Awas! Penipuan Video Call Mengaku Polisi, Targetkan Pembeli Paket
- Rita Puspita Sari
- •
- 11 jam yang lalu
Ilustrasi Penipuan Online
Perkembangan teknologi selalu membawa dua sisi: kemudahan dan ancaman. Di balik kemudahan komunikasi lewat video call (VC), kini muncul modus penipuan baru yang memanfaatkan fitur tersebut untuk menekan psikologis korban. Para penipu tidak lagi hanya mengandalkan telepon suara atau pesan teks, tetapi sudah berani melakukan rekayasa visual demi meyakinkan mangsanya.
Dalam beberapa minggu terakhir, kasus penipuan berkedok aparat penegak hukum melalui video call semakin marak. Target utamanya adalah masyarakat yang menerima paket atau sering berbelanja online, karena pelaku memanfaatkan situasi tersebut untuk membuat tuduhan palsu.
Modus Penipuan: Tuduhan Menerima Paket Narkoba Lewat Video Call
Modus yang sedang marak ini bekerja dengan cara yang cukup rapi dan menegangkan. Pelaku akan menghubungi korban melalui video call, lalu mengaku sebagai anggota kepolisian. Mereka biasanya tampil sangat serius dan penuh tekanan agar korban langsung merasa cemas dan tidak mampu berpikir jernih.
Dalam panggilan tersebut, pelaku juga memperlihatkan seseorang yang disebut sebagai “kurir narkoba”. Kurir palsu ini kemudian mengaku bahwa paket narkoba akan dikirimkan ke alamat korban. Visualisasi semacam ini sengaja dibuat untuk menciptakan kesan seolah-olah kasus itu benar terjadi.
Menurut penjelasan Ditsiber Polri melalui akun Instagram resminya, teknik ini dirancang khusus untuk mengguncang mental korban. Ketika seseorang sudah berada dalam kondisi panik dan takut, penipu lebih mudah memanipulasinya.
Selanjutnya, pelaku mengarahkan percakapan ke permintaan uang. Mereka menekan korban untuk segera mentransfer sejumlah dana dengan alasan agar “kasus narkoba” itu bisa dihentikan atau diselesaikan secara internal. Padahal semua itu hanyalah jebakan.
Meskipun kedengarannya ekstrem, metode menekan psikologis semacam ini bukan hal baru. Sebelumnya, penipu juga sering menggunakan taktik serupa, misalnya:
- Mengaku bahwa anak korban tertangkap dalam kasus narkoba,
- Mengatakan bahwa anggota keluarga menjadi penyebab kecelakaan,
- Atau menyebut korban terlibat masalah hukum tertentu.
Yang membuat modus terbaru ini berbeda adalah penggunaan video call yang memberi efek visual lebih meyakinkan.
Modus Lain yang Juga Mengintai: Penipuan Berkedok Paylater
Selain modus tuduhan narkoba, penipuan telepon yang juga marak adalah modus paylater. Dalam kasus ini, pelaku mengaku sebagai staf resmi marketplace atau perusahaan layanan keuangan digital. Nada bicara mereka dibuat profesional, lengkap dengan bahasa teknis yang terdengar valid.
Pelaku kemudian menginformasikan bahwa ada banyak perangkat ponsel misterius yang terhubung ke akun korban. Dengan memanfaatkan rasa cemas dan ketidakpastian, pelaku seolah-olah membantu korban “mengamankan” akun tersebut.
Tak berhenti di situ, pelaku akan mengarahkan korban untuk login ke aplikasi marketplace atau layanan keuangan, lalu meminta korban mengikuti instruksi tertentu. Instruksi ini secara halus mengarah ke menu pinjaman online atau paylater.
Korban yang panik sering kali tidak memeriksa ulang dan hanya mengikuti arahan.
Setelah pengajuan pinjaman berhasil, uang biasanya langsung masuk ke rekening korban. Pelaku kemudian mengatakan bahwa uang itu bukan milik korban dan harus segera dikembalikan. Pada tahap inilah pelaku mencoba mengambil alih akun atau dana dari layanan paylater yang sudah dicairkan.
Modus ini sudah memakan banyak korban, terutama mereka yang tidak memahami cara kerja pinjaman digital atau tidak terbiasa mengelola informasi sensitif secara mandiri.
Mengapa Banyak Korban Terjebak?
Ada beberapa penyebab umum mengapa modus-modus seperti ini terus berhasil:
- Pelaku memanfaatkan kepanikan.
Saat panik, kemampuan berpikir logis menurun drastis. - Korban percaya karena visualisasi yang meyakinkan.
Video call membuat rekayasa terlihat lebih “nyata”. - Kurangnya literasi digital.
Banyak orang tidak memahami bahwa lembaga resmi tidak pernah menyelesaikan kasus hukum lewat VC atau meminta transfer uang. - Pelaku berbicara dengan sangat meyakinkan.
Nada profesional, istilah teknis, dan skenario yang dibuat realistis sering mengecoh korban.
Cara Menghindari Penipuan: Tenang Adalah Kunci Utama
Kunci bertahan dari penipuan semacam ini sebenarnya sederhana namun sering kali diabaikan: jangan panik.
Saat Anda panik, pelaku berada dalam posisi menang. Mereka sangat memahami psikologi korbannya dan memanfaatkan setiap celah emosi yang muncul.
Berikut langkah penting untuk menjaga diri:
- Abaikan panggilan mencurigakan, apalagi dari nomor tak dikenal.
- Jangan pernah mentransfer uang hanya berdasarkan tekanan atau ancaman melalui telepon/video call.
- Jangan berikan kode OTP, password, atau akses ke aplikasi apa pun.
- Verifikasi langsung ke instansi resmi jika ada klaim terkait polisi, bank, atau marketplace.
- Laporkan nomor mencurigakan ke pihak berwenang atau kanal resmi siber Polri.
Ingat, polisi tidak pernah menyelesaikan kasus via telepon/video call. Instansi resmi juga tidak akan meminta Anda mengajukan pinjaman atas nama keamanan akun.
Jika Anda menerima panggilan mencurigakan seperti ini, langkah terbaik adalah langsung mengabaikannya. Kesadaran dan kewaspadaan Anda adalah benteng pertama melawan kejahatan siber.
