Human Error: Ancaman Nyata di Balik Kebocoran Data Perusahaan
- Hengky Wibowo
- •
- 30 Okt 2025 13.42 WIB
 
                                    Human Error
Banyak orang beranggapan bahwa kebocoran data selalu berakar dari serangan siber canggih yang dilakukan oleh peretas profesional. Padahal, faktanya berbeda. Sebagian besar insiden kebocoran data justru terjadi karena kelalaian manusia (human error) — kesalahan kecil yang tampak sepele, tetapi dapat berujung pada kerugian besar bagi perusahaan.
Berdasarkan berbagai studi keamanan informasi, lebih dari 80% kasus kebocoran data disebabkan oleh faktor manusia, bukan serangan hacker. Ini menandakan bahwa ancaman terbesar terhadap data perusahaan tidak selalu datang dari luar, melainkan justru dari dalam organisasi itu sendiri.
Ketika Kesalahan Kecil Menjadi Bencana Besar
Dalam praktiknya, bentuk human error dalam pengelolaan data bisa sangat beragam. Contoh yang paling umum antara lain:
- Salah kirim email berisi data pelanggan ke pihak eksternal.
- Mengunggah file sensitif ke cloud publik tanpa pengamanan yang memadai.
- Mencetak dokumen rahasia tanpa pengawasan, sehingga mudah disalahgunakan.
- Menyimpan data penting di flashdisk atau perangkat portabel yang tidak terenkripsi.
Kesalahan-kesalahan tersebut tampak remeh, tetapi dampaknya bisa luar biasa besar:
- Reputasi perusahaan rusak di mata publik maupun regulator.
- Kerugian finansial yang bisa mencapai miliaran rupiah akibat pemulihan sistem dan kompensasi pelanggan.
- Sanksi hukum karena melanggar ketentuan perlindungan data pribadi.
- Hilangnya kepercayaan pelanggan, yang merupakan aset paling berharga dalam bisnis digital.
Dengan diberlakukannya UU No. 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi (PDP), setiap organisasi di Indonesia kini memiliki kewajiban hukum untuk menjaga keamanan data pribadi pelanggan dan karyawan. Artinya, perusahaan tak bisa lagi hanya mengandalkan kesadaran individu; dibutuhkan pendekatan yang sistematis, adaptif, dan berbasis teknologi.
Peran Penting Data Loss Prevention (DLP)
Dalam konteks ini, Data Loss Prevention (DLP) hadir sebagai solusi penting. DLP bukan sekadar alat untuk mendeteksi kebocoran data setelah terjadi, tetapi lebih jauh dari itu — ia mencegah insiden sebelum terjadi, dengan mengontrol bagaimana data disimpan, digunakan, dan dibagikan di seluruh sistem perusahaan.
DLP modern seperti Forcepoint Data Loss Prevention tidak hanya mencari kata kunci dalam dokumen atau email. Teknologi ini memiliki kecerdasan kontekstual yang mampu memahami isi dan pola penggunaan data. Sistem ini dapat:
- Mengenali aktivitas mencurigakan atau berisiko tinggi terhadap data sensitif.
- Mengambil tindakan otomatis, seperti memblokir akses, mengenkripsi file, atau mengkarantina dokumen sebelum bocor keluar.
- Menyediakan laporan kepatuhan dan audit untuk membantu perusahaan memenuhi standar regulasi seperti UU PDP, ISO 27001, dan PCI DSS (untuk industri keuangan).
Dengan pendekatan ini, perusahaan tidak hanya terlindungi secara teknis, tetapi juga dapat membangun kepercayaan dan kepatuhan (compliance) yang kuat terhadap standar keamanan data nasional maupun internasional.
Langkah Awal Implementasi DLP yang Efektif
Penerapan DLP bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal strategi dan budaya.
Beberapa langkah penting yang bisa menjadi pondasi awal antara lain:
- Klasifikasi data sensitif, pahami data apa yang paling kritis bagi bisnis Anda.
- Susun kebijakan pencegahan yang selaras dengan proses bisnis dan regulasi.
- Edukasi karyawan agar memahami risiko kebocoran data dan tanggung jawab mereka.
- Gunakan solusi adaptif yang mampu menyesuaikan dengan perubahan pola kerja, termasuk mobilitas dan penggunaan cloud.
DLP: Bukan Pengganti, Tapi Penjaga Kesadaran Manusia
Pada akhirnya, teknologi DLP bukanlah pengganti kesadaran manusia.
Namun, ia menjadi lapisan perlindungan terakhir — sebuah safety net ketika kelalaian tak bisa dihindari.
Sebagai Partner resmi dari Forcepoint, PT Dymar Jaya Indonesia berkomitmen membantu organisasi di Indonesia membangun perlindungan data yang lebih kuat dan adaptif. Melalui pendekatan yang berfokus pada risiko dan perilaku, solusi DLP dari Forcepoint membantu perusahaan beralih dari sekadar compliance menuju confidence dalam menjaga data sensitif mereka.
Ingin tahu bagaimana Forcepoint DLP dapat membantu melindungi data sensitif perusahaan Anda?
Hubungi PT Dymar Jaya Indonesia untuk konsultasi dan demonstrasi solusi yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda.

 
                                 
                                 
                                 
                                 
                                 
                                 
                                 
                          
                                 
                          
                                 
                          
                                 
                          
                                 
                          
                                 
                          
                                 
                          
                                