Sovereign Cloud: Arah Baru Masa Depan Layanan Digital
- Rita Puspita Sari
- •
- 22 jam yang lalu

Ilustrasi Cloud Computing
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menyaksikan lonjakan besar dalam penggunaan layanan cloud. Namun kini, tren baru tengah muncul dan mengubah lanskap global teknologi digital: cloud kedaulatan atau sovereign cloud. Laporan terbaru dari perusahaan riset dan konsultan global Omdia menyoroti bahwa penyedia layanan cloud harus bersiap menghadapi era baru, di mana data tak lagi bisa “berkeliaran” secara bebas lintas batas negara. Negara-negara mulai menuntut kontrol penuh atas data warganya demi melindungi kedaulatan digital mereka.
Dalam laporan bertajuk Market Radar: Sovereign Cloud 2025, Omdia mengulas strategi berbagai penyedia layanan cloud (CSP/Cloud Service Provider), khususnya lima raksasa global yaitu Amazon Web Services (AWS), Microsoft Azure, Google Cloud, IBM Cloud, dan Oracle Cloud. Mereka menguasai 86% pangsa pasar cloud publik global dan telah hadir di 33 negara.
Namun, dominasi global ini menghadapi tantangan serius. Negara-negara kini menuntut agar data penduduk dan pemerintahan mereka disimpan dan diproses secara lokal. Hal ini menandai pergeseran besar dari paradigma sebelumnya, di mana cloud dianggap sebagai solusi global yang bebas batas.
Infrastruktur Cloud Global Masih Terkonsentrasi di Barat
Meskipun layanan cloud dapat diakses dari mana saja, infrastruktur fisik mereka masih sangat terpusat di negara-negara tertentu. Data Omdia menunjukkan bahwa hingga tahun 2024, Amerika Utara memiliki 347 pusat data, Eropa memiliki 194, sementara Tiongkok hanya memiliki tiga pusat data dari lima penyedia cloud global tersebut.
Ketidakseimbangan ini memunculkan kekhawatiran akan ketergantungan teknologi yang berlebihan pada negara tertentu. Negara-negara seperti di kawasan Timur Tengah, Eropa, hingga Asia Tenggara mulai menyadari pentingnya memiliki kendali atas data dan infrastruktur digital mereka sendiri.
Inisiatif lokal seperti Saudi Vision 2030, GDPR di Uni Eropa, serta program Gaia-X merupakan contoh nyata dari meningkatnya kesadaran global akan pentingnya kedaulatan data.
Apa Itu Sovereign Cloud?
Sovereign cloud adalah layanan cloud yang dirancang untuk memenuhi persyaratan hukum dan peraturan lokal suatu negara, termasuk tempat penyimpanan data, pengolahan, dan siapa yang memiliki hak akses terhadap data tersebut.
Tujuan utamanya adalah agar data terutama yang bersifat sensitif seperti data warga negara, pemerintahan, dan institusi publik tidak disimpan atau dikelola oleh pihak asing tanpa izin. Dalam banyak kasus, negara juga ingin memastikan bahwa data tidak dapat diakses oleh lembaga asing meskipun pusat datanya berada di wilayah mereka sendiri.
Salah satu isu besar yang menimbulkan kekhawatiran adalah Undang-Undang CLOUD AS (CLOUD Act 2018) yang memungkinkan pemerintah Amerika Serikat meminta akses data dari perusahaan asal AS, bahkan jika data itu disimpan di luar negeri.
Omdia: 6 Level Kedaulatan dalam Layanan Cloud
Untuk membantu memahami kompleksitas sovereign cloud, Omdia memperkenalkan model 6 tingkat kedaulatan. Model ini digunakan untuk mengukur seberapa tinggi tingkat pengendalian dan kepatuhan lokal dalam infrastruktur cloud:
- Data Residency: Data harus disimpan secara fisik di dalam batas wilayah negara.
- Data Processing: Data diproses secara lokal oleh penyedia layanan atau mitra lokal yang sah.
- Data Privacy: Data tidak boleh diakses oleh entitas asing, termasuk pemerintah dari negara asal perusahaan cloud.
- Kepemilikan Akses Data: Kepemilikan dan hak akses atas data yang dihasilkan dari aktivitas dalam negeri harus ditentukan secara jelas.
