Mahasiswa IPB Buat Inovasi "Mas-Tion" Deteksi Dini Mastitis Sapi


Ilustrasi Internet of Things 3

Ilustrasi Internet of Things

Mahasiswa dari Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (IPB) telah mengembangkan inovasi bernama Mas-Tion (Mastitis Detection) yang bertujuan untuk mendeteksi secara dini mastitis, yaitu peradangan yang terjadi pada jaringan internal kelenjar susu sapi. Inovasi ini memanfaatkan teknologi machine learning (ML) dan Internet of Things (IoT) untuk memberikan solusi yang efisien bagi para peternak dalam mengoptimalkan produksi susu dan menjaga kualitas susu di Indonesia.

Dalam penjelasannya, Medhanita Dewi Renanti, yang merupakan Pembimbing Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM KC) IPB, menyatakan bahwa Mas-Tion hadir sebagai alternatif yang inovatif untuk deteksi dini mastitis baik dalam bentuk klinis maupun subklinis. Tim ini merancang alat ini agar mudah digunakan oleh para peternak.

Mas-Tion terdiri dari dua perangkat utama: Mas-Tion Cam dan Mas-Tion Vity. Mas-Tion Cam berfungsi sebagai robot otonom yang mampu mendeteksi mastitis klinis dengan cara mengenali gejala-gejala seperti kemerahan, pembengkakan, dan peningkatan suhu. Robot ini dilengkapi dengan kamera termal yang dapat mendeteksi suhu ambing sapi, serta webcam untuk menangkap gambar dari ambing tersebut. Data yang diperoleh dari pengamatan ini kemudian diproses menggunakan teknik pembelajaran mesin, yang memungkinkan analisis yang lebih akurat dan cepat.

Di sisi lain, Mas-Tion Vity dirancang untuk mendeteksi mastitis subklinis melalui pengukuran nilai konduktivitas susu. Sensor yang digunakan akan mengumpulkan data, yang kemudian dikirimkan ke aplikasi Mas-Tion. Melalui aplikasi ini, pengguna dapat dengan mudah melihat hasil deteksi dan melakukan tindak lanjut jika diperlukan.

Medhanita menambahkan bahwa penggunaan Mas-Tion sangat sederhana. Untuk Mas-Tion Cam, pengguna hanya perlu melakukan pemetaan kandang satu kali pada awal penggunaan. Setelah menghubungkan robot ke aplikasi, pengguna dapat menggerakkan robot tersebut melalui kontrol yang ada di aplikasi. Setelah pemetaan selesai, Mas-Tion Cam akan bekerja secara otomatis setiap hari. Sementara itu, Mas-Tion Vity digunakan dengan cara mencelupkan sensor ke dalam sampel susu sebelum proses pemerahan.

Tingkat akurasi dari Mas-Tion sangat tinggi, mencapai 96 persen untuk Mas-Tion Vity dan 98 persen untuk Mas-Tion Cam. Dengan akurasi ini, peternak dapat memiliki kepercayaan lebih dalam mendiagnosis kondisi sapi perah mereka, sehingga tindakan pencegahan atau pengobatan dapat dilakukan lebih awal.

Tim yang terlibat dalam pengembangan inovasi ini terdiri dari beberapa mahasiswa, di antaranya Rizal Hakim sebagai Project Coordinator, Aditya Rieyza Munif sebagai Technical Artisan, Dhiyaurrahman Hamizan Haikal Putra sebagai Desainer dan Social Media Strategist, Dzaky Fahri Hadafi sebagai Programmer, dan Ukasyah Muhammad Syafiq sebagai Public Relation. Mereka berhasil melewati tahap pendanaan dan melanjutkan inovasi ini hingga ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional.

Mengacu pada data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik, produksi susu nasional Indonesia hanya mencapai 837.223,20 ton, sedangkan total kebutuhan susu nasional mencapai 4,5 juta ton. Ini menunjukkan bahwa Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 19 persen dari total kebutuhan susu, sedangkan sisanya sebesar 81 persen harus dipenuhi melalui impor.

Dengan situasi ini, tim pengembang berharap agar Mas-Tion dapat memperoleh dukungan dari berbagai pihak untuk pengembangan lebih lanjut. Mereka yakin bahwa inovasi ini dapat memberikan dampak besar bagi industri peternakan sapi perah di Indonesia, meningkatkan produksi susu domestik, dan pada akhirnya mengurangi ketergantungan pada impor susu.

Melalui penggunaan teknologi yang modern dan efisien, Mas-Tion diharapkan dapat menjadi alat yang membantu peternak dalam menjaga kesehatan sapi perah mereka dan meningkatkan hasil produksi susu. Tim ini optimis bahwa dengan dukungan yang tepat, Mas-Tion bisa berkontribusi signifikan terhadap keberlanjutan dan kemajuan industri peternakan di Indonesia.


Bagikan artikel ini

Video Terkait