Apa Itu Love Scamming? Pengertian, Modus, dan Cara Mencegahnya
- Rita Puspita Sari
- •
- 20 jam yang lalu

Ilustrasi Love Scamming
Di era digital yang semakin terhubung seperti sekarang, pertemanan dan hubungan asmara tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga berkembang secara cepat di dunia maya. Media sosial dan aplikasi kencan online menjadi jembatan yang mempertemukan banyak orang dari berbagai belahan dunia. Sayangnya, kemajuan teknologi ini juga membuka celah bagi kejahatan siber, salah satunya yang kini marak terjadi adalah love scamming atau penipuan cinta online.
Apa Itu Love Scamming?
Love scamming, yang juga dikenal dengan sebutan romance scam, adalah bentuk penipuan yang dilakukan dengan berpura-pura menjalin hubungan asmara. Pelaku biasanya mendekati korbannya melalui media sosial atau aplikasi kencan dengan menggunakan identitas palsu. Mereka berupaya membangun hubungan yang tampak serius, penuh cinta, dan perhatian demi satu tujuan: memanipulasi korban untuk memberikan uang atau barang berharga.
Menurut informasi dari situs Pusiknas Bareskrim Polri, pelaku love scam sangat lihai memainkan peran. Mereka bisa tampak sangat tulus, penyayang, dan perhatian. Namun di balik semua itu, ada niat tersembunyi yang sangat merugikan korban. Setelah kepercayaan dan perasaan cinta korban tumbuh, pelaku mulai melancarkan aksinya, meminta bantuan uang dengan berbagai alasan yang terkesan darurat dan mendesak.
Setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan, pelaku biasanya menghilang tanpa jejak, memutus semua komunikasi, dan meninggalkan korban dalam kesedihan, kehilangan finansial, dan trauma emosional yang mendalam.
Modus Penipuan Love Scamming yang Perlu Diwaspadai
Para pelaku love scamming biasanya menggunakan pola pendekatan yang mirip, karena sudah terbukti berhasil menjebak banyak korban. Berikut adalah beberapa modus umum yang dilakukan oleh pelaku love scam:
-
Memulai dari Media Sosial atau Aplikasi Kencan
Sebagian besar pelaku memulai aksinya melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, bahkan LinkedIn, serta aplikasi kencan online seperti Tinder atau Bumble. Mereka menggunakan foto profil menarik dan identitas palsu, sering kali mengaku sebagai dokter, tentara, pengusaha, atau profesi lainnya yang menjanjikan dan terhormat. -
Enggan Melakukan Video Call atau Bertemu Langsung
Meski terlihat sangat dekat secara emosional, pelaku akan menghindari komunikasi tatap muka langsung, termasuk panggilan video. Mereka akan selalu punya alasan, seperti lokasi jauh (misalnya mengaku sedang di luar negeri), masalah pekerjaan, atau kondisi darurat. -
Cepat Mengungkapkan Cinta
Salah satu taktik utama love scamming adalah membuat korban merasa istimewa dalam waktu singkat. Pelaku cepat menyatakan cinta, bahkan membahas rencana pernikahan atau hidup bersama, untuk mempercepat kedekatan emosional. -
Meminta Uang dengan Alasan Mendesak
Setelah korban merasa dekat secara emosional, pelaku mulai meminta bantuan uang. Alasannya bisa sangat bervariasi: biaya pengobatan keluarga, bisnis yang sedang kesulitan, tiket pesawat untuk bertemu, atau situasi darurat lainnya. -
Memanipulasi Psikologis Korban
Jika korban mulai curiga atau ragu, pelaku akan menggunakan ancaman emosional, seperti mengatakan merasa tidak dipercaya, menyatakan cinta yang mendalam, bahkan memutarbalikkan fakta agar korban merasa bersalah dan akhirnya tetap memberikan bantuan.
Siapa yang Bisa Menjadi Korban?
