atau kurir:

    • “Akun Anda harus diverifikasi segera”
    • “Pembayaran Black Friday Anda gagal, klik untuk memperbaiki”
    • “Paket Anda tertahan, selesaikan pembayaran bea kirim”

    Tautannya akan membawa korban ke situs pencuri kredensial yang tampilannya sangat menyerupai situs asli. Statistik menunjukkan:

    • 42% ancaman Black Friday = phishing
    • 32% serangan menargetkan dompet digital seperti OVO, DANA, PayPal, atau Apple Pay

    Tanda bahaya:

    • Sapaan generik (“Dear customer”)
    • Kesalahan tata bahasa
    • Alamat email/pengirim mencurigakan
    • Nada mendesak agar segera klik link
  3. Penipuan QR Code (Quishing)
    Quishing semakin populer karena makin banyak toko memakai QR code untuk promo, pembayaran, dan verifikasi. Penipu mencetak QR palsu lalu menempelkannya di:

    • Poster promo
    • Restoran atau mall
    • Email blast
    • Media sosial
    • Kemasan barang atau pengiriman

    Saat dipindai, QR mengarahkan ke situs malware, pencurian cookie, atau halaman phishing. Ada juga kasus QR code palsu yang dipasang menutupi QR code asli pada tempat parkir, mesin tiket, atau loket pembayaran.

    Tanda bahaya:

    • QR dari email yang tidak dikenal
    • Stiker yang terlihat ditimpa atau ditempel ulang
    • Promo yang memaksa Anda scan segera
  4. Penipuan Deepfake Berbasis AI
    Deepfake kini menjadi senjata baru para penipu. Dengan AI, mereka bisa membuat video atau audio yang hampir sempurna meniru:

    • CEO perusahaan
    • Influencer besar
    • Selebritas Hollywood
    • Atlet atau musisi terkenal

    Salah satu insiden besar tahun ini: retailer Fortune 500 kehilangan 40.000 data pelanggan dalam 48 jam setelah video deepfake CEO-nya mempromosikan aplikasi diskon palsu. Ada juga video deepfake Taylor Swift yang mengajak penggemarnya mengikuti giveaway Le Creuset—yang ternyata fiktif.

    Tujuannya jelas: memanfaatkan kepercayaan publik terhadap figur terkenal untuk membuat orang mengklik, menginstall, atau membeli sesuatu.

    Tanda bahaya:

    • Promo selebritas yang terlalu bagus untuk jadi kenyataan
    • Pengumuman besar yang tidak ada di kanal resmi
    • Mimik atau suara yang terasa sedikit tidak natural
  5. Iklan Palsu di Media Sosial
    Facebook, Instagram, dan TikTok kini dipenuhi iklan dengan diskon besar. Sebagian di antaranya benar, tetapi banyak yang palsu. Para penipu membuat iklan meyakinkan menggunakan:

    • Branding curian
    • Gambar produk asli
    • Ulasan palsu berbasis bot

    URL shortener (bit.ly, t.co, tinyurl) untuk menyembunyikan link
    Ketika diklik, iklan mengarahkan konsumen ke situs palsu yang didesain untuk pencurian kartu kredit atau pembayaran yang tidak pernah diproses.

    Tanda bahaya:

    • Diskon 70–90% untuk barang mewah
    • Akun tidak diverifikasi
    • Profil baru, jumlah pengikut rendah
    • Ajakan untuk segera checkout sebelum kehabisan
  6. Notifikasi Pengiriman Palsu
    Selama Black Friday, orang biasanya menerima banyak paket. Penipu memanfaatkan momen ini dengan mengirim:

    • SMS “Paket Anda tertahan”
    • Email palsu dari DHL, UPS, atau FedEx
    • Tautan pelacakan palsu

    Korban diarahkan ke situs yang meminta pembayaran biaya tambahan, verifikasi identitas, atau login akun. Setelah itu, data pribadi dapat dicuri untuk penipuan lanjutan.

    Tanda bahaya:

    • Anda tidak merasa memesan barang
    • Permintaan data pembayaran untuk “melanjutkan pengiriman”
    • Nomor resi/track tidak valid
  7. Produk Palsu dan Penipuan Marketplace
    Marketplace seperti Facebook Marketplace dan eBay menjadi pusat jual-beli saat Black Friday, tetapi juga lahan basah bagi penipu. Modus umum:

    • Menawarkan barang mewah (Gucci, LV, Nike, Adidas) dengan harga jauh di bawah normal
    • Mengirimkan barang palsu berkualitas buruk
    • Atau tidak mengirimkan barang sama sekali

    Beberapa penipu juga meminta pembayaran lewat jalur di luar platform untuk menghindari sistem proteksi pembeli.

