Google Taara, Internet Cahaya Super Cepat Saingi Starlink
- Rita Puspita Sari
- •
- 6 jam yang lalu

Ilustrasi Pemancar Internet
Di tengah dominasi satelit Starlink milik Elon Musk dalam wacana internet masa depan, raksasa teknologi Google meluncurkan saingan tangguh yang tak kalah revolusioner. Bukan melalui ribuan satelit yang mengorbit di langit, Google justru memilih jalur berbeda: menggunakan cahaya untuk menghadirkan koneksi internet super cepat melalui proyek ambisius bernama Taara, singkatan dari Terabit Access for Rural and Remote Areas.
Taara bukan sekadar proyek eksperimental. Pada Maret 2025, proyek ini resmi keluar dari laboratorium riset Google X dan menjadi perusahaan mandiri. Langkah ini menunjukkan keseriusan Google dalam membawa Taara menjadi solusi nyata bagi konektivitas global, khususnya di daerah yang selama ini sulit dijangkau jaringan fiber optik atau satelit.
Teknologi Cahaya di Udara: Inovatif dan Efisien
Google Taara menggunakan teknologi bernama free-space optical communication. Cara kerjanya mirip dengan bagaimana kabel fiber optik mengirimkan data melalui cahaya, namun tanpa kabel. Sebagai gantinya, dua unit pemancar laser dipasang di titik yang berseberangan dan saling “menembak” sinar laser tak kasat mata yang membawa data digital berkecepatan tinggi.
Perangkat utama dari sistem ini dinamakan Taara Lightbridge. Bentuknya menyerupai kamera keamanan besar, yang bisa dipasang di atap gedung atau menara BTS. Dalam uji coba di Republik Demokratik Kongo, perangkat ini mampu menghubungkan dua kota misalnya Kinshasa dan Brazzaville yang dipisahkan Sungai Kongo, hanya dalam beberapa jam. Infrastruktur darat seperti pemasangan kabel fiber yang biasanya memakan waktu berbulan-bulan pun tak lagi diperlukan.
“Ini seperti memasang kabel fiber, tapi lewat udara,” ujar Vishal Arora, General Manager Google Taara, seperti dilansir dari Wired, Jumat (1/8/2025).
Kecepatan Tinggi, Daya Rendah
Hasil uji coba menunjukkan bahwa Taara mampu menyediakan kecepatan internet hingga 20 Gbps, angka yang setara bahkan bisa menyamai kecepatan fiber optik terbaik. Yang menarik, sistem ini hanya mengonsumsi daya sekitar 40 watt per unit, setara dengan lampu LED rumah biasa. Ini menjadikannya solusi yang sangat hemat energi dibandingkan sistem satelit atau jaringan microwave konvensional.
Salah satu kunci keandalan Taara adalah chip fotonik mini yang dikembangkan langsung oleh Google. Chip seukuran ujung jari ini mampu mengarahkan cahaya secara presisi tanpa bagian mekanis, menjadikannya tahan lama dan minim perawatan. Selain itu, pendekatan “dekat ke Bumi” membuat teknologi ini tidak mengalami latensi tinggi seperti pada satelit orbit rendah milik Starlink.
Komplementer dengan Starlink, Bukan Sekadar Pesaing
Meskipun secara kasat mata tampak seperti pesaing langsung Starlink, Google Taara memiliki segmen target yang berbeda. Jika Starlink ditujukan untuk wilayah sangat terpencil seperti hutan lebat atau tengah laut, Taara lebih cocok untuk lokasi yang masih memiliki garis pandang langsung, seperti antar gedung tinggi, puncak pegunungan, atau menara BTS, namun sulit dijangkau kabel optik karena medan yang sulit atau biaya konstruksi yang tinggi.
Kecepatan instalasi menjadi nilai tambah Taara. Jika pemasangan kabel fiber bisa memakan waktu hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, jaringan Taara dapat diaktifkan hanya dalam hitungan jam. Tidak hanya cepat, infrastruktur ini juga lebih tangguh terhadap ancaman fisik seperti sabotase, banjir, atau gempa bumi karena tidak ada kabel yang tertanam.
Sudah Diuji di 12 Negara, Termasuk India dan Afrika
Hingga kini, Google telah menguji coba teknologi Taara di lebih dari 12 negara, termasuk India dan sejumlah wilayah di Afrika. Di benua Afrika, Google telah berhasil menggunakan sistem ini untuk menghubungkan jaringan fiber antarnegara tanpa perlu menyeberangi sungai besar atau hutan yang tak terjamah.
Salah satu proyek andalan Google adalah menghubungkan Kinshasa dan Brazzaville di Afrika Tengah. Lokasi ini terkenal karena tantangan geografisnya yang ekstrem, seperti tanah berlumpur, rawa, dan kurangnya infrastruktur dasar. Dengan teknologi laser dari udara, tantangan itu bisa dilewati tanpa harus membangun jembatan jaringan fisik.
Google juga menggandeng Digicomm International, perusahaan teknologi jaringan asal Amerika Serikat, untuk mendistribusikan Taara ke operator-operator besar di AS, India, serta negara berkembang lainnya. Dengan kemitraan ini, ekspansi Taara diprediksi akan berjalan lebih cepat dan luas.
Masa Depan Internet Bebas Kabel
Google Taara menunjukkan bahwa masa depan internet tidak harus mengandalkan kabel bawah tanah yang mahal atau ribuan satelit mahal yang mengitari bumi. Dengan pendekatan optik nirkabel, internet bisa dipancarkan seperti sinar matahari yang menyinari kota—cepat, efisien, dan terjangkau.
Kendati masih dalam tahap awal ekspansi, sinyal dari proyek ini sangat menjanjikan. Dalam beberapa tahun ke depan, bukan tidak mungkin teknologi ini akan menjadi bagian dari solusi konektivitas global, khususnya di negara berkembang yang selama ini belum tersentuh internet cepat.
Google Taara membawa angin segar di dunia telekomunikasi. Dengan memanfaatkan inovasi cahaya, Taara bisa menjadi pelengkap bahkan penantang serius bagi teknologi internet satelit. Tak hanya menyaingi Starlink, Taara bahkan berpotensi mengubah lanskap konektivitas dunia.