Banyak orang berpikir bahwa hanya perempuan paruh baya yang bisa menjadi korban love scam. Faktanya, korban bisa berasal dari berbagai kalangan, baik pria maupun wanita, tua maupun muda, bahkan orang yang berpendidikan tinggi.
Contoh kasus yang cukup terkenal adalah yang menimpa Kani Dwi Haryani, salah satu staf Presiden Prabowo Subianto. Ia mengalami kerugian hingga Rp 48 juta setelah tertipu oleh seorang perempuan yang berpura-pura menjadi laki-laki di media sosial.
Dampak Love Scamming: Lebih dari Sekadar Uang
Kerugian dari love scamming bukan hanya dalam bentuk materi. Korban sering kali mengalami:
-
Kehilangan Kepercayaan terhadap Orang Lain
Setelah merasa dikhianati oleh seseorang yang dianggap sebagai pasangan ideal, korban sering kali sulit kembali mempercayai orang lain, bahkan dalam hubungan pertemanan sekalipun. Rasa takut dikhianati kembali menjadi trauma yang membayangi. -
Rasa Malu dan Menyalahkan Diri Sendiri
Banyak korban merasa malu karena telah “tertipu.” Mereka cenderung menyalahkan diri sendiri karena terlalu mudah percaya atau terbawa perasaan. Padahal, penipuan ini dirancang secara sistematis oleh pelaku profesional yang memang lihai memanipulasi psikologis. -
Trauma Emosional
Cinta yang dijalani selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tiba-tiba runtuh karena kebohongan. Ini menimbulkan trauma emosional yang mendalam, dan tak jarang membuat korban merasa hampa, marah, atau kehilangan arah. -
Gangguan Psikologis seperti Depresi dan Kecemasan
Penipuan cinta bisa memicu berbagai gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan berlebih, insomnia, hingga serangan panik. Dalam beberapa kasus, korban membutuhkan bantuan profesional untuk keluar dari kondisi ini. -
Isolasi Sosial dan Menutup Diri
Korban love scamming sering kali merasa tidak percaya diri dan memilih untuk menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka takut dihakimi, dianggap lemah, atau dicap bodoh karena telah tertipu oleh cinta palsu. Akibatnya, mereka terjebak dalam kesepian dan makin sulit bangkit.
Tips Mencegah Love Scamming
Menurut Psikolog Meity Arianty, STP., M.Psi., dalam wawancaranya yang dilansir dari Kompas.com, ada sejumlah langkah praktis yang dapat dilakukan untuk menghindari jebakan penipuan cinta online. Berikut ini enam tips penting yang patut kamu terapkan agar terhindar dari love scamming:
-
Batasi Unggahan Informasi Pribadi di Media Sosial
Jangan membagikan terlalu banyak informasi pribadi seperti tempat tinggal, nama orang tua, pekerjaan, hobi detail, atau rencana liburan. Semakin banyak informasi pribadi yang dibagikan, semakin besar peluang pelaku love scam untuk memanfaatkannya. -
Waspadai Rayuan Manis yang Terlalu Cepat
Jika seseorang yang baru dikenal langsung menyatakan cinta, memberi perhatian berlebihan, atau bahkan membicarakan rencana menikah dalam waktu singkat, itu patut dicurigai.
Rayuan yang terlalu cepat bisa jadi adalah bagian dari skenario manipulasi agar korban cepat merasa terikat secara emosional. -
Verifikasi Identitas Sejak Awal
Lakukan pengecekan identitas orang yang baru dikenal secara online. Minta mereka untuk melakukan video call, atau ajak bertemu langsung di tempat yang aman jika memungkinkan. Bila mereka selalu punya alasan untuk menolak, besar kemungkinan mereka menyembunyikan sesuatu. -
Jangan Pernah Berikan Informasi Keuangan
Informasi seperti nomor rekening, kartu kredit, atau bahkan alamat rumah adalah data sensitif yang bisa disalahgunakan. Jangan pernah memberikan uang atau informasi finansial, apalagi jika kamu belum pernah bertemu secara langsung.