    Tanda bahaya:

    • Harga terlalu murah
    • Penjual tanpa riwayat transaksi
    • Meminta pindah chat ke WhatsApp/Telegram
    • Menolak sistem pembayaran aman platform
  8. Penipuan Gift Card dan Voucher
    Jenis penipuan ini meningkat drastis saat musim liburan. Penipu menyebarkan:

    • Voucher palsu
    • Diskon gift card palsu
    • Kupon palsu untuk brand terkenal

    Beberapa situs penipuan bahkan mengklaim menyediakan “gift card generator”, padahal sebenarnya menginfeksi perangkat dengan malware pencuri clipboard, termasuk alamat wallet kripto.Gift card populer digunakan karena sering dibeli dalam jumlah besar tanpa mencurigakan.

    Tanda bahaya:

    • Penawaran gift card dari sumber tidak resmi
    • Diminta membayar menggunakan gift card
    • Email menyatakan Anda “menang hadiah” yang tidak pernah Anda ikuti
  9. Penipuan Donasi dan Amal Palsu
    Musim liburan identik dengan berbagi, sehingga penipu memanfaatkan momen ini untuk membuat:

    • Kampanye donasi palsu
    • Situs amal fiktif
    • Akun media sosial yang meniru lembaga resmi

    FTC mencatat kenaikan 30% penipuan amal di bulan Desember. Modusnya biasanya menunggangi isu kemanusiaan, bencana alam, atau bantuan anak-anak.

    Tanda bahaya:

    • Ajakan donasi tidak terduga
    • Tekanan untuk segera menyumbang
    • Tidak ada bukti legalitas organisasi
    • Tidak bisa diverifikasi di situs pengawas seperti CharityWatch
  10. Penipuan Pembayaran Kripto
    Kripto makin populer sebagai opsi pembayaran, dan penipu tidak tinggal diam. Mereka menawarkan:

    • “Diskon eksklusif Black Friday” khusus pembayaran kripto
    • Investasi kilat dengan keuntungan tidak realistis
    • Aplikasi palsu yang mencuri passphrase pemulihan melalui OCR

    Setelah aset digital dikirim, penipu menghilang tanpa jejak. Tidak ada chargeback, tidak ada pemulihan dana.

    Tanda bahaya:

    • Toko tiba-tiba hanya menerima kripto
    • Janji keuntungan tinggi yang “dijamin”
    • Aplikasi meminta akses ke foto/galeri tanpa alasan jelas

 

Cara Mendeteksi Situs Web Penipuan

Belanja online semakin menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Diskon besar, promo kilat, dan kemudahan membeli apa pun hanya dengan sekali klik membuat aktivitas ini semakin digemari. Namun, di balik kenyamanan tersebut, ancaman situs web penipuan juga ikut meningkat. Terlebih menjelang momen besar seperti Black Friday 2025, para penipu memanfaatkan kepadatan transaksi dan menurunnya kewaspadaan konsumen untuk melakukan berbagai aksi curang.

Berikut ini adalah langkah utama yang dapat membantu Anda membedakan situs tepercaya dari situs palsu, dilengkapi tips perlindungan dan langkah pelaporan jika Anda menemukan aktivitas mencurigakan.

  1. Periksa URL dengan Teliti
    Kesalahan kecil pada URL sering kali menjadi tanda pertama dari situs palsu. Penipu biasanya memakai teknik typosquatting, yaitu membuat domain yang mirip dengan yang asli, misalnya:

    • amaz0n.com
    • tok0pedia.net
    • sh0pee-sale.shop

    Selain salah eja, perhatikan juga ekstensi domain tidak lazim, seperti .shop, .top, atau .xyz. Bukan berarti semua domain tersebut berbahaya, tetapi domain dengan ekstensi murah sering dipakai untuk operasi penipuan yang cepat.

    Jika Anda menerima sebuah tautan, arahkan kursor terlebih dulu untuk melihat tujuan sebenarnya. Banyak situs palsu yang menyembunyikan URL berbahaya di balik tombol “Claim Now”, “Klik di Sini”, atau “Cek Pesanan”.

  2. Pastikan Ada HTTPS dan Sertifikat SSL
    Situs yang sah hampir selalu memakai HTTPS (Hypertext Transfer Protocol Secure). Anda bisa mengenalinya dari ikon gembok di bilah alamat. HTTPS memastikan data yang Anda kirimkan di-enkripsi.

    Klik gembok tersebut untuk melihat apakah sertifikat SSL diterbitkan oleh otoritas resmi seperti DigiCert, Sectigo, atau Let’s Encrypt. Situs yang sertifikatnya tidak valid atau diterbitkan oleh pihak tidak dikenal sebaiknya dihindari.

    Walau begitu, perlu diingat bahwa HTTPS tidak menjamin situs pasti aman, karena penipu pun kini bisa mendapatkan sertifikat gratis. Namun, ketiadaan HTTPS adalah lampu merah besar.

  3. Perhatikan Kualitas Desain Website
    Banyak situs penipuan dibuat dengan terburu-buru. Hasilnya, kualitas visualnya buruk, misalnya:

    • Tata letak tidak rapi
    • Gambar produk buram
    • Warna dan font tidak konsisten
    • Terdapat banyak pop-up mengganggu
    • Ada banyak typo atau terjemahan otomatis

    Situs resmi jarang menampilkan kesalahan fatal seperti ini. Jika tampilannya seperti dibuat secara asal, Anda patut curiga.

