Asia-Pasifik Siap Sambut 1,3 Miliar Koneksi IoT di 2030


Ilustrasi Internet Of Things 7

Ilustrasi Internet Of Things 7

Dalam waktu kurang dari satu dekade, kawasan Asia-Pasifik (APAC) diperkirakan akan menjadi pusat konektivitas Internet of Things (IoT) terbesar di dunia. Menurut analisis terbaru dari perusahaan riset GlobalData, jumlah perangkat IoT di wilayah ini akan melampaui 1,3 miliar koneksi pada tahun 2030, dengan pertumbuhan stabil lebih dari 9 persen per tahun mulai 2025. Angka ini bukan sekadar statistik, tetapi menandai pergeseran besar menuju era digital di mana segala akan saling terhubung melalui jaringan pintar.

 

5G: Mesin Pendorong Revolusi IoT

Salah satu faktor utama di balik ledakan pertumbuhan ini adalah adopsi jaringan 5G yang semakin meluas. Teknologi 5G menghadirkan kecepatan transfer data yang jauh lebih tinggi, latensi yang sangat rendah, serta kemampuan untuk menghubungkan jutaan perangkat secara bersamaan.

Jika 4G diibaratkan sebagai jalan raya biasa, maka 5G adalah jalan tol super cepat yang mampu menampung ribuan kendaraan sekaligus tanpa kemacetan. Inilah yang memungkinkan berbagai perangkat IoT—mulai dari sensor industri hingga mobil otonom—beroperasi secara real-time dan efisien.

Laporan GlobalData juga mencatat bahwa langganan ponsel 5G di APAC tumbuh lebih dari 11 persen setiap tahun. Negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, Singapura, dan Australia memimpin dalam adopsi teknologi ini, sementara Hong Kong dan China menjadi pasar dengan penggunaan 5G tertinggi.

Menurut Kantipudi Pradeepthi, analis telekomunikasi di GlobalData, “Perluasan dan evolusi jaringan 5G yang menawarkan latensi sangat rendah, konektivitas berkapasitas tinggi, serta kemampuan menghubungkan jutaan perangkat IoT akan menjadi faktor kunci bagi pertumbuhan pasar.”

Artinya, negara dengan infrastruktur 5G yang matang akan menjadi yang paling cepat dalam mengadopsi dan memanfaatkan potensi IoT secara penuh.

 

IoT: Lebih dari Sekadar Rumah Pintar

IoT sering kali diasosiasikan dengan perangkat rumah pintar seperti kulkas atau lampu otomatis. Namun, kenyataannya jauh lebih luas. Teknologi ini kini telah menjadi tulang punggung transformasi digital di berbagai industri.

Dalam sektor manufaktur, IoT membantu perusahaan memantau mesin dan rantai pasokan secara real-time, sehingga produksi menjadi lebih efisien dan minim kesalahan. Di bidang kesehatan, sensor pintar mampu memantau kondisi pasien dari jarak jauh, mendeteksi gejala penyakit lebih awal, dan mengirimkan data langsung ke dokter.

Sementara itu, sektor transportasi memanfaatkan IoT untuk manajemen armada, pelacakan logistik, dan sistem lalu lintas cerdas. Bahkan dalam pertanian, teknologi IoT digunakan untuk mengatur irigasi otomatis, memantau kelembapan tanah, serta memprediksi cuaca guna meningkatkan hasil panen.

Lebih jauh lagi, konsep kota pintar (smart city) juga bergantung pada IoT. Dari lampu jalan hemat energi hingga sistem pengelolaan sampah otomatis, semua bergantung pada sensor dan data yang terhubung secara real-time.

 

Inovasi IoT di Negara-Negara Asia-Pasifik

Pertumbuhan pesat ini tidak lepas dari inisiatif sejumlah perusahaan telekomunikasi di kawasan APAC yang terus berinovasi menghadirkan solusi berbasis IoT.

  • Filipina: Perusahaan PLDT meluncurkan layanan IoT untuk bisnis ritel dan manufaktur, memungkinkan otomatisasi di toko dan pabrik pintar.
  • Selandia Baru: Operator Spark mengembangkan solusi IoT untuk sektor kesehatan dan pertanian, membantu rumah sakit serta petani mengelola data dan perangkat secara aman.
  • India: Bharti Airtel memperluas jangkauan dengan menyediakan kartu SIM M2M (Machine-to-Machine), yang dirancang khusus untuk berbagai perangkat industri dan elektronik kecil.

Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa IoT bukan lagi sekadar teknologi masa depan—melainkan inovasi yang telah hadir dan membawa dampak nyata di berbagai sektor ekonomi.

 

Peluang Emas bagi Operator Telekomunikasi

Pertumbuhan IoT membuka peluang besar bagi operator telekomunikasi (telco) di kawasan APAC. Menurut Pradeepthi, meningkatnya permintaan terhadap konektivitas berkecepatan tinggi dan solusi IoT korporat akan mengubah lanskap industri mobile secara signifikan.

Namun, perusahaan telco tidak bisa hanya mengandalkan jaringan atau sinyal. Di masa depan, nilai utama akan datang dari layanan IoT terintegrasi—mulai dari keamanan siber, manajemen data, hingga platform analitik berbasis AI.

Operator yang mampu menawarkan solusi menyeluruh seperti ini akan menjadi pemimpin pasar. Mereka tidak hanya menjadi penyedia koneksi, tetapi juga mitra strategis bagi bisnis dalam menjalankan transformasi digital.

Pradeepthi menjelaskan lebih lanjut, “Operator yang fokus memperluas jaringan IoT, meningkatkan keandalan untuk aplikasi kritikal, serta menggabungkan layanan berbasis data seperti manajemen perangkat dan solusi industri, akan berada pada posisi terbaik untuk memanfaatkan potensi pendapatan jangka panjang.”

 

Tantangan: Keamanan dan Manajemen Data

Seiring dengan meningkatnya jumlah perangkat yang terhubung, tantangan keamanan juga semakin besar. Setiap perangkat IoT bisa menjadi titik lemah yang memungkinkan serangan siber jika tidak dikelola dengan baik.

Selain itu, pengelolaan data dalam skala besar menjadi isu krusial. Dengan miliaran perangkat mengirimkan data setiap detik, dibutuhkan sistem analitik dan penyimpanan yang efisien agar informasi tersebut dapat digunakan secara optimal.

Pemerintah dan perusahaan di APAC kini berlomba memperkuat regulasi serta membangun arsitektur keamanan siber yang mampu melindungi data pengguna sekaligus menjaga keberlanjutan ekosistem digital.

 

Menuju Ekosistem IoT yang Cerdas dan Terkelola

Dengan proyeksi lebih dari 1,3 miliar koneksi IoT di Asia-Pasifik pada 2030, kawasan ini akan menjadi salah satu ekosistem digital paling dinamis di dunia.

Namun, tantangan terbesar bukan hanya menghubungkan perangkat, melainkan mengelola dan memanfaatkannya secara cerdas. Sinergi antara IoT dan 5G akan membuka jalan menuju era konektivitas tanpa batas, di mana data menjadi bahan bakar utama inovasi dan efisiensi di berbagai sektor.

Dalam dekade mendatang, Asia-Pasifik akan menyaksikan transformasi besar yang tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mengubah cara masyarakat bekerja, berinteraksi, dan hidup di dunia yang semakin digital dan terhubung.

Bagikan artikel ini

Komentar ()

Video Terkait