Akamai Ungkap Strategi Baru Hadapi Ancaman Ransomware Global
- Rita Puspita Sari
- •
- 2 jam yang lalu

Ilustrasi Ransomware
Akamai Technologies, perusahaan global di bidang keamanan siber dan komputasi awan, baru-baru ini mengungkap hasil penelitian terbaru yang menyoroti pentingnya mikrosegmentasi dalam menghadapi ancaman ransomware. Studi global bertajuk “The Segmentation Impact Study” ini melibatkan 1.200 pemimpin keamanan dan teknologi dari berbagai negara, menunjukkan bahwa penerapan strategi segmentasi jaringan yang lebih rinci dapat secara signifikan memperkuat pertahanan siber organisasi.
Menurut laporan Akamai, 90% organisasi di dunia telah menerapkan segmentasi jaringan dalam berbagai tingkat. Namun, hanya 35% di antaranya yang sudah mengadopsi mikrosegmentasi secara menyeluruh. Mikrosegmentasi sendiri merupakan strategi keamanan yang membagi jaringan perusahaan menjadi bagian-bagian kecil (microsegments) dengan kebijakan akses yang spesifik untuk tiap segmen. Tujuannya adalah agar jika terjadi pelanggaran keamanan, dampaknya tidak menyebar ke seluruh sistem.
Ofer Wolf, Senior Vice President dan General Manager Enterprise Security Akamai, menegaskan bahwa perusahaan yang menerapkan mikrosegmentasi mampu merespons ancaman siber lebih cepat dan membayar premi asuransi siber yang lebih rendah. Dengan pengaturan kebijakan akses yang ketat dan sistem pemantauan yang tersegmentasi, perusahaan dapat membatasi ruang gerak pelaku serangan.
Ransomware Masih Jadi Ancaman Serius di Dunia Digital
Dalam dua tahun terakhir, 79% organisasi yang disurvei mengaku mengalami setidaknya satu serangan ransomware. Serangan jenis ini biasanya mengenkripsi data penting perusahaan dan menuntut tebusan agar akses dipulihkan. Namun, dari jumlah tersebut, 63% perusahaan yang telah menerapkan mikrosegmentasi berhasil mencegah penyebaran serangan ke seluruh jaringan mereka.
Akamai juga mencatat bahwa perusahaan dengan pendapatan lebih dari US$1 miliar yang menggunakan mikrosegmentasi mampu memangkas waktu pembatasan ransomware hingga 33%. Artinya, strategi ini tidak hanya efektif dalam mencegah kerugian besar, tetapi juga mempercepat proses pemulihan pasca-serangan.
Dampak Positif terhadap Asuransi Siber
Salah satu temuan menarik dari studi Akamai adalah hubungan erat antara penerapan mikrosegmentasi dan biaya asuransi siber. Tiga per empat responden mengatakan bahwa perusahaan asuransi kini mulai mempertimbangkan kesiapan segmentasi sebagai faktor penting dalam penilaian risiko siber.
Sebanyak 60% organisasi yang sudah menerapkan mikrosegmentasi mengaku mendapatkan potongan premi asuransi, sementara 74% lainnya menyatakan peluang klaim mereka diterima menjadi lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa perusahaan asuransi mulai mengakui efektivitas mikrosegmentasi dalam mengurangi risiko kebocoran dan serangan ransomware yang parah.
Tantangan Implementasi Mikrosegmentasi di Dunia Nyata
Meski manfaatnya jelas, penerapan mikrosegmentasi tidaklah mudah. Banyak organisasi menghadapi hambatan seperti kompleksitas jaringan, kurangnya visibilitas, dan resistensi dari tim operasional. Mikrosegmentasi membutuhkan pemetaan jaringan yang detail dan kebijakan akses yang ketat, sehingga memerlukan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit.
Namun, bagi organisasi yang berhasil menerapkannya, hasilnya sangat signifikan. Studi Akamai menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut mengalami penurunan jumlah sistem yang berhasil disusupi, berkurangnya biaya pemulihan, serta peningkatan kelangsungan bisnis secara keseluruhan. Dengan kata lain, meski proses penerapan mikrosegmentasi memerlukan investasi dan perencanaan matang, hasil jangka panjangnya terbukti sepadan.
Menghadapi Masa Depan Keamanan Siber dengan Strategi Proaktif
Dalam konteks keamanan siber yang semakin kompleks, mikrosegmentasi bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan strategis. Ketika ancaman siber seperti ransomware semakin canggih dan bahkan didukung teknologi AI, membangun pertahanan berlapis menjadi langkah wajib bagi organisasi modern.
Laporan Akamai ini menjadi pengingat bahwa pencegahan lebih baik daripada pemulihan. Dengan membatasi akses jaringan berdasarkan segmentasi yang ketat, perusahaan tidak hanya memperkuat pertahanan mereka tetapi juga menyiapkan fondasi yang lebih tangguh untuk menghadapi ancaman masa depan.
Selain itu, adopsi mikrosegmentasi juga mendorong peningkatan kolaborasi antara tim keamanan, operasional, dan manajemen risiko. Dalam ekosistem bisnis yang semakin terhubung, kolaborasi lintas departemen menjadi kunci untuk memastikan kebijakan keamanan dapat dijalankan dengan efektif tanpa menghambat produktivitas.
Dengan kata lain, bagi perusahaan yang ingin memperkuat sistem keamanannya dan menekan risiko finansial akibat serangan siber, saatnya mempertimbangkan mikrosegmentasi sebagai strategi utama pertahanan digital.