  4. Verifikasi Informasi Kontak
    Situs yang asli selalu menyediakan informasi kontak yang bisa diverifikasi, seperti:

    • Alamat fisik
    • Nomor telepon aktif
    • Email profesional (misalnya @perusahaan.com)

    Jika ada halaman “Hubungi Kami”, cobalah menghubungi mereka. Nomor yang tidak aktif, email yang terus memantul, atau alamat palsu adalah tanda jelas bahwa ada yang tidak beres.

  5. Periksa Usia Domain dengan WHOIS
    Penipu biasanya menggunakan domain baru yang hanya bertahan beberapa minggu atau bulan sebelum ditinggalkan. Anda bisa memeriksa usia domain di:

    • ICANN WHOIS
    • GoDaddy WHOIS
    • Who.is

    Jika domain berusia kurang dari enam bulan, berhati-hatilah. Situs e-commerce yang kredibel jarang menggunakan domain sangat baru untuk operasi besar.

  6. Cek Ulasan Online dan Reputasi Brand
    Salah satu cara termudah mendeteksi penipuan adalah menelusuri ulasan pengguna. Ketikkan:

    • “nama situs + scam”
    •  “nama toko + review”

    Anda juga dapat memeriksa di platform tepercaya seperti Trustpilot, Better Business Bureau, atau membaca komentar di media sosial resmi brand.Jika situs tersebut mengklaim milik sebuah brand besar tetapi tidak ada jejak digital yang valid, kemungkinan besar itu palsu.

  7. Gunakan Alat Keamanan Online
    Anda tidak perlu mengecek keamanan situs seorang diri. Banyak alat gratis yang bisa membantu:

    • Google Safe Browsing: memberi tahu apakah situs pernah dilaporkan berbahaya
    • VirusTotal: memindai URL dengan banyak mesin antivirus
    • ScamAdviser: menilai tingkat kepercayaan domain
    • APIVoid: mendeteksi reputasi IP dan URL

    Jika skornya rendah atau bendera merah muncul, tutup situs tersebut segera.

  8. Evaluasi Harga: Jangan Terkecoh Diskon Berlebihan
    Penipu tahu bahwa diskon besar adalah umpan paling efektif. Karena itu, mereka memasang promo tidak masuk akal, seperti:

    • Diskon 80–90% untuk produk premium
    • Harga smartphone flagship setengah harga
    • “Promo Black Friday hanya hari ini!”

    Perbandingan harga adalah langkah penting. Coba cek harga di toko resmi atau marketplace besar. Jika perbedaannya terlalu jauh, kemungkinan besar itu penipuan.

  9. Periksa Metode Pembayaran dan Kebijakan Pengembalian
    Situs yang sah menyediakan metode pembayaran aman seperti:

    • Kartu kredit
    • E-wallet
    • Sistem escrow marketplace

    Jika situs hanya menerima:

    • Transfer bank
    • Pembayaran kripto saja
    • Payment gateway tidak dikenal

    Selain itu, situs terpercaya pasti memiliki kebijakan pengembalian dan pengiriman yang jelas. Situs penipuan biasanya menyembunyikan atau menulisnya dengan bahasa samar.

  10. Percayai Insting Anda
    Jika semuanya terlihat mencurigakan, meski Anda tidak bisa menunjuk masalah spesifiknya, itu sudah cukup alasan untuk tidak melanjutkan pembelian. Intuisi sering kali lebih cepat mengenali bahaya sebelum otak sempat menganalisis.

    Apa yang Harus Dilakukan Jika Menemukan Situs Penipuan
    Jika Anda menduga sebuah situs melakukan penipuan, kumpulkan bukti berupa:

    • Tangkapan layar
    • URL lengkap
    • Email atau pesan yang mencurigakan
    • Bukti transaksi (jika ada)

    Kemudian laporkan ke:

    • FTC – reportfraud.ftc.gov
    • IC3 – ic3.gov
    • Google Safe Browsing – untuk memblokir situs di indeks Google

    Laporan Anda dapat membantu melindungi orang lain dari penipuan serupa.

Di era ketika penipuan digital semakin didorong oleh AI, deepfake, dan rekayasa sosial, kewaspadaan menjadi benteng utama bagi konsumen. Memahami ciri-ciri situs penipuan dan menerapkan langkah perlindungan sederhana dapat menyelamatkan Anda dari kehilangan uang, pencurian data, hingga kerugian jangka panjang lainnya.

Belanja online tetap aman selama Anda menggabungkan verifikasi, skeptisisme yang sehat, dan kebiasaan digital yang baik. Saat taktik penipu semakin berkembang, Anda pun perlu terus memperbarui pengetahuan dan memperketat keamanan pribadi.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Video Terkait