Dukung Indonesia Jadi Poros Maritim, BMKG Gagas Inovasi Big Data


Big Data

Ilustrasi Big Data

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan pihaknya melakukan sejumlah inovasi sebagai bentuk dukungan kepada Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia.

“Kami terus berinovasi agar dapat menyajikan data dan informasi cuaca dan iklim maritim. Yang tidak sekedar cepat, namun tepat dan juga akurat,” kata Dwikorita dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Bentuk dukungan yang diberikan meliputi berbagai inovasi-inovasi dalam pelayanan informasi cuaca dan iklim maritim. Berbagai inovasi yang dilakukan BMKG di antaranya modernisasi peralatan observasi laut seperti Marine Automatic Weather Station (MAWS), HF Radar (Radar Maritim), Vessel Automatic Weather Station (VAWS), Drifter Buoy dan Profiling Float serta peningkatan kapasitas operasional pemodelan cuaca laut berbasis numerik melalui Coupled Atmospheric Wave and Ocean (CAWO) dengan resolusi spasial dan temporal yang sangat tinggi.

Di sektor transportasi laut, pihaknya telah meluncurkan inovasi yang dikenal dengan Indonesian Weather Information For Shipping (INA-WIS). Sistem itu merupakan sistem prediksi cuaca berbasis dampak dan peringatan dini berbasis risiko.

Sistem tersebut mampu memberikan informasi cuaca maritim selama 10 hari ke depan, informasi pelayaran port to port, menyediakan informasi daerah tangkapan ikan dan semua jenis kapal yang termonitor akan terpantau score risk-nya terhadap spesifikasi kapal yang dapat menyatakan persentase tingkat risikonya terhadap kondisi cuaca di lautan.

Selanjutnya System of Indonesia Aviation (SIAM), layanan metereologi penerbangan yang terintegrasi dengan pengelolaan big data yang menyediakan informasi cuaca penerbangan, mulai dari satelit cuaca, radar cuaca, informasi turbulensi, SIGMET, significant Weather (SigWx), kondisi cuaca bandara, hingga prakiraan cuaca bandara.

BMKG juga membuat INA-DRIFT yakni sistem informasi trajektori laut yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang operasi kegiatan penanggulangan bencana lingkungan dan INA-OPSMAR monitoring operasional meteorologi maritim, yang terintegrasi dengan sistem jaringan Automatic Weather System (AWS) yang tersebar di seluruh Indonesia.

Untuk inovasi Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak (BMKG Signature), tidak hanya menyediakan informasi cuaca secara umum, tetapi juga potensi dampak yang dapat ditimbulkan oleh cuaca. Deputi Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan BMKG juga bekerja sama dengan kementerian atau lembaga terkait peningkatan kapasitas pemahaman kepada masyarakat atau pihak terkait dalam memahami informasi dari BMKG.

Inovasi pertama yakni dengan menggelar Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) yang bertujuan memberikan pemahaman terkait pemanfaatan informasi cuaca dan iklim secara efektif dalam mendukung kegiatan perikanan.

Pihaknya juga bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk membangun Sekolah Lapang Cuaca Perairan (SLCP), untuk meningkatkan pemahaman operator transportasi laut serta penyeberangan terhadap informasi cuaca dan iklim dari BMKG.

Guna meningkatkan observasi cuaca kelautan khususnya di Samudera Hindia, BMKG bekerja sama dengan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) USA untuk melakukan pemeliharaan ATLAS-buoy RAMA, melakukan pengamatan data-data meteorologi maritim, atmosfer, oseanografi juga pengamatan marine-geophysics.

Melansir dari Antaranews, BMKG juga aktif bekerja sama dengan institusi di tingkat internasional melalui Years of the Maritime Continent (YMC), kerangka kolaborasi riset internasional yang menekankan pada observasi lapangan dan pemodelan cuaca untuk mendalami lebih jauh peran bumi maritim Indonesia dalam dinamika cuaca dan iklim global.

“Kami berharap, apa yang dilakukan BMKG ini dapat mendongkrak pengembangan ekonomi maritim Indonesia. Mewujudkan maritim kuat Indonesia hebat,” tutup Dwikorita.


Bagikan artikel ini

Video Terkait