HP Sering Bergetar Padahal Tidak? Ini Penjelasan Ilmiahnya!
- Rita Puspita Sari
- •
- 4 jam yang lalu
Ilustrasi Phantom Vibration Syndrome
Pernahkah Anda mengalami momen aneh ketika merasa ponsel di saku bergetar, namun setelah dicek ternyata tidak ada pesan, panggilan, atau notifikasi apa pun? Jika iya, Anda tidak sendirian. Fenomena ini dikenal dengan Phantom Vibration Syndrome (PVS) yaitu kondisi di mana seseorang merasakan getaran atau suara notifikasi dari ponsel padahal sebenarnya tidak terjadi apa-apa.
Sekilas, hal ini tampak sepele. Namun, di balik sensasi “getar halu” tersebut tersimpan fakta menarik mengenai tingkat ketergantungan manusia terhadap ponsel dan bagaimana teknologi dapat memengaruhi cara kerja otak kita.
Apa Itu Phantom Vibration Syndrome?
Phantom Vibration Syndrome (PVS) adalah istilah medis untuk menggambarkan sensasi palsu berupa getaran atau suara notifikasi dari ponsel yang sebenarnya tidak ada. Kondisi ini juga dikenal sebagai halusinasi taktil, yaitu ketika otak salah menafsirkan rangsangan sensorik di tubuh.
Misalnya, gesekan ringan dari pakaian, kontraksi otot, atau tekanan di sekitar saku bisa “ditafsirkan” otak sebagai getaran ponsel. Fenomena ini semakin sering dialami oleh masyarakat modern yang tidak bisa lepas dari perangkat digitalnya.
Banyak orang bahkan merasakannya beberapa kali dalam sehari, terutama mereka yang bekerja dengan komunikasi intens seperti karyawan kantor, jurnalis, atau pengguna aktif media sosial.
Mengapa Otak Bisa “Menipu” Kita?
Meski belum ada penyebab pasti, para ahli menduga Phantom Vibration Syndrome terjadi akibat kesalahan interpretasi otak. Ketika seseorang terlalu sering menunggu pesan, panggilan, atau notifikasi, otaknya menjadi terbiasa dalam kondisi siaga tinggi.
Laman DermNet menjelaskan bahwa rangsangan sensorik yang diterima terus-menerus seperti getaran ponsel membuat otak “mengantisipasi” sinyal tersebut, bahkan ketika sebenarnya tidak ada. Akibatnya, otak menciptakan ilusi getaran untuk menyesuaikan ekspektasi terhadap kebiasaan yang sudah terbentuk.
Contohnya, ketika Anda sering meletakkan ponsel di saku dan menunggu pesan penting, sedikit tekanan dari celana atau gerakan otot kaki bisa langsung diterjemahkan otak sebagai getaran ponsel.
Siapa yang Rentan Mengalaminya?
Phantom Vibration Syndrome bisa dialami siapa saja, tetapi risiko meningkat pada kelompok pengguna ponsel aktif. Beberapa kelompok yang lebih rentan antara lain:
- Pekerja muda dan profesional digital, yang selalu siaga terhadap pesan, email, atau panggilan kerja.
- Pelajar atau mahasiswa, yang sering terhubung dengan grup media sosial dan notifikasi akademik.
- Pengguna media sosial aktif, yang sering memeriksa ponsel karena takut ketinggalan informasi (fear of missing out/FOMO).
- Orang yang sering menggunakan mode getar, karena otak mereka terbiasa dengan sensasi fisik tersebut.
Studi juga menunjukkan bahwa semakin sering seseorang membawa ponsel di saku, semakin tinggi kemungkinan mereka mengalami “getar palsu”.
Dampak terhadap Kesehatan Mental
Walau tampak sepele, Phantom Vibration Syndrome berkaitan erat dengan kondisi psikologis dan tingkat stres seseorang. Rasa cemas, gelisah, atau ketegangan emosional bisa memperkuat ilusi ini.