-
Libatkan Orang Terdekat
Jangan menjalani hubungan online secara diam-diam. Ceritakan hubunganmu kepada keluarga atau teman dekat. Mereka bisa memberikan pandangan objektif dan mungkin melihat tanda bahaya yang kamu abaikan karena perasaan. -
Berani Menghentikan dan Melaporkan
Jika kamu mulai merasa tidak nyaman, curiga, atau menyadari adanya manipulasi, segera hentikan komunikasi. Tak perlu merasa bersalah. Hubungan yang sehat seharusnya tidak membuatmu merasa takut atau terbebani.Laporkan akun atau orang yang mencurigakan ke platform media sosial tempat kalian berkenalan, dan jika perlu, segera laporkan ke pihak berwajib seperti kepolisian siber.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Sudah Terlanjur Menjadi Korban?
Jika kamu menyadari bahwa telah menjadi korban love scamming, hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah jangan panik dan jangan menyalahkan diri sendiri. Ingatlah bahwa kamu tidak sendiri—ribuan orang dari berbagai latar belakang, usia, pendidikan, bahkan profesional, pernah mengalami hal serupa.
Berikut adalah langkah-langkah penting yang bisa kamu lakukan:
-
Putuskan Semua Komunikasi dengan Pelaku
Segera hentikan semua kontak dengan pelaku. Jangan mencoba berdebat, meminta penjelasan, atau memberi kesempatan kedua. Pelaku biasanya akan terus mencoba memanipulasi emosi dengan berbagai cara. Memutus komunikasi adalah langkah awal untuk melindungi dirimu lebih jauh. -
Simpan Semua Bukti Percakapan dan Transaksi
Jangan hapus jejak komunikasi. Simpan semua bukti berupa chat, email, foto, rekaman suara, dan bukti transfer uang. Bukti-bukti ini sangat penting jika kamu ingin melaporkan kasus ini ke pihak berwajib dan juga sebagai referensi untuk platform media sosial dalam menindak akun pelaku. -
Laporkan ke Pihak Berwenang
Segera laporkan kejadian ini ke kepolisian, khususnya unit kejahatan siber (cyber crime). Semakin cepat laporan dibuat, semakin besar kemungkinan untuk mengidentifikasi dan menangkap pelaku, atau setidaknya mencegah mereka menipu korban lain. -
Laporkan Akun Palsu ke Media Sosial
Laporkan akun pelaku ke media sosial atau aplikasi kencan tempat kamu mengenalnya. Hampir semua platform memiliki sistem pelaporan untuk akun penipuan. Semakin banyak laporan masuk, semakin cepat akun tersebut bisa diblokir atau dihapus oleh sistem. -
Cari Dukungan dari Orang Terdekat
Buka diri kepada orang-orang yang kamu percaya, seperti keluarga, sahabat, atau komunitas. Mendapat dukungan emosional dari mereka dapat membantu kamu melewati masa sulit dan menyadari bahwa kamu tidak sendirian. -
Konsultasikan dengan Psikolog atau Konselor
Jika kamu merasa sangat terpukul secara emosional atau mulai mengalami gangguan psikologis, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Psikolog atau konselor bisa membantumu mengurai trauma, membangun kembali kepercayaan diri, dan menjalani proses pemulihan dengan sehat.
Tetap Waspada dan Bijak Menjalani Hubungan Online
Cinta adalah perasaan yang indah, tetapi kepercayaan yang buta bisa menjadi bumerang di dunia digital. Dengan meningkatnya kasus penipuan asmara online, penting bagi setiap orang untuk lebih waspada, cerdas, dan tidak terburu-buru mempercayai seseorang yang baru dikenal di internet.
Ingatlah, cinta sejati tidak dibangun dalam semalam, dan hubungan yang sehat tidak akan membuatmu merasa tertekan untuk mengirim uang atau informasi pribadi.
Jika kamu merasa ragu, ikuti instingmu, cari opini kedua, dan selalu prioritaskan logika di atas perasaan. Karena dalam dunia digital, menjaga hati dan dompet sama pentingnya.