- Cloud Resilience: Infrastruktur tidak boleh bergantung pada sistem luar negeri yang rentan terhadap gangguan geopolitik.
- Cloud sebagai Infrastruktur Vital: Cloud dianggap sebagai bagian dari infrastruktur nasional penting seperti listrik atau air, sehingga tunduk pada audit dan regulasi lokal.
Negara-Negara Kini Fokus pada Sovereign AI
Di luar cloud, muncul kekhawatiran baru terkait teknologi kecerdasan buatan (AI), khususnya Generative AI yang mampu menghasilkan data baru dalam jumlah besar. Laporan Omdia memperkirakan bahwa pada tahun 2026 dan 2027, akan muncul lonjakan kebutuhan akan sovereign AI yaitu pengembangan dan penggunaan AI yang sepenuhnya dikendalikan oleh negara.
Data hasil dari AI dipandang sebagai aset strategis. Negara-negara pun mulai menuntut agar model AI besar seperti chatbot, sistem pengenalan wajah, atau analisis perilaku masyarakat tidak dikelola dari luar negeri tanpa persetujuan atau pengawasan lokal.
Dua Strategi Penyedia Cloud Global Menanggapi Kebutuhan Ini
Penyedia cloud global menyadari bahwa mereka tidak bisa menawarkan layanan cloud dengan pendekatan “satu solusi untuk semua”. Untuk itu, mereka mulai mengambil dua pendekatan utama:
- Full Isolation
Contohnya adalah AWS dan Oracle yang membangun sistem cloud sepenuhnya terpisah, dikelola oleh entitas lokal dan hanya bisa diakses oleh tenaga kerja lokal. Solusi ini sangat cocok untuk negara-negara dengan regulasi ketat seperti Jerman dan Prancis, atau lembaga pemerintahan yang sangat sensitif. - Model Kemitraan (Partnership)
IBM dan Huawei mengambil pendekatan dengan bekerja sama bersama perusahaan lokal atau operator telekomunikasi nasional. Teknologi mereka digunakan sebagai fondasi, tetapi kontrol penuh tetap berada di tangan mitra lokal. Ini membuat mereka lebih mudah diterima di negara-negara berkembang yang ingin membangun kedaulatan digital tanpa infrastruktur yang kuat.
Ekspansi Penyedia Cloud Tiongkok dan Persaingan Global
Tantangan lain datang dari penyedia layanan cloud asal Tiongkok yang mulai mengekspansi ke luar negeri. Mereka menawarkan harga yang lebih kompetitif dengan infrastruktur yang cepat berkembang. Kehadiran mereka menjadi opsi menarik bagi negara-negara berkembang yang ingin mengurangi ketergantungan pada penyedia cloud asal Barat.
Hal ini membuat penyedia layanan cloud asal AS harus semakin fleksibel dan cepat beradaptasi. Tanpa perubahan strategi, mereka bisa kehilangan pasar ke kompetitor baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan lokal.
Rekomendasi Omdia untuk Pelaku Industri
Dalam laporan ini, Omdia memberikan rekomendasi penting bagi berbagai pihak:
- Untuk Pemerintah: Segera buat peta jalan dan regulasi mengenai cloud kedaulatan dan AI kedaulatan. Identifikasi infrastruktur yang harus dikuasai secara lokal.
- Untuk Perusahaan Swasta: Evaluasi sistem IT Anda, terutama data sensitif. Pastikan penyedia cloud Anda dapat memenuhi persyaratan lokal.
- Untuk Penyedia Layanan: Bangun kemitraan lokal dan siapkan infrastruktur cloud yang dapat diaudit dan dikontrol oleh regulator lokal.
- Untuk Vendor Teknologi: Ciptakan sistem yang modular dan terbuka, sehingga bisa disesuaikan dengan berbagai model regulasi nasional.
Sovereign cloud bukan sekadar tren sementara. Ini adalah arah masa depan dunia digital. Ketika data menjadi aset negara yang bernilai tinggi, pengendalian atas data harus berada di tangan yang tepat yaitu pemerintah dan rakyat negara tersebut. Dengan berkembangnya regulasi global, serta meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya perlindungan data dan privasi, penyedia layanan cloud tidak lagi bisa menawarkan solusi generik.