Orang yang mengalami PVS biasanya juga menunjukkan tanda-tanda seperti:
- Kecemasan berlebih ketika ponsel tidak berada di dekatnya.
- Kebiasaan mengecek ponsel setiap beberapa menit tanpa alasan jelas.
- Sulit fokus saat bekerja atau belajar tanpa gangguan notifikasi.
- Gangguan tidur akibat terlalu sering terpapar ponsel sebelum tidur.
Kondisi ini dapat menciptakan lingkaran kecanduan digital: semakin sering seseorang memeriksa ponsel, semakin tinggi tingkat kewaspadaan otak terhadap sinyal palsu, dan semakin sulit pula untuk berhenti.
Dalam jangka panjang, hal ini dapat memicu burnout digital atau kelelahan mental akibat terlalu sering berinteraksi dengan teknologi.
Mengapa Kita Harus Waspada?
Kecanduan terhadap notifikasi digital tidak hanya memengaruhi kesejahteraan mental, tetapi juga produktivitas. Otak manusia tidak dirancang untuk selalu dalam kondisi “siaga penuh”.
Ketika seseorang terus-menerus mengantisipasi getaran ponsel, sistem saraf menjadi tegang dan kadar hormon stres seperti kortisol meningkat. Akibatnya, tubuh bisa merasa lelah, jantung berdebar, atau sulit berkonsentrasi.
Dalam konteks sosial, fenomena ini juga mengubah perilaku manusia. Banyak orang kini lebih cepat menunduk memeriksa ponsel daripada berbicara langsung dengan orang di sekitarnya. Hal ini memperlihatkan bagaimana teknologi bisa mengubah refleks sosial dan persepsi tubuh kita.
Cara Mengatasi Phantom Vibration Syndrome
Kabar baiknya, Phantom Vibration Syndrome bukanlah penyakit berbahaya dan bisa diatasi dengan mengubah kebiasaan digital. Beberapa langkah yang bisa membantu antara lain:
-
Kurangi waktu penggunaan ponsel.
Tetapkan jam khusus untuk memeriksa pesan dan hindari menggenggam ponsel terus-menerus. -
Matikan mode getar atau notifikasi tidak penting.
Gunakan mode “jangan ganggu” saat bekerja atau beristirahat untuk mengurangi kewaspadaan palsu. -
Letakkan ponsel di tempat lain.
Jangan selalu menyimpan ponsel di saku. Taruh di meja atau tas untuk mengurangi sensasi fisik yang memicu kesalahan persepsi. -
Latih kesadaran digital (digital mindfulness).
Sadari setiap kali Anda ingin memeriksa ponsel. Tanyakan pada diri sendiri: apakah benar ada notifikasi penting, atau hanya kebiasaan semata? -
Batasi penggunaan media sosial.
Gunakan waktu Anda untuk aktivitas nyata, seperti membaca buku, berjalan-jalan, atau berbincang dengan orang lain. -
Istirahatkan otak dari layar.
Ambil waktu tanpa gadget, terutama sebelum tidur. Hal ini membantu otak beristirahat dan menurunkan tingkat stres.
Phantom Vibration Syndrome menunjukkan bagaimana otak manusia dan teknologi saling memengaruhi. Apa yang dulu dianggap mustahil kini menjadi bagian dari realitas digital modern.
Meski tidak berbahaya secara fisik, fenomena ini adalah cermin dari ketergantungan kita terhadap ponsel dan tekanan psikologis yang muncul akibat kehidupan yang selalu terkoneksi.
Langkah sederhana seperti membatasi waktu layar, mematikan notifikasi, dan meningkatkan kesadaran digital bisa membantu mengembalikan keseimbangan antara dunia nyata dan dunia digital.
Jadi, lain kali ketika Anda merasa ponsel bergetar padahal tidak, berhentilah sejenak, mungkin itu bukan ponsel Anda yang memanggil, tapi tubuh Anda yang meminta untuk beristirahat sejenak dari dunia digital.
